Asteroid Super Besar dan Berbahaya Terdeteksi di Dekat Bumi
Para astronom mengamati tiga asteroid di dekat Bumi yang bersembunyi di bawah sinar Matahari. Salah satu dari tiga asteroid tersebut berukuran lebih dari 1 kilometer dan amat berbahaya bagi Bumi apabila terjadi tumbukan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
Para astronom dari Cerro Tololo Inter-American Observatory mengamati tiga asteroid di dekat Bumi yang bersembunyi di bawah sinar Matahari. Salah satu dari tiga asteroid tersebut merupakan obyek terbesar yang berpotensi berbahaya bagi Bumi yang ditemukan dalam rentang waktu delapan tahun terakhir.
Pengamatan tiga asteroid di dekat Bumi (near-Earth asteroids/NEA) dilakukan para astronom melalui pengamatan senja (twillight observations). NEA adalah bagian dari populasi yang sulit diamati karena bersembunyi di dalam orbit Bumi dan Venus.
”Sejauh ini kami telah menemukan dua asteroid besar dekat Bumi yang lebarnya sekitar 1 kilometer. Ini ukuran yang kami sebut sebagai pembunuh planet,” ujar Scott SSheppard, astronom di Laboratorium Bumi dan Planet dari Carnegie Institution for Science dan penulis utama makalah ini dikutip dari situs resmi NOIRLab, Rabu (2/11/2022).
Dalam mengamati asteroid di area tersebut, astronom menghadapi tantangan karena harus bersaing dengan silau Matahari. Namun, pengamatan tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan mengoptimalkan waktu yang singkat selama senja.
Sejauh ini kami telah menemukan dua asteroid besar dekat Bumi yang lebarnya sekitar 1 kilometer. Ini ukuran yang kami sebut sebagai pembunuh planet.
Salah satunya asteroid yang berhasil diamati berukuran 1,5 kilometer bernama 2022 AP7. Asteroid ini memiliki orbit yang suatu hari nanti dapat masuk di jalur orbit Bumi. Sementara dua asteroid lainnya, yakni 2021 LJ4 dan 2021 PH27, memiliki jalur yang sepenuhnya aman berada di dalam orbit Bumi.
Meski aman bagi Bumi, asteroid 2021 PH27cukup menarik bagi para astronom dan astrofisikawan karena berada di dekat Matahari. Kondisi ini memungkinkan asteroid tersebut memiliki efek relativitas umum terbesar dari obyek apa pun di Tata Surya kita.
”Kemungkinan hanya ada beberapa NEA dengan ukuran sama yang tersisa untuk ditemukan. Sampai saat ini, baru ditemukan 25 asteroid yang mengorbit sepenuhnya di dalam orbit Bumi karena kesulitan mengamati di dekat silau Matahari,” tutur Sheppard.
Dari catatan selama ini, 2022 AP7 merupakan asteroid dengan ukuran sangat besar yang berpotensi mengancam populasi Bumi apabila bertabrakan. Sepanjang 2021 juga terdeteksi sejumlah asteroid berposisi dekat dengan Bumi, tetapi berukuran lebih kecil dibandingkan 2022 AP7.
Asteroid tersebut salah satunya adalah Apophis dengan lebar 340 meter. Apophis meluncur melewati Bumi pada Jumat 5 Maret 2021 dengan jarak sekitar 16,8 juta kilomterdari Bumi atau sekitar 40 kali jarak dari Bumi ke Bulan.Namun, jarak tersebut diyakini sangat aman bagi Bumi sehingga terhindar dari potensi tabrakan dengan sang asteroid.
Selain Apophis, tercatat pula asteroid lainnya yang berada di dekat Bumi, yakni 2001FO32 dengan lebar 440-680 meter, kemudian asteroid 2008 GO20 (97-220 meter), asteroid 2021 NY1 (130-300 meter), asteroid 2021 UA 1 (2 meter), dan asteroid 4660 Nereus (330 meter).
Dalam mengamati tiga asteroid baru ini, para astronom menggunakan Kamera Energi Gelap (DECam) yang dipasang pada teleskop 4 meter Víctor MBlanco. Teknologi ini dibuat oleh Departemen Energi AS di Cerro Tololo Inter-American Observatory di Chile yang merupakan program National Optical-Infrared Astronomy Research Laboratory (NOIRLab NSF).
Ditemukannya ketiga asteroid baru ini dimungkinkan berkat kemampuan pengamatan DECam yang unik. Instrumen tercanggih ini adalah salah satu pencitra charge-coupled device(CCD) bidang lebar berkinerja tertinggi di dunia. Teknologi ini memberi para astronom kemampuan menangkap area langit yang luas dengan sensitivitas tinggi.
”Setelah 10 tahun pelayanan yang luar biasa, DECam terus menghasilkan penemuan ilmiah penting.Pada saat yang sama, penemuan ini juga berkontribusi pada pertahanan planet yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia,” kata Direktur Program NSF untuk NOIRLabChris Davis.
Tantangan pengamatan
Menemukan asteroid di Tata Surya merupakan sebuah tantangan pengamatan yang menakutkan. Para astronom hanya memiliki dua waktu singkat sekitar 10 menit setiap malam untuk mengamati area ini dan harus bersaing dengan kecerahan langit yang dihasilkan dari paparan sinar Matahari secara langsung.
Pengamatan yang dilakukan para astronom ini juga sangat dekat dengan cakrawala. Dengan kata lain, para astronom harus mengamati melalui lapisan tebal atmosfer Bumiyang dapat mengaburkan dan mendistorsi pengamatan mereka.
Selain mendeteksi asteroid yang berpotensi menimbulkan ancaman bagi Bumi, penelitian ini merupakan langkah penting untuk memahami distribusi benda-benda kecil di Tata Surya kita. Asteroid dengan posisi yang jauh dari Matahari paling mudah dideteksi. Asteroid yang lebih jauh ini cenderung mendominasi model teoretis populasi asteroid.
Mendeteksi obyek-obyek ini juga memungkinkan para astronom untuk memahami tentang proses mengangkut asteroid ke seluruh Tata Surya bagian dalam. Ini termasuk bagaimana interaksi gravitasi dan panas Matahari dapat berkontribusi pada fragmentasi asteroid.
”Survei DECam kami adalah salah satu pencarian terbesar dan paling sensitif yang pernah dilakukan untuk obyek di dalam orbit Bumi dan dekat dengan orbit Venus. Ini adalah kesempatan unik untuk memahami jenis obyek apa yang bersembunyi di Tata Surya bagian dalam,” tutur Sheppard.