Indonesia-Korea Selatan Kerja Sama Riset Menuju Emisi Nol Bersih
Mengupayakan emisi bersih nol, Indonesia dan Korea Selatan saling berbagi ilmu pengetahuan serta teknologi mitigasi emisi karbon.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·4 menit baca
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
Suasana forum kerja sama teknologi nol bersih antara Indonesia-Korea bertajuk Indonesia-Korea Sustainable Industry and Regional Development Research and Innovation Technology and Project Cooperation, di Gedung Ayana Mid-Plaza, Jakarta Pusat, Senin (17/10/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN bekerja sama dengan Green Technology Centre Korea Selatan untuk menuju emisi nol bersih. Kedua negara berkomitmen melakukan transfer pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan hal itu.
Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kemen PPN/Bappenas) Vivi Yulaswati menyampaikan, dunia sedang mengalami triple planetary crisis atau tiga masalah lingkungan berskala global. Ketiga masalah itu ialah polusi, perubahan iklim, serta hilangnya keanekaragaman hayati.
”Ketiga hal itu berimplikasi buruk pada kemiskinan, ketidakadilan, kemerosotan ekonomi, serta kemunduran pengembangan sumber daya manusia. Terutama sekarang, saat kita sedang berusaha bangkit dari pandemi Covid-19. Menurut saya ini akan mengancam Indonesia dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs),” ujar Vivi dalam forum kerja sama teknologi nol bersih antara Indonesia-Korea bertajuk ”Indonesia-Korea Sustainable Industry and Regional Development Research and Innovation Technology and Project Cooperation”, di Gedung Ayana Mid-Plaza, Jakarta Pusat, Senin (17/10/2022)
Para pembicara dalam forum kerja sama teknologi nol bersih antara Indonesia-Korea bertajuk Indonesia-Korea Sustainable Industry and Regional Development Research and Innovation Technology and Project Cooperation, di Gedung Ayana Mid-Plaza, Jakarta Pusat, Senin (17/10/2022).
Untuk mengatasi hal itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengupayakan transformasi ekonomi, salah satunya melalui ekonomi hijau. Beberapa hal yang diupayakan dalam ekonomi hijau adalah ekonomi sirkular, pengembangan emisi karbon rendah dan ketahanan iklim, manajemen polusi dan sampah, mitigasi risiko bencana, serta manajemen keanekaragaman hayati.
Semua itu sesuai dengan visi Indonesia 2045, tujuan bersih bebas emisi 2060 yang dicanangkan dalam G20, SDGs 2030, serta Perjanjian Paris. Menurut Vivi, ekonomi hijau akan mendorong Indonesia untuk keluar dari masalah perangkap kelas ekonomi menengah sebelum 2045.
Senada yang disampaikan Vivi, Pemerintah Korea Selatan juga memiliki visi dan misi yang sama untuk mencapai tujuan SDGs dan bebas bersih emisi. Peneliti Korea Environment Institute, Hyunsik Choi, pada forum tersebut menyampaikan, Pemerintah Korea Selatan memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai netralitas emisi karbon serta pencapaian SDGs dan mitigasi isu lingkungan.
Beberapa hal yang diupayakan dalam ekonomi hijau adalah circular economy, pengembangan emisi karbon rendah dan ketahanan iklim, manajemen polusi dan sampah, mitigasi risiko benjana, serta manajemen keanekaragaman hayati.
Hal ini terlihat dari nationally determined contribution (NDC) yang dirancang Pemerintah Korea Selatan dalam memitigasi isu pemanasan global serta krisis iklim yang dikehendaki dalam Perjanjian Paris 2015. NDC tersebut direvisi dengan adanya Global Net Zero Pledges serta 2050 Carbon Neutrality Act yang juga dilakukan oleh Korea Selatan.
Menurut Hyunsik, keberhasilan mitigasi NDC Korea Selatan dapat disandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Dari data yang ditunjukannya, di sektor netralitas karbon yang dihasilkan listrik, Korea Selatan berhasil memitigasi 4,17 persen pada tahun 2018. Rata-rata negara maju yang memiliki persentase mitigasi di sektor tersebut mencapai 4-5 persen. Hyunsik mengatakan, persentase yang akan dikejar adalah 40 persen sebelum 2030. Jika dilakukan dengan benar, ia optimistis Korea Selatan dapat mencapai target tersebut.
Deputi Bidang Kebijakan BRIN Mego Pinandito (kanan) memberikan cenderamata kepada perwakilan Green Technology Centre. Ini terjadi dalam forum kerja sama teknologi nol bersih antara Indonesia-Korea bertajuk Indonesia-Korea Sustainable Industry and Regional Development Research and Innovation Technology and Project Cooperation, di Gedung Ayana Mid-Plaza, Jakarta Pusat, Senin (17/10/2022).
Kepala Peneliti Ecosian Korea Selatan Suhyun You menjelaskan, kebijakan mitigasi melalui manajemen sistem merupakan hal yang sangat penting bagi upaya Pemerintah Korea Selatan. Selain itu, pembuatan kerangka dan pemetaan kebijakan mitigasi merupakan hal krusial dalam manjaga pencapaian target mitigasi.
Fokus mitigasi pada sektor dengan produksi emisi yang masif juga diperlukan untuk menyasar sektor yang tepat. Ia mencontohkan sektor transportasi di Korea Selatan yang emisinya berhasil ditekan melalui pengembangan dan promosi transportasi umum oleh pemerintah.
Menurut Suhyun, sektor seperti energi, industri, bangunan, transportasi, dan pertanian merupakan beberapa sektor yang menjadi fokus mitigasi Pemerintah Korea Selatan. Ia mengajak Pemerintah Indonesia berbagi pengetahuan dan teknologi bersama Korea Selatan untuk mempelajari sistem manajemen serta kebijakan berbasis ilmu pengetahuan dalam melakukan mitigasi emisi di sektor-sektor tersebut.
”Korea Selatan sudah memiliki beberapa pengalaman dalam upaya mitigasinya. Saya pikir ini menjadi hal yang baik untuk dibagikan bersama Indonesia melalui transfer ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kebaikan bersama,” ujarnya.
Deputi Bidang Kebijakan BRIN Mego Pinandito mengatakan, Pemerintah Indonesia menyambut baik kerja sama internasional bersama Korea Selatan. Menurut dia, kerja sama dengan banyak pihak, baik dari partner luar negeri maupun dalam negeri seperti akademis, media, maupun publik dibutuhkan untuk mencapai kebijakan mitigasi yang berbasis ilmu pengetahuan.
Ia berpendapat, Indonesia juga memiliki banyak ilmu pengetahuan serta teknologi yang dapat ditawarkan. Ini membuat kerja sama dapat saling menguntungkan.