Film Indonesia beberapa kali menorehkan prestasi di sejumlah ajang film internasional. Hal ini menumbuhkan optimisme untuk memproduksi film berkelas dunia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Prestasi yang ditorehkan sejumlah sineas Indonesia di ajang perfilman internasional beberapa waktu terakhir mengundang rasa penasaran: bagaimana cara memproduksi film berkelas dunia? Ada yang berkolaborasi dengan pegiat film luar negeri dan ada yang mengajukan pendanaan ke luar negeri. Bagaimanapun caranya, prinsip yang dipegang para sineas adalah membuat film berkualitas dan dekat dengan masyarakat.
Menurut produser film Before, Now, and Then (Nana), Ifa Isfansyah, para pembuat film umumnya tidak pernah dengan sengaja membuat film untuk menembus pasar internasional. Apresiasi dari luar negeri biasanya muncul jika film dinilai bagus, baik dari segi gagasan, eksekusi ide, maupun keterampilan seniman-seniman yang terlibat dalam produksi film.
”Film itu sifatnya borderless (tanpa batas). A good film is a good film. Mereka (dunia internasional) mencari film bagus yang dalam konteks festival (film) bicara soal cara bertutur yang baru atau membawa jendela (pemikiran) baru,” kata Ifa dalam diskusi ”Memproduksi Film Indonesia Berkelas Dunia” di Jakarta, Kamis (3/11/2022).
Adapun apresiasi yang diperoleh setiap film berbeda-beda. Ada yang diapresiasi melalui tingginya jumlah penonton, tetapi ada pula yang menerima penghargaan. Ifa mengatakan, apresiasi tersebut bergantung pada target pasar masing-masing film.
Itu sebabnya penting bagi produser untuk memahami target penonton film. Pemahaman ini akan menjadi dasar menyusun strategi promosi dan distribusi film. Jika strateginya tepat, bukan tidak mungkin film didistribusikan hingga ke luar negeri.
Film Before, Now, and Then (Nana) yang rilis pada 2022, misalnya, kini ditayangkan pula di Taiwan dan Hong Kong. Film ini juga akan dirilis di Perancis pada akhir November 2022 dan di Amerika Serikat pada awal tahun 2023. Sebelumnya, film ini meraih penghargaan di Berlin International Festival 2022 untuk kategori Best Supporting Performance dan Brussels International Film Festival 2022 untuk kategori International Competition.
Menurut produser film Autobiography (2022), Yulia Evina Bhara, sineas Indonesia mesti membuka diri untuk berkolaborasi dengan berbagai seniman, termasuk yang berasal luar negeri. Selain itu, pegiat film juga dapat mengajukan proposal pendanaan ke pihak-pihak luar negeri. Hal ini tidak hanya akan memperkaya proses kreatif film, tetapi juga memperbesar peluang distribusi film ke luar negeri.
Adapun Autobiography diproduksi dengan pendanaan dari tujuh negara, antara lain Perancis, Indonesia, dan Filipina. Film ini menjadi satu-satunya film dari Asia Tenggara yang tayang di Festival Film Internasional Venice pada September 2022.
Di sisi lain, Yulia menekankan pentingnya membuat film yang dapat diterima masyarakat. Artinya, film tersebut mencerminkan dinamika sosial dan membuat penontonnya merasa terhubung (related).
”Film yang bisa diterima adalah film-film yang bercerita tentang kemanusiaan-kemanusiaan yang sedang berkembang,” katanya. ”Autobiography, misalnya, bercerita tentang relasi antara anak dan orangtua. Ada cerita seperti itu di belahan dunia mana pun. Tetapi, cerita dikembangkan agar solid, dalam arti semua orang bisa terhubung (dengan cerita),” tambahnya.
Produser film Ngeri Ngeri Sedap, Dipa Andika, mengatakan, timnya berupaya membuat film yang dekat dengan orang Indonesia. Film yang berlatar di Sumatera Utara ini berkisah soal pasangan suami-istri Batak yang rindu pada anak-anaknya. Agar anak-anaknya mau pulang dari perantauan, suami-istri tersebut berpura-pura akan bercerai. Namun, pertemuan orangtua dan anak-anaknya yang sudah dewasa itu malah menyingkap masalah demi masalah yang selama ini terpendam.
”Kami mau membuat film yang dekat dengan orang Indonesia. Saat pertama kali membaca (skenario) dan memproduksi film, yang mesti kami pikirkan adalah bagaimana film orang-orang Batak ini bisa diterima juga oleh orang-orang non-Batak,” ucap Dipa.
Timnya pun bersiasat dengan memetakan jumlah dan keberadaan orang Batak di Indonesia. Promosi film lantas difokuskan ke daerah-daerah dengan populasi orang Batak yang tinggi. Promosi dilakukan di tempat-tempat orang Batak berkegiatan, antara lain transportasi umum dan lapo atau kedai.
Promosi itu berbuah positif. Film Ngeri Ngeri Sedap diapresiasi oleh orang Batak dan non-Batak. Film ini bahkan ditonton lebih dari 2,8 juta orang. Menurut laman filmindonesia.or.id per 3 November 2022, film Ngeri Ngeri Sedap termasuk film dengan jumlah penonton terbanyak keempat pada 2022.
Film ini juga akan mewakili Indonesia di ajang Academy Awards 2023. Jika terpilih, Ngeri Ngeri Sedap berpeluang masuk ke kategori Best International Film.