Tinggi Tsunami di Selatan Jawa Bagian Barat Bisa Melebihi Aceh 2004
Penelitian terbaru menunjukkan, gempa di zona subduksi selatan Jawa bagian barat hingga tenggara Sumatera bisa memicu tsunami hingga 34 meter, melebihi ketinggian tsunami Aceh 2004.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian terbaru menemukan, zona kegempaan di selatan Jawa bagian barat dan tenggara Sumatera menyimpan sumber potensial gempa megathrust di masa depan dengan kekuatan hingga M 8,9. Pemodelan menunjukkan gempa di zona bisa memicu tsunami hingga 34 meter, melebihi ketinggian tsunami Aceh 2004.
”Hasil penelitian kami tentang potensi gempa dan tsunami akibat megathrust di selatan Jawa (bagian) barat dan tenggara Sumatera baru saja diterbitkan di jurnal Natural Hazards,” kata Pepen Supendi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan peneliti postdoctoral di University of Cambridge, yang menjadi penulis pertama laporan ilmiah ini, Selasa (1/11/2022).
Laporan ilmiah ini juga ditulis Sri Widiyantoro dari Institut Teknologi Bandung (ITB); Nicholas Rawlinson dari Department of Earth Sciences-University of Cambridge; Tatok Yatimantoro, Daryono, serta Dwikorita Karnawati dari BMKG; Abdul Muhari dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); Rahma Hanifa dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); serta sejumlah peneliti lain.
Tinggi tsunami bisa dipengaruhi batimetri dan kedekatannya dengan sumber gempa.
Zona gempa di selatan Jawa bagian barat dan tenggara Sumatera diketahui sangat aktif akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dan subduksi di bawah lempeng Sunda. Peristiwa megathrust besar yang terkait dengan proses ini dikhawatirkan menimbulkan bahaya gempa bumi dan tsunami besar bagi masyarakat sekitar. Namun, kemungkinan dan frekuensi peristiwa tersebut masih belum dipahami dengan baik.
Memanfaatkan data katalog seismik yang bersumber dari BMKG dan International Seismological Center (ISC) periode April 2009-Juli 2020, para peneliti melakukan relokasi hiposenter gempa bumi. Hasilnya ditemukan adanya celah seismik yang besar di selatan Jawa bagian barat dan tenggara Sumatera.
Celah seismik ini digambarkan dengan jelas oleh pola kegempaan yang melengkung kuat di atas lempengan Sunda yang menunjam. Hasil relokasi hiposenter gempa yang telah terjadi juga menunjukkan adanya gugus hampir vertikal di selatan Jawa bagian barat, yang kemungkinan terkait dengan patahan backthrust atau sesar belakang.
Mengacu studi berbasis pengukuran global positioning system (GPS) sebelumnya, zona kegempaan ini menjadi sumber potensial gempa megathrust di masa depan dengan potensi gempa maksimum hingga M 8,9.
Hingga 34 meter
Untuk menyelidiki hal ini lebih lanjut, kemudian dilakukan pemodelan tsunami di wilayah tersebut untuk dua skenario berdasarkan perkiraan celah seismisitas dan keberadaan sesar belakang. ”Kami menunjukkan bahwa ketinggian tsunami maksimum bisa mencapai 34 m di sepanjang pantai barat Sumatera bagian selatan dan di sepanjang pantai selatan Jawa dekat Semenanjung Ujung Kulon,” tulis Pepen dan tim.
Berdasarkan survei lapangan yang dilaporkan Jose C Borrero dalam Seismological Research Letters (2005), ketinggian tsunami yang diamati untuk gempa bumi berkekuatan M 9,1 di Aceh pada 2004 berkisar 20-30 meter. Ini berarti potensi tinggi tsunami maksimum yang disebabkan gempa di selatan Jawa bagian barat bisa lebih tinggi, sekalipun kekuatan gempanya sedikit lebih kecil.
Pepen mengatakan, magnitudo gempa hanyalah salah satu faktor dalam menentukan ketinggian tsunami maksimum. ”Tinggi tsunami bisa dipengaruhi batimetri dan kedekatannya dengan sumber gempa,” katanya.
Sedangkan ketinggian tsunami rata-rata di sepanjang pantai Sumatera dan pantai Jawa, menurut penelitian Pepen dan tim ini, masing-masing adalah 11,8 meter dan 10,6 meter, hasil yang menggabungkan efek dari sesar belakang.
Temuan ini melengkapi kajian sebelumnya yang ditulis Sri Widiyantoro dan tim di jurnal Nature(2020). Menurut laporan kajian yang didasarkan pada perhitungan data GPS di Jawa ini, tinggi tsunami di selatan Jawa maksimum hingga 20 meter dan rata-rata 4,5 meter.
Dalam laporannya saat itu, Sri menyebutkan, celah seismik yang memanjang di selatan Jawa bagian barat ini bisa pecah secara terpisah atau bersamaan saat terjadi gempa. Jika segmen di selatan Jawa bagian barat saja yang lepas, gempa bumi bisa berkekuatan M 8,9 dengan periode ulang 400 tahun.
Penentuan periode ulang 400 tahun ini berdasarkan penghitungan Emile A Okal di Geophysical Journal International (2012) dan kajian Ron Harris di Society of Exploration Geophysicist (2019).
Untuk periode ulang yang sama, segmen di Jawa Tengah dan Jawa Timur bisa memicu gempa M 8,8. Jika kedua segmen pecah dalam satu gempa, akan berkekuatan M 9,1 atau setara gempa Aceh pada 2004.
Serangkaian temuan terbaru ini menunjukkan pentingnya mitigasi bencana di selatan Jawa bagian barat, termasuk pesisir Banten, yang padat industri dan permukiman. Selain bahaya dari tsunami, kekuatan gempa yang bisa mencapai M 8,9 juga dapat menimbulkan guncangan dahsyat dan potensial menimbulkan kerusakan sebagaimana pernah dialami Jakarta saat gempa kuat dari zona subduksi melanda pada 5 Januari 1699.