Pameran Pendidikan Tinggi Eropa Hadir Lagi secara Luring
Setelah dua tahun dilaksanakan secara daring, masyarakat bisa kembali menghadiri pameran perguruan tinggi Eropa secara luring.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pameran Perguruan Tinggi Eropa kembali digelar secara luring setelah dua tahun digelar secara daring karena pandemi Covid-19. Sebanyak 99 perguruan tinggi dari Eropa mengikuti kegiatan ini secara luring dan daring.
Pameran Perguruan Tinggi Eropa (European Higher Education Fair/EHEF) 2022 digelar Sabtu (5/11/2022) di Menara Astra, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Acara ini berlangsung selama dua hari hingga 6 November 2022 dan akan dilanjutkan pada 8 November 2022 di Surabaya, Jawa Timur.
”EHEF ini pertama kali diadakan secara luring setelah daring selama dua tahun kemarin. Dari total 99 perguruan tinggi, 68 di antaranya mengikuti secara luring. Sebanyak 32 perguruan tinggi akan presentasi secara daring pada 9 November 2022,” kata Project Manager EHEF Daniel Darmawan yang telah memimpin acara ini sejak pertama kali diselenggarakan pada 2008.
EHEF 2022 menghadirkan perguruan tinggi dari 15 negara di Eropa. Beberapa di antaranya berasal dari Austria, Belgia, Perancis, Jerman, Hongaria, Romania, Italia, Belanda, Irlandia, Luksemburg, dan Polandia. Dari seluruh peserta pameran, perguruan tinggi-perguruan tinggi dari 12 negara mengikuti acara itu secara luring, sedangkan tiga di antaranya, yaitu perguruan tinggi dari Hongaria, Polandia, dan Luksemburg, mengikuti secara daring.
Daniel mengungkapkan, sebelum pandemi pada 2019, jumlah pengunjung pameran mencapai 10.000-12.000 di tiga kota tempat penyelenggaraan acara, yaitu Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Penurunan pengunjung terjadi selama 2019-2020. Bahkan, dari total 5.000-6.000 orang yang mendaftar, hanya 1.500-2.000 orang yang menghadiri secara virtual.
Penurunan pengunjung ini sejalan dengan penurunan pendapatan ekonomi masyarakat. Alhasil, masyarakat berpikir ulang untuk menguliahkan anaknya ke luar negeri.
”Selama puncak pandemi, negara-negara Eropa juga melakukan pembatasan kegiatan publik, termasuk kegiatan pendidikan. Akibatnya, banyak pelajar Indonesia di Eropa yang pulang ke Tanah Air untuk menghemat biaya, selain karena perkuliahan dilaksanakan (secara) daring,” tutur Daniel.
Daniel menyebutkan, terdapat empat program studi yang paling diminati pelajar Indonesia untuk berkuliah di Eropa, yaitu hubungan internasional, informasi dan teknologi, ekonomi, serta lingkungan. ”Beberapa tahun belakangan ini program studi lingkungan banyak diminati. Hal ini bisa terjadi karena peningkatan kesadaran masyarakat terkait pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan,” ucap Daniel.
Daniel menyebutkan, salah satu yang menjadi daya tarik perkuliahan di Eropa yaitu karena memiliki berbagai program studi. Dalam laman daring EHEF, terdapat 4.000-5.000 program studi yang tersebar di seluruh Eropa mulai dari tingkat sarjana, master, hingga doktoral.
Perwakilan University of Netherlands, Belanda, Jelita, menjelaskan, umumnya masyarakat memilih kampus di Eropa berdasarkan minat keilmuan mereka. Misalnya, pelajar memilih Den Haag University untuk belajar tentang teknologi pangan dan hukum, Han University untuk belajar bisnis, dan Fontys University untuk belajar teknik.
Selain minat keilmuan, para pelajar juga mempertimbangkan bahasa universal yang dipakai di negara tujuan. Negara dan kampus yang menggunakan bahasa Inggris cenderung banyak diminati karena calon pelajar tidak perlu belajar bahasa baru.
”Han University menggunakan bahasa Inggris. Anak-anak yang mengambil program sarjana juga ada beasiswanya langsung, seperti potongan uang kuliah. Potongan uang kuliah paling banyak di semester pertama, tetapi pelajar juga bisa mengajukan hal yang sama jika nilainya stabil di semester berikutnya,” kata Jelita.
Berbeda dengan Jelita, Perwakilan Jacobs University, Jerman, Peter Tsvetkov, mengakui, banyak calon pelajar yang datang untuk mencari informasi program studi ilmu data (data science). Mayoritas mereka menanyakan untuk studi master dan doktoral walau beberapa menanyakan untuk tingkat sarjana.
Selama dua tahun terakhir, Indonesia mengirim sekitar 6.000 mahasiswa ke luar negeri untuk program IISMA.
Menurut Peter, program studi yang paling terkenal di universitasnya adalah ilmu komputer walau juga ada rumpun lain, seperti teknik, kesehatan, ekonomi, dan psikologi. Program studi pada ilmu komputer ini di antaranya computer science and software engineering, electrical and computer engineering, dan robotics and intelligent systems.
Memberikan dukungan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nizam menjelaskan, pemerintah mengakomodasi pelajar Indonesia yang berminat untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Pemerintah menyiapkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang tertuju untuk masyarakat dari dalam dan luar negeri, termasuk afirmasi.
Pemerintah juga menyediakan program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) untuk mahasiswa yang sedang berkuliah strata satu dalam negeri agar bisa kuliah satu semester di luar negeri. ”Selama dua tahun terakhir, Indonesia mengirim sekitar 6.000 mahasiswa ke luar negeri untuk program ini,” sebut Nizam.
Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket menuturkan, EHEF merupakan upaya UE untuk memperkuat kolaborasi dengan Indonesia, termasuk dalam inovasi dan pendidikan. Ia menyebutkan, Eropa menjamin kualitas kampusnya dengan penilaian ketat, tidak hanya dalam negeri, tetapi juga internasional. Dari hal ini diharapkan setiap kampus dapat kompetitif dalam menyediakan fasilitas, riset, hingga proses pendidikannya.