Investasi pada Pengasuhan Anak Dukung Peningkatan Perempuan Bekerja
Partisipasi perempuan bekerja di Indonesia stagnan selama 20 tahun. Peningkatan angkatan kerja perempuan ini dapat dilakukan dengan berinvestasi pada pengasuhan anak, baik oleh negara maupun swasta.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Investasi pada pengasuhan anak yang berkualitas dan terjangkau menjadi salah satu solusi signifikan untuk meningkatkan angka partisipasi perempuan di dunia kerja yang tertinggal dibandingkan dengan laki-laki. Sebab, faktor utama perempuan meninggalkan dunia kerja yakni tidak terpenuhinya kebutuhan pengasuhan anak.
Padahal, meningkatnya jumlah perempuan yang masuk angkatan kerja tidak hanya meningkatkan pendapatan keluarga, tetapi juga mendukung kemajuan ekonomi negara. Namun, dalam 20 tahun terakhir, angka partisipasi perempuan Indonesia di dunia kerja relatif stagnan.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen pada webinar bertajuk ”Investasi pada Pengasuhan Anak: Mendorong Kebijakan untuk Mendukung Partisipasi Perempuan dalam Angkatan Kerja”, di Jakarta, Kamis (27/10/2022), mengatakan, dari kajian Bank Dunia, selama 20 tahun terakhir, partisipasi perempuan Indonesia di dunia kerja stagnan. Padahal, keterlibatan perempuan di dunia kerja berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi negara.
”Pernikahan dan pengasuhan anak menjadi penyebab banyak perempuan keluar dari angkatan kerja. Masalah ini menjadi tantangan untuk meningkatkan produktivitas. Kami mengapresiasi Indonesia sebagai presidensi G20 yang mengangkat masalah pekerjaan tidak berbayar sebagai salah satu agenda G20,” ujarnya.
Menurut Satu, akses pada pengasuhan anak bermutu bisa membantu negara meningkatkan sumber daya manusia dan membantu perempuan, khususnya yang bekerja. Di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, jika ada peningkatan akses pada pengasuhan anak, hal itu dapat meningkatkan jumlah para ibu yang bekerja. Tambahan pendidikan anak usia dini untuk tiap 1.000 anak bisa meningkatkan 9,1 persen jumlah pekerja yang dibayar dan meningkatkan bidang manufaktur sampai 11 persen.
”Kalau orangtua, terutama ibu, tahu bahwa anak mereka aman dan dirawat dengan baik, mereka akan bekerja dengan tenang dan berkurang rasa khawatir. Mereka akan bisa bekerja dan memberi manfaat pada keluarga, pemberi kerja, dan negara. Investasi pada pengasuhan anak yang bermutu dan terjangkau menjadi kebijakan ekonomi yang baik,” kata Satu.
Beban perempuan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Februari 2022, tingkat partisipasi perempuan di dunia kerja sekitar 54 persen, sedangkan laki-laki sudah 84 persen. Kesenjangan jender sebesar 30 persen masih jauh dari target harus menjadi 20 persen pada tahun 2025.
Kalau orangtua, terutama ibu, tahu anak mereka aman dan dirawat dengan baik, mereka akan bekerja dengan tenang dan berkurang rasa khawatir. Mereka bisa bekerja dan memberi manfaat pada keluarga, pemberi kerja, dan negara. Investasi pada pengasuhan anak yang bermutu dan terjangkau menjadi kebijakan ekonomi yang baik.
Bagi perempuan yang mampu memasuki angkatan kerja, ada diskriminasi dan ketidaksetaraan di tempat kerja. Salah satu alasan utama tertinggal karena beratnya beban kerja perawatan yang tidak berbayar.
Kajian ILO 2018 menggambarkan perempuan melakukan pekerjaan perawatan tidak berbayar sebesar tiga kali lipat dari laki-laki, termasuk merawat anak-anak, menjadi pekerjaan utama perempuan di keluarga. Situasi pandemi Covid-19 meningkatkan pekerjaan perawatan tak berbayar oleh perempuan sehingga keluar dari pekerjaan, padahal keluarga membutuhkan ketahanan ekonomi.
Menurut Darmawati, riset menunjukkan investasi pada pengasuhan anak dan pendidikan anak usia dini (PAUD) akan meningkatkan partisipasi perempuan pada angkatan kerja. Jika Indonesia dapat meningkatkan partisipasi perempuan bekerja sebesar 58 persen, hal itu dapat berdampak pada penambahan perekonomian Indonesia sekitar 62 miliar dollar AS. ”Kami terus mendorong pengarusutamaan jender, termasuk di sektor ekonomi,” ujarnya.
”Di akar rumput dikembangkan taman pengasuhan anak atau daycare taman asuh anak ceria. Ada juga desa ramah perempuan dan peduli anak hingga kolaborasi dengan dunia usaha dan industri, yakni dengan asosiasi perusahaan sahabat anak Indonesia,” kata Darmawati.
Pelaksana Tugas Direktur PAUD Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Komalasari mengatakan, keberadaan PAUD dapat menjadi pilihan perempuan untuk tetap aktif di pekerjaan. Peran PAUD mendukung perempuan sebagai mitra bagi orangtua untuk mendidik anak dengan menstimulasi berbagai aspek tumbuh kembang anak dengan PAUD holistic integrative.
Direktur Human Resources PT Unilever Indonesia Tbk Willy Saelan mengutarakan, dukungan perusahaan untuk menyediakan layanan pengasuhan anak punya manfaat untuk mendukung produktivitas pekerja perempuan. Unilever sejak tahun 2003 mengembangkan daycare untuk karyawan yang memiliki anak usia dini. Upaya ini untuk mencapai keseimbangan jender. Hingga saat ini, di jajaran direktur sudah mencapai 50 persen perempuan dan 50 persen laki-laki.
”Harga yang dibayar perempuan antara memilih karier dan mengasuh anak tinggi. Tantangan perempuan dalam pengembangan kariernya ada tahapan. Apalagi ketika sudah punya anak, pilihan perempuan untuk tetap bekerja atau keluar juga mempertimbangkan tentang pengasuhan anak,” kata Willy.
Menurut Willy, dengan menyediakan daycare, yang kini menampung 32 anak dari mulai usia tiga bulan, didukung dengan pengasuh yang menjaga dan menstimulasi anak sesuai tahapan usia anak, maka para perempuan bekerja dengan aman. Para perempuan pun merasa wellbeing mereka terpenuhi di lingkungan kerja dan keluarga.
Winnie Petrica, Wirausaha Daycare Tupai Kecil, mengatakan, layanan daycare membantu para ibu yang bekerja yang mengalami keterbatasan untuk menyediakan pengasuh di rumah. Para ibu yang merasa aman dan nyaman dengan dukungan daycare dapat terus bekerja.
”Jadi, tantangan bagi keluarga untuk mencari daycare yang cocok untuk anak mereka, yang aman dan nyaman dalam kesehatan dan keselamatan anak. Perlu komitmen untuk menyediakan daycare dengan pengasuh bermutu, yang enggak hanya mengurus anak, tetapi juga mengajarkan kemandirian dan menstimulasi tumbuh kembang anak,” kata Winnie.