Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2022 Cukup Terkendali
Karhutla tahun 2022 cukup terkendali yang ditandai dengan turunnya titik panas dan luas area terbakar. Selain pengaruh musim yang cukup basah, hal ini juga tidak terlepas dari berbagai upaya pencegahan lainnya.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kejadian kebakaran hutan dan lahan atau karhutla tahun 2022 disebut cukup terkendali. Hal ini ditandai dengan turunnya titik panas dan luas area yang terbakar. Selain pengaruh musim kemarau yang cukup basah, terkendalinya karhutla ini juga tidak terlepas dari patroli oleh Manggala Agni dan berbagai upaya pencegahan lainnya.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Basar Manullang menyampaikan, berdasarkan basis data tahun 2014, sepanjang 2015-2022 terjadi penurunan titik api (hotspot) yang signifikan. Meski pada 2015 terjadi tragedi karhutla, data menunjukkan titik panas yang terdeteksi saat itu masih lebih sedikit dibandingkan tahun 2014. Pada 2015 terdeteksi 70.971 titik panas, sedangkan tahun 2014 sebanyak 89.214 titik panas.
”Sementara titik panas tahun 2020, 2021, dan 2022 sangat terlihat penurunan yang signifikan hingga lebih dari 90 persen. Ini terjadi karena upaya pengendalian karhutla di tingkat tapak dengan pelopor Manggala Agni semakin terintregrasi,” ujarnya dalam webinar tentang peran Manggala Agni dalam pengendalian karhutla, Rabu (26/10/2022).
Dari catatan KLHK, luas karhutla juga cenderung mengalami penurunan setelah kejadian karhutla besar terakhir pada 2019 dengan luasan mencapai 1,6 juta hektar. Tercatat pada 2020 luas karhutla turun menjadi 296.000 hektar dan 358.000 di tahun 2021. Sementara sejak Januari-September 2022, luas karhutla 183.000 hektar.
Penurunan titik panas dan luas karhutla khususnya pada tahun 2020-2022 salah satunya terjadi karena faktor musim kemarau yang cukup basah. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi tersebut disebabkan beberapa daerah di Indonesia masih mengalami hujan meski sudah masuk periode musim kemarau.
Basar juga menyebut bahwa penurunan karhutla tidak terlepas dari peran Manggala Agni. Selama ini, Manggala Agni tidak hanya sigap dalam memadamkan api, tetapi juga memelopori aksi deteksi dini lapangan, patroli mandiri dan terpadu, menerapkan pengelolaan lahan tanpa bakar, serta memperkuat koordinasi di tingkat tapak.
Hingga 15 Oktober 2022, patroli mandiri pencegahan karhutla telah dilaksanakan di 490 desa rawan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Sementara untuk patroli terpadu yang dilakukan Manggala Agni bersama pihak lainnya sudah dilaksanakan di 90 posko desa di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Basar menekankan bahwa ke depan, Manggala Agni harus terus mengoptimalkan kerja sama bidang pengendalian karhutla dengan pemangku kepentingan di tingkat tapak. Di sisi lain, Manggala Agni juga perlu meningkatkan kapasitas kompetensinya, mengubah pola dan kerawanan karhutla, serta menciptakan inovasi untuk aspek pengendalian.
Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Lailan Syaufina, menyatakan, Manggala Agni merupakan ujung tombak yang sangat vital dalam pengendalian karhutla di Indonesia. Guna mengembangkan kapasitas sumber daya manusia dalam pengendalian karhutla ini, termasuk Manggala Agni, diperlukan suatu rencana induk yang mencakup semua aspek.
”Untuk meningkatkan keberlanjutan Manggala Agni, perlu perencanaan program, penilaian pelatihan, sistem intensif, peningkatan intensitas bimbingan teknis, dan peningkatan pengembangan status kepegawaian personel atau jenjang karier,” ucapnya.
Tumpuan utama
Tenaga Ahli Direksi Bidang Perubahan Iklim Mutu International Wilistra Danny menyatakan, Manggala Agni selalu menjadi tumpuan utama dalam mengendalikan karhutla di daerah. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas dan kesiapsiagaan personel melalui pendidikan dan pelatihan secara berkala pada periode rawan perlu terus dilakukan secara konsisten.
Selain itu, peningkatan disiplin dan etos kerja personel Manggala Agni khususnya anggota regu yang diimbangi dengan intensif juga perlu terus dilakukan karena ikatan perjanjian kerja yang tidak terlalu kuat. Penyediaan dana operasional dan peralatan secara memadai dan tepat waktu juga akan menentukan kinerja Manggala Agni di lapangan.
Wilistra menyarankan agar Manggala Agni perlu turut berperan dalam penanganan perubahan iklim. Manggala Agni dipandang dapat menjadi agen pembangunan dengan ikut serta dalam pencapaian target dokumen kontribusi nasional (NDC) melalui pengendalian karhutla, khususnya pencegahan untuk penurunan emisi.
Ia pun berharap, ke depan Manggala Agni sudah bisa dikenalkan dengan masalah perubahan iklim. Beberapa aturan bisa menjadi refrensi untuk peningkatan kapasitas Manggala Agni seperti yang terbaru, yakni Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 21 Tahun 2022 tentang Tata Laksana Penerapan Nilai Ekonomi Karbon.