Pemenuhan gizi anak tetap harus dikedepankan sekalipun keluarga mengalami guncangan ekonomi. Beberapa strategi perlu dilakukan seperti memanfaatkan bahan pangan lokal dan memberikan variasi pangan.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·5 menit baca
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA.
Ikan segar seperti ini wajib dikonsumsi anak-anak dan remaja di NTT yang mengalami gizi buruk atau masalah stunting. Ikan ini dijual pedagang di Kupang, Februari 2020.
JAKARTA, KOMPAS — Anak merupakan kelompok yang paling rentan terdampak pemenuhan gizinya saat terjadi guncangan ekonomi keluarga. Diperlukan strategi dalam pemenuhan gizi keluarga agar kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi dengan lengkap.
Peneliti Ekonomi Kesehatan, Mutia Sayekti, dalam webinar peringatan Hari Pangan Sedunia yang diselenggarakan Danone di Jakarta secara daring pada Senin (31/10/2022) menjelaskan, keluarga merupakan unit yang akan terdampak penurunan pendapatan dan berkurangnya akses pangan saat terjadinya krisis. Dalam acara bertajuk ”Cerdas Atur Pengeluaran Agar Gizi Anak Optimal” ini, Mutia menyebutkan, krisis yang dimaksud seperti pada awal pandemi Covid-19 dan prediksi akan terjadinya krisis ekonomi pada 2023.
”Kita tidak bisa mencegah krisis yang terjadi seperti gagal panen atau krisis sosial yang mengakibatkan ketersediaan pangan berkurang. Namun, dalam tataran keluarga kita bisa melakukan strategi untuk menyiapkan atau menanggulangi kerawanan pangan, salah satunya dengan melakukan pengelolaan keuangan keluarga. Hal ini dilakukan agar pemenuhan gizi keluarga, utamanya anak, tidak akan berkurang saat terjadi krisis,” kata Mutia.
Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam mengelola keuangan keluarga, yaitu komitmen untuk membangun gaya hidup sehat. Komitmen ini membutuhkan langkah yang konsisten agar tidak kembali pada gaya hidup lama yang tidak sehat. Mutia menambahkan, peningkatan literasi keluarga terhadap kebutuhan gizi penting dilakukan dalam mengelola keuangan. Hal ini bisa dilakukan dengan bertanya langsung kepada ahli gizi ataupun mencari informasi dari sumber terpercaya lainnya seperti membaca artikel di internet.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Penjual buah menunggu pembeli di sentra penjualan buah Pasar Pucang Anom, Surabaya, Jawa Timur, awal Februari 2020.
Dalam menyusun anggaran pangan keluarga, Mutia menyebutkan perlunya menggunakan prinsip mengelola sumber daya yang ada agar tercapai keluarga yang sehat dan produktif. Untuk menghindari kebosanan, perencanaan menu makan keluarga dalam periode tertentu juga bisa menjadi pertimbangan. Selain itu, harus dipertimbangkan juga konsumsi makan keluarga di luar rumah termasuk frekuensinya dan teliti pada pemilihan menu sesuai dengan konsep gizi seimbang.
”Pembuatan rencana anggaran keluarga perlu memperhatikan konsep gizi seimbang. Hal ini menjadi penting karena pemenuhan gizi bukan sekadar agar anak kenyang, tetapi sekaligus memenuhi kelengkapan gizi dan investasi kesehatan di masa depan,” ungkap Mutia.
Tidak ada makanan yang sifatnya superfood atau yang mengandung semua gizi. Oleh karena itu, variasi makanan anak harus berubah setiap hari dan saling melengkapi kebutuhan gizinya.
Langkah teknis menyiapkan keuangan keluarga untuk menghadirkan gizi yang seimbang, yaitu memasak sendiri agar keluarga dapat mengontrol bahan yang dibeli dan diolah. Dalam hal ini perlu dibedakan anggaran untuk belanja bahan mentah dan bahan jadi. Selain itu, membeli bahan pangan lokal yang mudah diakses dan dekat dengan rumah juga akan memudahkan dalam pemerolehan pangan. Opsi lain apabila kualitas bahan pangan tidak bagus, yaitu membeli bahan pangan berkualitas di tempat lain dalam jumlah besar yang disesuaikan dengan rencana pembelian.
Variasi makanan
Dalam rencana pembelian bahan makanan, Mutia menuturkan, perlunya penyertaan protein hewani yang mudah dijangkau serta variasi sayur dan buah yang kaya vitamin, mineral, juga serat. Saran lain, yaitu keluarga bisa menyiapkan makanan setengah matang untuk disimpan dan dikonsumsi pada masa depan saat waktu yang dimiliki untuk memasak terbatas. Namun, perlu memperhatikan jenis makanan yang bisa diperlakukan seperti ini karena dalam beberapa jenis sayur seperti bayam tidak bisa dipanaskan lagi setelah dimasak.
”Masyarakat juga bisa memanfaatkan makanan pengganti yang mudah ditemukan di tingkat lokal dan bisa menggantikan bahan pangan pokok konvensional. Bahan makanan ini masuk dalam Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP) yang bisa diakses di laman Kementerian Kesehatan. Beberapa langkah untuk memilih bahan pangan penukar ini seperti punya kandungan gizi yang sama dengan bahan pangan sebelumnya dan penggunaanya perlu mempertimbangkan kebutuhan keluarga,” sebut Mutia.
AYU NURFAIZAH UNTUK KOMPAS
Peneliti Ekonomi Kesehatan, Mutia Sayekti, memaparkan Daftar Bahan Makanan Penukar dalam webinar peringatan Hari Pangan Sedunia yang diselenggarakan Danone di Jakarta secara daring pada Senin (31/10/2022).
Sejalan dengan Mutia, Medical and Scientific Affairs Director Danone Indonesia Ray Wagiu Basrowi menjelaskan, untuk memenuhi gizi anak, diperlukan makanan yang sumbernya bervariasi, jumlahnya cukup, dan kualitasnya baik. Hal ini termasuk dengan makanan yang mengandung gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak serta makanan dengan gizi mikro yang mengandung vitamin dan mineral.
”Tidak ada makanan yang sifatnya superfood atau yang mengandung semua gizi. Oleh karena itu, variasi makanan anak harus berubah setiap hari dan saling melengkapi kebutuhan gizinya,” kata Ray.
Pemenuhan gizi anak juga perlu dipertimbangkan sesuai dengan usianya. Ketua Umum Ikatan Dokter anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso memaparkan, air susu ibu (ASI) eksklusif perlu diberikan kepada bayi hingga usia enam bulan. Setelah itu, anak akan memerlukan tambahan gizi dari karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, lemak, sayur atau buah untuk pengenalan. Produk susu menjadi penting ketika asupan protein dari hewani kurang. Protein hewani ini bisa didapat dari mengonsumsi telur dan daging (Kompas, 18/4/2022).
Memengaruhi produktivitas
Mutia menuturkan, kondisi tidak terpenuhinya gizi anak akan berdampak pada malnutrisi yang memengaruhi penurunan kondisi kesehatan dalam keseharian. Malnutrisi merupakan kondisi yang tidak hanya terjadi pada anak yang kekurangan, tetapi juga pada anak yang kelebihan gizi, tetapi nutrisi yang dikonsumsinya tidak seimbang.
”Malanutrisi seharusnya menjadi fokus penting bagi para pengambil kebijakan karena kondisi malanutrisi berdampak pada menurunnya kondisi individu atau masyarakat skala besar. Ketika kesehatan individu terganggu saat anak-anak, dewasa, hingga berkeluarga, produktivitasnya akan terhambat,” imbuh Mutia.
Dampak malanutrisi pada anak-anak akan memengaruhi kemampuan pikir yang tidak optimal, sedangkan pada orang dewasa memengaruhi kinerja dalam berbagai aktivitas. Oleh karena itu, malanutrisi secara langsung akan berdampak pada produktivitas. Jika hal ini terjadi pada anak-anak dan akan berlanjut hingga dewasa, akan memengaruhi kinerja untuk berkarya.