Pesparani II di NTT memberi pesan harmoni dalam keberagaman lintas agama. Umat agama lain terlibat aktif menyukseskan acara umat Katolik itu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pesta Paduan Suara Gerejani atau Pesparani Nasional II resmi mulai digelar di Kota Kupang, Nusantara Tenggara Timur, pada Jumat (28/10/2022). Ajang tarik suara umat Katolik itu juga menggaungkan pesan tentang harmoni dalam keberagaman. Dari NTT ke seluruh penjuru Nusantara.
Seremoni pembukaan Pesparani II di Stadion Oepoi itu diikuti puluhan ribu orang yang terdiri dari kontingen dari 34 provinsi, pengisi acara, dan warga. Acara berlangsung meriah itu dihadiri oleh Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr Ignatius Kardinal Suharyo serta Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Adrianus Meliala.
Hadir pula Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, sejumlah uskup di Indonesia, dan ratusan imam serta biarawan-biarawati. Presiden Joko Widodo yang diharapkan hadir membuka acara itu tidak datang. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pun menyampaikan sambutan lewat rekaman video.
Acara pembukaan itu diisi dengan tarian tradisional Pantang Janggu asal Pulau Sumba yang melibatkan 10.000 penari. Para penari adalah anak muda lintas agama. Pada saat defile kontingen dari 34 provinsi, para gadis Muslim berhijab berjalan paling depan sambil membawa papan nama setiap kontingen.
Tak hanya itu, gemuruh tepuk tangan puluhan ribu orang di stadion membahana saat Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia NTT Jamaludin Ahmad naik ke atas panggung. Jamaludin menyampaikan laporannya selaku Ketua Panitia Pesparani II.
Menurut mantan Ketua Nahdlatul Ulama NTT itu, kepercayaan yang diberikan kepada dirinya sebagai tokoh Islam adalah wujud dari semangat persaudaraan yang hidup dalam diri masyarakat NTT. ”Pesparani ini bukan hanya milik umat Katolik, tetapi menjadi milik semua umat beragama di NTT,” ucapnya.
Pesparani II berlangsung mulai 28 hingga 31 Oktober, dan diikuti 2.154 orang mewakili 34 provinsi. Peserta terbanyak dari Papua Barat, yakni 250 orang, sedangkan paling sedikit dari Aceh, yakni delapan orang. Ajang tarik suara itu menggelar 13 mata lomba.
Mgr Ignatius Kardinal Suharyo dalam sambutannya kembali mengingatkan umat Katolik agar berbakti kepada Tanah Air dan bangsa sebagaimana ungkapan ”seratus persen Katolik, seratus persen Indonesia”. Ia lalu mengajak hadirin untuk berdiri dan menyanyikan lagi ”Bagimu Negeri”.
Sementara itu, Gubernur NTT memperkenalkan NTT sebagai daerah yang menjunjung tinggi toleransi. Pelibatan umat lintas agama bukan sesuatu yang baru di NTT. Hendaknya pesan harmoni itu dapat diwartakan oleh para peserta Pesparani saat kembali ke daerah asal mereka nanti.
Viktor juga memperkenalkan keanekaragaman pesona alam, kuliner, dan budaya di NTT yang sayang jika dilewatkan begitu saja. Para tamu diminta tidak buru-buru pulang sebelum menyelami keindahan di daerah itu. ”Nanti bakalan menyesal,” ucapnya.
Adapun Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berharap Pesparani menjadi sarana bagi umat Katolik untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara. ”Sebagai pengungkit penguatan nilai-nilai keberagaman dan toleransi melalui pelibatan berbagai umat beragama dalam perhelatan ini,” ujarnya.