Bersepeda Jakarta-Bali untuk Melihat Kerusakan Iklim
Greenpeace mengadakan tur sepeda untuk melihat dan mengabarkan krisis iklim yang terjadi di sejumlah daerah.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Greenpeace mengadakan tur sepeda dari Jakarta hingga Bali untuk melihat kerusakan iklim di setiap daerah yang dilewati. Tidak sekadar mengampanyekan isu krisis iklim, mereka juga coba menyosialisasikan solusi nyata untuk mengatasi tantangan global tersebut.
Tim sepeda dalam kegiatan bertajuk ”Chasing The Shadow” ini, Minggu (16/10/2022), dilepas dari Jakarta. Mereka akan menyusuri jalanan menuju Denpasar, Bali, dengan menyinggahi Bandung, Semarang, dan Surabaya. Tujuannya adalah melihat kerusakan iklim di beberapa daerah serta mengabarkan temuan yang didapat.
Juru Kampanye Energi dan Iklim Greenpeace Indonesia Didit Wicaksono menyampaikan, kegiatan ini merupakan inisiatif untuk berkolaborasi bersama masyarakat dengan tujuan melihat serta mendengar langsung krisis iklim yang terjadi dan dirasakan masyarakat di sejumlah daerah tersebut. Para pesepeda akan berkunjung di beberapa tempat selama lebih kurang satu bulan.
”Kegiatan ini berlangsung mulai dari hari ini (16 Oktober) hingga 16 November. Kami akan singgah di daerah masyarakat yang terdampak oleh krisis iklim. Kami berharap dapat mengampanyekan, melihat langsung, serta bersama-sama mencari solusi dalam masalah lingkungan yang dialami masyarakat,” ujar Didit.
Beberapa tempat akan didatangi oleh rombongan pesepeda tersebut. Di sekitar Jabodetabek mereka akan mengunjungi Marunda yang terdampak debu batubara serta Muara Gembong yang semakin tenggelam karena abrasi. Mereka juga akan mengunjungi para perempuan petani di Banjarnegara dan memberikan sosialisasi energi terbarukan. Tidak hanya itu, mereka juga akan berkunjung ke beberapa tempat yang sangat terdampak kerusakan iklim, seperti Batang, Demak, Lasem, Porong, dan Celukan Bawang.
Jika semua sudah sadar akan krisis iklim, Indonesia ramah lingkungan serta bebas polusi tidak hanya menjadi sekadar bayangan. Harapannya, kita tidak perlu lagi mengejar bayangan itu.
Di setiap perhentian mereka akan mengadakan sosialisasi isu krisis iklim, bercerita dengan masyarakat, dan melaporkan kesaksian dampak kerusakan iklim yang mereka dapatkan. Didit berharap ini dapat mengamplifikasi kampanye soal krisis iklim baik bagi masyarakat maupun kepada pemerintah agar lebih serius dalam menanganginya. Selain itu, ia menganggap kegiatan ini merupakan langkah yang baik untuk mendorong cita-cita transisi energi yang digaungkan pemerintah.
”Jika semua sudah sadar akan krisis iklim, Indonesia ramah lingkungan serta bebas polusi tidak hanya menjadi sekadar bayangan. Harapannya, kita tidak perlu lagi mengejar bayangan itu,” katanya menambahkan.
Selain Greenpeace, organisasi Bike to Work juga ikut dalam kegiatan tur sepeda tersebut. Ketua Bike To Work Fahmi Saimima menyatakan mendukung penuh visi dari kegiatan ini, terutama untuk mengabarkan soal isu perubahan iklim. Hal ini sejalan dengan cita-cita organisasinya yang berusaha mengurangi polusi kendaraan bermotor dengan mengampanyekan gerakan menggunakan sepeda untuk berangkat kerja atau berkegiatan.
”Kami sudah beberapa kali bekerja sama dengan Greenpeace dan memang kami memiliki cita-cita yang sama soal kerusakan iklim. Kebetulan kegiatan kali ini menggunakan sepeda sebagai sarana perjalanannya, jadi saya rasa cocok untuk kami juga ikut serta,” kata ketua organisasi pesepeda itu.
Fahmi menambahkan, sepeda adalah kendaraan yang sangat humanis. Menurut dia, ini sangat cocok untuk pendekatan sosialisasi yang akan dilakukan oleh para pesepeda kepada masyarakat di daerah. Selain ramah lingkungan dan tidak menyumbang polusi, sepeda yang digunakan untuk tur juga akan memberikan kesan baik pada warga untuk hidup sehat.
Rafi, salah satu pesepeda dalam tur ini, mengatakan, ia berkeinginan untuk lebih dekat dengan masyarakat yang merasakan langsung dampak krisis iklim. Selain itu, menambah pengalaman dan pembelajaran pribadi. Ia berharap apa yang ditemukan dan dipelajari dapat diaplikasikan dalam hasil riset lingkungan yang sedang ia susun untuk diaplikasikan pada tempat tinggalnya di Depok.
Kania Sesa, mahasiswi yang juga menjadi pesepeda pada tur ini, berpendapat, kegiatan ini bukan hanya untuk mengampanyekan isu krisis dan perubahan iklim saja. Mereka akan coba menawarkan solusi-solusi nyata, seperti workshop dan sosialisasi hidup ramah lingkungan serta pemanfaatan energi terbarukan. Hal ini untuk mendorong sinergi dalam masyarakat agar lebih memahami pentingnya isu perubahan iklim. Ia berharap dari kegiatan ini akan muncul kesadaran di masyarakat serta pemerintah untuk bersinergi menciptakan transisi energi bagi Indonesia.