Asia Tengah Rute Utama Migrasi Manusia Paling Awal di Asia
Pedalaman Asia Tengah telah diidentifikasi sebagai rute utama untuk beberapa migrasi ”hominin” paling awal.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
Pedalaman Asia Tengah telah diidentifikasi sebagai rute utama untuk beberapa migrasi hominin paling awal. Kawasan Asia Tengah menghubungkan beberapa zona yang memainkan peran penting dalam penyebaran hominin dari Afrika dan melalui Asia.
Temuan baru ini dipublikasikan Emma Finestone, peneliti Cleveland Museum of Natural History dan Max Planck Institute for the Science of Human History dan tim di jurnal PLOS ONE, Jumat (23/10/2022). Tim peneliti termasuk Paul Breeze dan Nick Drake (Kings College London), Sebastian Breitenbach (Universitas Northumbria Newcastle), Farhod Maksudov (Akademi Ilmu Pengetahuan Uzbekistan), dan Michael Petraglia (Universitas Griffith di Queensland, Australia). Penelitian mereka menunjukkan bahwa zona stepa, semikering, dan gurun di Asia Tengah pernah menjadi lingkungan yang menguntungkan bagi hominin dan penyebarannya ke Eurasia.
”Asia Tengah menghubungkan beberapa zona yang memainkan peran penting dalam penyebaran hominin dari Afrika dan melalui Asia. Namun, kita hanya tahu sedikit tentang pendudukan awal Asia Tengah. Sebagian besar bahan arkeologis tidak memiliki tanggal dan catatan paleoklimat yang terperinci langka sehingga sulit untuk memahami penyebaran hominin awal dan dinamika pendudukan di wilayah itu,” kata Finestone.
Meskipun potensi penting Asia Tengah untuk penyebaran awal, pengetahuan kita tentang Paleolitik Bawah di lanskap yang luas dan beragam ini terbatas.
Tim mengumpulkan dan menganalisis data paleoklimat dan arkeologi dari Pleistosen (sekitar 2,58 juta tahun yang lalu hingga 11.700 tahun yang lalu) di Asia Tengah. Mereka juga membangun set data alat batu Paleolitik dan menganalisis deposit mineral yang terbentuk di sebuah gua (stalagmit) di Uzbekistan selatan.
Alat kebudayaan
Pembuatan alat dan modifikasi alat merupakan kunci kemampuan manusia untuk bermigrasi ke lingkungan baru dan untuk mengatasi tantangan lingkungan. Hominin kuno cenderung membawa alat saat mereka bermigrasi. Para peneliti mempelajari lokasi peralatan batu dan kondisi lingkungan yang tercermin dalam stalagmit saat tumbuh di akhir Isotop Laut Tahap 11, sekitar 400.000 tahun yang lalu.
Maksudov dari Akademi Ilmu Pengetahuan Uzbekistan mengatakan, relatif sedikit yang diketahui tentang pembuat alat paling awal di kawasan itu karena mayoritas kejadian Paleolitik Awal (bagian paling awal dari peralatan batu Paleolitik) di Asia Tengah tidak memiliki konteks yang dapat diandalkan untuk penanggalan dan rekonstruksi lingkungan.
”Meskipun potensi penting Asia Tengah untuk penyebaran awal, pengetahuan kita tentang Paleolitik Bawah di lanskap yang luas dan beragam ini terbatas,” kata Masudov.
Petraglia, penulis senior studi tersebut, mengatakan, kumpulan data dari 132 situs Paleolitik di Asia Tengah ini merupakan yang terbesar dari jenisnya. ”Ini memungkinkan kami untuk mempertimbangkan distribusi situs-situs ini dalam konteks catatan multiproksi baru berbasis speleothem tentang perubahan hidrologi di Uzbekistan selatan dari Pleistosen Tengah,” katanya.
Selain itu, tim peneliti juga menganalisis deposit goa yang merekam kondisi lingkungan di masa lalu. ”Dengan menggunakan data geokimia dari stalagmit, kami memperoleh wawasan tentang perubahan musiman hingga skala milenium dalam ketersediaan kelembaban dan dinamika iklim yang mengatur hujan dan salju. Pekerjaan kami menunjukkan bahwa kondisi lokal dan regional tidak mengikuti tren jangka panjang yang sederhana, tetapi cukup bervariasi,” kata Breitenbach, yang memimpin analisis berbasis stalagmit.
Berdasarkan temuan yang ada, Finestone menyimpulkan, Asia Tengah adalah habitat yang menguntungkan bagi pembuat alat Paleolitik ketika fase interglasial yang hangat bertepatan dengan periode ketika Laut Kaspia mengalami tingkat air yang tinggi secara konsisten, menghasilkan ketersediaan kelembaban yang lebih besar, dan kondisi yang lebih beriklim di daerah yang gersang.
Selama interval periodik yang lebih hangat dan lebih basah, lingkungan lokal Asia Tengah yang gersang bisa menjadi habitat yang menguntungkan dan sering dikunjungi oleh pembuat perkakas Paleolitik Awal yang memproduksi biface (perkakas batu yang telah dikerjakan di kedua sisi). “Pekerjaan interdisipliner yang menjembatani arkeologi dengan model paleoklimat menjadi semakin diperlukan untuk memahami asal-usul manusia,” kata Finestone.
”Di masa depan, basis data yang dihasilkan dalam penelitian ini akan terus memungkinkan kami untuk mengajukan pertanyaan tentang konteks penyebaran hominin,” katanya.