Penanganan sampah di laut membutuhkan kerja sama dan kolaborasi semua pihak. Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut untuk memberdayakan nelayan sekaligus menangani sampah di laut.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Sekitar 67,34 ton sampah dikumpulkan nelayan dari laut di 14 kabupaten dan kota di Indonesia sejak digelarnya Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut di sejumlah daerah di Indonesia mulai awal Oktober 2022. Mayoritas sampah di laut berasal dari daratan.
Sampah di laut, yang dikumpulkan para nelayan dan juga masyarakat bersama pemerintah daerah mulai dari Aceh sampai Merauke, periode 1-26 Oktober 2022, mengindikasikan persoalan lingkungan itu masih terjadi dan dialami Indonesia.
”Ahli memperkirakan 2050 nanti akan lebih banyak sampah plastik di laut dibandingkan dengan ikan apabila tidak dilakukan langkah konkret menangani sampah di laut,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara puncak Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut yang diselenggarakan Kementerian Kelautan dan Perikanan di Benoa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (27/10/2022).
”Lebih dari 80 persen sampah di laut berasal dari daratan,” kata Luhut di hadapan undangan dan peserta Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut 2022, yang turut dihadiri Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dan Gubernur Bali Wayan Koster.
”Karena itu, penanganan sampah harus terintegrasi dimulai dari hulu sampai ke hilir,” ujar Luhut menambahkan.
Oleh karena itu, langkah Kementerian Kelautan dan Perikanan meluncurkan Gernas BCL dengan memberdayakan para nelayan perlu diakselerasi.
Luhut juga menyatakan, kolaborasi multipihak, termasuk bersama komunitas masyarakat, swasta, dan akademisi menjadi penting bagi pencapaian target pengurangan polusi sampah ke laut hingga 70 persen pada 2025.
Ahli memperkirakan 2050 nanti akan lebih banyak sampah plastik di laut dibandingkan dengan ikan apabila tidak dilakukan langkah konkret menangani sampah di laut.
Luhut menghadiri acara puncak Gernas BCL 2022 di Badung, Bali, mewakili Presiden Joko Widodo. Dalam kesempatan itu, Luhut juga berdialog secara telekonferensi dengan perwakilan pemerintah daerah dan kelompok nelayan dari 14 daerah di Indonesia.
Dalam sambutannya di acara puncak Gernas BCL di Badung, Kamis (27/10), Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyatakan, Gernas BCL merupakan program prioritas KKP dalam strategi ekonomi biru (blue economy). Sampah yang dikumpulkan nelayan dari laut selanjutnya dipilah sesuai jenis, kemudian ditimbang.
Trenggono mengatakan, sebagai stimulus, setiap 1 kilogram sampah yang dikumpulkan nelayan nantinya akan dihargai senilai harga terendah 1 kilogram ikan di daerah setempat. Sampah yang sudah dipilah dan dikumpulkan itu kemudian dibawa ke tempat daur ulang untuk diproses menjadi produk bernilai.
”Dalam satu tahun musim tangkap ikan, satu bulan nelayan tidak menangkap ikan dan diganti dengan mengambil sampah di laut,” kata Trenggono. ”Setiap sampahnya diganti atau dibayar senilai harga ikan terendah di tempat itu,” ujar Trenggono menambahkan.
Ditemui di lokasi acara puncak Gernas BCL di Badung, Kamis (27/10), Duta Besar Denmark untuk Indonesia Lars Bo Larsen mengapresiasi inisiatif dan langkah konkret Indonesia menangani sampah di laut melalui Gernas BCL.
Dubes Lars mengatakan, Indonesia berperan penting dalam menangani persoalan sampah laut, yang menjadi permasalahan global. Lars menambahkan, Denmark sudah menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam hal manajemen sampah dan ekonomi sirkular serta lingkungan.
Lebih lanjut, ketika memberikan sambutannya, Luhut menyatakan, program pengentasan dan pengelolaan sampah, termasuk sampah di laut, harus dikerjakan bersama-sama dan bahu-membahu.
Disebutkan, pencemaran sampah, khususnya sampah plastik di laut, membahayakan kehidupan manusia sehingga sampah plastik, yang mencemarkan lingkungan, harus dipandang sebagai musuh bersama. ”Penanganannya harus terintegrasi. Saya minta kita semua bergerak,” ujarnya.
Sebelumnya, Luhut bersama Menteri Trenggono, KSAL Laksamana TNI Yudo Margono, dan Gubernur Koster juga berkesempatan bertemu puluhan nelayan dari wilayah Badung, Kamis (27/10).
Luhut menyapa para nelayan tersebut dan mengajak para nelayan di Bali agar bersama-sama mengupayakan Bali bersih dan menjaga Bali dari pencemaran sampah. ”Target (pengurangan polusi) 70 persen pada 2024-2025 tidak akan berhasil tanpa peran Anda para nelayan,” kata Luhut.
Dalam konferensi pers seusai acara pembukaan Gernas BCL tersebut, Luhut mengatakan, program Gernas BCL dari Kementerian Kelautan dan Perikanan akan bermanfaat bagi para nelayan dan masyarakat secara umum.
Menurut dia, nelayan tetap mendapatkan hasil dari mengumpulkan sampah di laut dan sekaligus membersihkan laut dari polusi sampah.
Luhut menambahkan, sejalan pengurangan polusi sampah ke laut, dijalankan pula pengelolaan sampah di darat, termasuk dengan menerapkan teknologi pengolahan sampah secara refuse-derived fuel (RDF).