Waspada, Peningkatan Omicron Lebih Cepat dari Subvarian yang Ada
Tren kasus Covid-19 mengalami peningkatan selama awal November ini. Peningkatan gelombang Omicron saat ini lebih cepat dibandingkan dengan subvarian sebelumnya.
Oleh
Mis Fransiska Dewi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus harian Covid-19 di Indonesia kembali melonjak. Hal ini dipicu adanya subvarian baru Omicron yang sudah masuk ke Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, peningkatan gelombang Omicron saat ini terindikasi lebih cepat dibandingkan dengan subvarian BA.5 yang sempat mendominasi di Indonesia pada Agustus 2022. ”Kondisi saat ini relatif terkendali dibandingkan dengan gelombang BA.1,” kata Budi, di Jakarta, Sabtu (5/11/2022).
Budi menuturkan, gelombang Omicron di beberapa negara mengalami penurunan. Secara global, terdapat empat negara yang sudah melewati gelombang baru setelah adanya varian baru Omicron. Di antaranya XBB di Singapura serta BQ.1 di Perancis, Italia, dan Inggris.
Secara umum, kata Budi, berdasarkan observasi dari keempat negara tersebut, puncak gelombang varian XBB/BQ.1 lebih rendah dibandingkan dengan gelombang BA.4/BA.5. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak gelombang relatif lebih cepat dibandingkan dengan gelombang BA.4/BA.5 (dengan pengecualian Perancis).
Budi mengungkapkan, subvarian baru ini memiliki risiko penularan cukup tinggi, tetapi dengan tingkat kesembuhan yang lebih cepat. Selain itu, tingkat kematian dari subvarian baru ini tidak terlalu tinggi.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), per 5 November 2022 pukul 12.00 WIB, kasus Covid-19 menyentuh angka 4.717 kasus sehari. Provinsi yang mengalami peningkatan kasus tertinggi di antaranya DKI Jakarta sebanyak 1.859 kasus, Jawa Timur 669 kasus, dan Jawa Barat 612 kasus.
Angka kematian juga bertambah menjadi 39 orang. Tiga provinsi dengan kasus kematian tertinggi adalah Jawa Tengah 11 orang, Jawa Timur 5 orang, dan DI Yogyakarta 5 orang.
Meski begitu, Budi tetap mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan akan penularan dari subvarian baru ini. Risiko penularan tetap bisa terjadi. Begitu pula dengan risiko kematian, terutama pada kelompok rentan, seperti warga lansia dan orang dengan komorbid.
”Usahakan tetap pakai masker, terutama di ruang tertutup. Cepat pula lakukan (vaksinasi) booster, terutama orangtua dan komorbid. Saat ini, (cakupan) booster kita baru 62 juta dosis. Risiko untuk masuk ke rumah sakit itu akan jauh lebih kecil kalau kita sudah divaksin sampai booster,” kata Budi, Jumat (4/11/2022).
Pada kesempatan terpisah, Jumat (4/11/2022), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization untuk vaksin Inavac atau vaksin Merah Putih. Vaksin Inavac telah diproduksi sebanyak 5 juta dosis dan siap digunakan untuk masyarakat.
Kepala BPOM Penny K Lukito mengungkapkan, vaksin Inavac merupakan produksi dalam negeri yang dikembangkan oleh peneliti Universitas Airlangga dan diproduksi oleh PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Biotis FX Sudirman mengatakan, vaksin Inavac sudah diproduksi sebanyak 5 juta sosis secara paralel. Vaksin tersebut akan didistribusikan 1,5 juta dosis untuk November dan 3,5 juta dosis untuk Desember 2022.
”Lima juta merupakan hasil diskusi dengan Kementerian Kesehatan karena ada anggaran yang sudah dialokasikan dan kami akan komitmen memenuhinya,” kata Sudirman.
Berdasarkan data vaksinasi Covid-19 Nasional per 5 November 2022 pukul 06.56 WIB, capaian total vaksinasi dosis satu sebanyak 205.188.237 dosis (87,44 persen), vaksinasi dosis dua sebanyak 171.958.064 dosis (73,29 persen). Adapun capaian vaksinasi dosis ketiga atau penguat baru 65.372.101 dosis (27,86 persen).