Perjodohan Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha Dukung Inovasi Ekonomi Hijau
Potensi ekonomi hijau perlu terus dikembangkan dengan melahirkan banyak inovasi perguruan tinggi dan dunia usaha. Dukungan inovasi ini diperkuat melalui platform Kedaireka,
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri perlu diperkuat untuk menghadirkan nilai ekonomi baru dan mewujudkan ekosistem riset serta inovasi berkelanjutan. Melalui platform Kedaireka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan teknologi, perjodohan perguruan tinggi dan dunia usaha tak hanya didukung dengan dana padanan, tetapi juga ekosistem untuk melahirkan inovasi dan usaha rintisan.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam, di Jakarta, Rabu (9/11/2022), mengutarakan, kolaborasi perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) lewat Kedaireka salah satunya bertujuan mendukung inovasi ekonomi hijau dengan mendorong lahirnya usaha rintisan atau start-up di bidang ini.
”Peran start-up atau perusahaan rintisan dalam memajukan inovasi dan pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia menjadi kian penting. Para perusahaan rintisan ini memiliki semangat untuk terus berkembang sehingga ke depan juga dapat mendorong peran perguruan tinggi,” kata Nizam.
Ekosistem Kedaireka salah satunya membuka peluang RekaPitch, yakni program kolaborasi berbasis kasus bisnis langsung oleh perwakilan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang memiliki modal finansial mandiri. Salah satunya RekaPitch Kedaireka dan National Plastics Action Partnership (NPAP) melalui Plastics Innovation Hub Indonesia bekerja sama dengan Badan Sains Nasional Australia, CSIRO, dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.
Sejak kemitraan diluncurkan pada Maret 2022, melalui pelatihan yang ketat, delapan tim dengan kinerja terbaik dipilih untuk melakukan presentasi solusi bisnis berkelanjutan mereka dalam acara Demo Day pekan lalu dengan mengangkat topik ”Beating Plastic Pollution from Source to Sea” sebagai bagian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali tahun ini. Delapan tim itu bersaing meraih kesempatan melaju ke tahap berikutnya untuk meningkatkan skala bisnis mereka.
Peran start-up atau perusahaan rintisan dalam memajukan inovasi dan pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia menjadi kian penting. Para perusahaan rintisan ini memiliki semangat untuk terus berkembang sehingga ke depan juga dapat mendorong peran perguruan tinggi.
CSIRO Counsellor & ASEAN Director Amelia Fyfield menuturkan, Demo Day menjadi bagian pendekatan holistik jauh lebih besar untuk mengatasi sampah plastik di kawasan ini dengan memakai kekuatan sains dan inovasi terkait perubahan ekonomi, sosial, dan lingkungan. ”Ilmu pengetahuan mengubah tantangan lingkungan ini jadi peluang ekonomi dengan meradikalisasi siklus hidup plastik dan kolaborasi lintas sektor menciptakan perubahan sistemik dan inklusif,” kata Fyfield.
Menurut Fyfield, inovasi sama pentingnya dengan ketelitian ilmiah dalam memecahkan masalah global ini. ”Jadi sangat menarik untuk bekerja bersama mitra-mitra kami untuk melatih generasi penerus pembuat perubahan paling menjanjikan di Indonesia,” ujarnya.
Misi Demo Day ini ialah memperkuat komitmen kolektif di antara para aktor nasional dan internasional, memperkuat strategi kerja sama, dan memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi plastik sirkular. Adanya ruang diskusi dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat, komunitas, dan masyarakat luas ini bertujuan untuk mengambil tindakan mengurangi plastik laut hingga 70 persen pada tahun 2025.
Infografik Ekonomi Hijau
Selain itu, kolaborasi tersebut juga untuk melahirkan solusi atau inovasi terbaik dari tim yang melaksanakan rangkaian seleksi pada Plastic Innovation Hub bersama CSIRO dan Kemendikbudristek melalui RekaPitch Kedaireka dengan menampilkan teknologi, platform, dan metode inovatif untuk mengurangi plastik dari seluruh sektor.
Perguruan tinggi vokasi
Sementara peningkatan inovasi dari perguruan tinggi penyelenggara pendidikan voksi (PTPPV) juga jadi salah satu fokus dari dana pandanan atau matching fund vokasi dari platform Kedaireka. Pada 2022, program matching fund vokasi ini berhasil mengumpulkan 176 proposal rekacipta dari 70 PTPPV serta 156 mitra industri. Dibandingkan tahun lalu, jumlah proposal pengusul pada tahun ini meningkat signifikan hingga mencapai 300 persen.
Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek Benny Bandanadjaja berharap, kenaikan itu jadi indikator meningkatnya metode pembelajaran mahasiswa vokasi di Indonesia. ”Salah satu tujuan program ini ialah mengembangkan metode pembelajaran mahasiswa. Dengan terlibat langsung dalam DUDI melalui model pembelajaran dalam teaching factory/teaching industry, mahasiswa mendapat pengalaman praktik sekaligus pembelajaran berbasis proyek,” kata Benny.
Pada 2021, total jumlah dana yang disalurkan Direktorat Jeneral Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek untuk program matching fund vokasi sebesar Rp 30 miliar. Tahun 2022, meningkat menjadi Rp 68 miliar. Program matching fund tahun 2022 melalui Kedaireka mengusung lima tema prioritas, yaitu ekonomi biru, ekonomi digital, ekonomi hijau, kemandirian kesehatan, dan pengembangan pariwisata. Selain lima tema itu, matching fund juga membuka tema umum lainnya untuk proposal.
Politeknik Negeri Jember (Polije) menghadirkan inovasi mobil listrik tenaga surya berkapasitas lima orang yang dinamai Mastrip alias moda transportasi listrik Polije di acara Vokasiland Road to Hakteknas 2022 di Surabaya pada 28-31 Juli 2022.
Salah satu proyek matching fund vokasi yang sedang berjalan ialah revitalisasi kapal yang diketuai I Putu Arta Wibawa dari Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Proyek tersebut dimulai dari Direktorat Jenderal Kebudayaan yang mencanangkan program Jalur Rempah.
Proyek bertajuk ”Revitalisasi Ekosistem Kapal Kayu Tradisional untuk Menunjang Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Berkelanjutan” ini tidak hanya melibatkan institusi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, tetapi juga mitra industri, yaitu PT Tunas Maritim Global. Kemendikbudristek turut mendukung penuh dengan memberikan dana Rp 2 miliar.
”Dalam pelaksanaannya, proyek ini melibatkan dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, industri, perajin kapal kayu, dan sebagainya. Dengan demikian, kerja sama ini mendorong mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman praktik dan pembelajaran berbasis proyek,” kata Benny.