Temuan Subvarian Omicron XBB Bertambah, Kasus Covid-19 Melonjak
Seiring dengan penemuan subvarian Omicron XBB yang lebih menular, kasus Covid-19 di Indonesia juga melonjak tinggi.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan telah menemukan tambahan tiga kasus positif subvarian Omicron XBB, yang merupakan transmisi dari dalam dan luar negeri sehingga total telah ditemukan empat kasus varian baru ini di Indonesia. Seiring dengan temuan varian baru yang lebih menular ini, kasus Covid-19 di Indonesia juga meningkat signifikan.
Dari empat pasien yang teridentifikasi tertular subvarian baru tersebut, tiga di antaranya berlokasi di DKI Jakarta. Sebanyak dua pasien transmisi lokal dan satu pasien transmisi luar negeri, sisanya satu pasien lagi berlokasi di Surabaya dengan transmisi luar negeri.
”Dengan demikian, pasien konfirmasi Omicron XBB ini sebanyak dua orang transmisi luar negeri dari Singapura dan dua pasien transmisi lokal,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Mohammad Syahril dalam konferensi pers, Rabu (26/10/2022).
Menurut Syahril, semua pasien yang terinfeksi subvarian baru ini bergejala ringan seperti batuk dan pilek. Semua pasien sudah divaksin, ada yang sudah dua kali ada juga yang sudah booster (mendapat vaksin penguat). ”Semua pasien sudah sembuh dan mereka hanya melakukan isolasi mandiri, tidak dirawat di rumah sakit,” katanya.
Dengan temuan ini, Kementerian Kesehatan langsung melakukan upaya antisipatif dengan melakukan pelacakan dan pemeriksaan terhadap kontak erat dan hasilnya negatif.
Kenaikan kasus
Data Kementerian Kesehatan, kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Pada Rabu (26/10), jumlah kasus baru Covid-19 bertambah 3.048, meningkat dibandingkan pada Selasa (25/10) sebanyak 3.008 kasus. Sementara pada Senin (24/10), jumlah kasus baru hanya 1.703 kasus.
Dengan demikian, pasien konfirmasi Omicron XBB ini sebanyak dua orang transmisi luar negeri dari Singapura dan dua pasien transmisi lokal.
Syahril menambahkan lonjakan kasus biasanya dikaitkan dengan adanya subvarian baru. ”Betul, jadi memang teorinya begitu. Apabila terjadi lonjakan kasus biasanya dikaitkan adanya subvarian baru. Ini kenaikannya baru kemarin, nanti kita akan lihat dalam 2-3 hari ini,” kata Syahril.
Sekalipun bisa dipengaruhi oleh keberadaan subvarian baru, menurut Syahril, lonjakan kasus ini bisa dipengaruhi oleh faktor lainnya, misalnya jumlah tes Covid-19 meningkat. ”Karena biasanya semakin banyak testing yang dilakukan, akan terjadi juga penemuan kasus,” pungkasnya.
Untuk memastikan hal ini, Kemenkes berupaya meningkatkan pemeriksaan whole genome sequencing atau pengurutan genom menyeluruh pada kasus-kasus yang dicurigai, terutama di rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah subvarian XBB ini sudah mendominasi di Indonesia
Rekombinan
Sebelumnya, pimpinan ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Geneva, Swiss, Soumya Swaminathan, memperingatkan, beberapa negara dapat mengalami gelombang baru peningkatan kasus Covid-19 akibat subvarian XBB, yang merupakan rekombinan dari BA.2.10.1 dan BA.2.75. Subvarian ini memiliki 14 mutasi tambahan di BA.2 spike protein.
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, subvarian Omicron XBB ini sudah dilaporkan di lebih dari 26 negara, termasuk di Indonesia. ”Jika lonjakan kasus di Indonesia ini karena subvariant Omicron XBB, itu menegaskan varian baru ini ini lebih mudah menular, selain paling mudah menghindar dari daya tahan tubuh kita,” tuturnya.
Selain subvarian XBB, saat ini juga sudah ditemukan sekuen XBB.1, yaitu XBB yang ada tambahan substitusi spike di lokus G252V. ”Tetapi, yang sangat perlu diwaspadai juga adalah bahwa selain XBB (dan XBB 1), negara tetangga kita Filipina pada 18 Oktober 2022 lalu sudah melaporkan ada 193 kasus XBC, suatu rekombinasi varian Delta dan subvarian Omicron BA.2 sub-variant, di mana ada lima orang meningga," ungkapnya.
Tjandra menambahkan, pada 21 Oktober 2022 bahkan dilaporkan sudah terjadi transmisi lokal dari subvarian XBC (dan juga XBB) di Filipina. Penularan di masyarakat seperti ini, bila tidak ditangani dengan baik, dikhawatirkan dapat berujung ke peningkatan kasus dan terjadinya gelombang berikutnya.
Di Inggris, subvarian XBC masuk kategori sebagai sinyal yang dipantau dan diinvestigasi. Varian atau subvarian yang juga masuk kategori ini yakni BA.3, BA.4.7, BA.2.75.2, BQ.1, BQ.1.1, BF.7 dan BJ.1. ”Jadi, kita kini dalam serangan XBB, dan di dekat kita si XBC mengintai. Ini menegaskan lagi kita masih dalam pandemi Covid-19, dan perlu tetap waspada dengan berbagai kemungkinan varian atau subvarian baru,” katanya.
Tjandra mengingatkan, untuk melindungi diri, protokol kesehatan harus kembali diperkuat dan vaksinasi digiatkan, terutama bagi yang belum mendapatkan suntikan lengkap dan suntikan penguat. ”Akan bagus sekali kalau kepada kita juga disediakan vaksin Covid-19 bivalen untuk melindungi terhadap varian yang lalu dan juga Omicron yang kini melanda,” ujarnya.