Gagal Ginjal Akut Anak Misterius Membuat Orangtua Resah
Hingga kini masih belum diketahui pasti penyebab gagal ginjal akut yang dialami 131 anak di seluruh Indonesia. Hal ini membuat orangtua khawatir dan resah.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Orangtua resah akan fenomena ratusan kasus gagal ginjal akut progresif atipikal yang dialami anak-anak. Kementerian Kesehatan meminta orangtua tidak panik dan segera membawa anaknya ke puskesmas atau rumah sakit apabila anak menunjukkan gejala penyakit.
Stefani (29), ibu di Merauke, Papua, dengan anak berumur dua tahun, Rabu (12/10/2022), khawatir dengan informasi tentang laporan 131 kasus anak yang mengalami gagal ginjal akut misterius. Ia mengatakan takut apabila anaknya yang masih berusia di bawah tiga tahun (batita) mengalami penyakit gangguan ginjal tersebut.
”Saya dengar kebanyakan kasus dialami anak berusia bawah lima tahun. Takutnya anak saya juga bisa kena. Soalnya beberapa hari yang lalu sempat demam, tapi syukurnya tidak mengalami masalah sulit buang air kecil,” ujarnya saat dihubungi Kompas dari Jakarta.
Selain khawatir akan gejala dan dampaknya, Stefani juga resah karena hingga kini penyakit gagal ginjal akut pada anak itu belum diketahui penyebabnya. Hal ini juga dirasakan Deborah (36), ibu di Sorong, Papua Barat, dengan anak berumur tiga tahun. Deborah menjadi waswas ketika mendengar informasi tersebut, tetapi ia tidak tahu langkah pencegahan apa yang harus dilakukan agar anak tidak terkena penyakit itu.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Nadia Wiweko, Rabu (12/10/2022), mengatakan, Kemenkes sedang mengkaji laporan 131 kasus anak yang mengalami gagal ginjal akut misterius. ”Kemenkes masih melakukan koordinasi internal untuk mengkaji kasus ini,” ujarnya.
Sebaiknya orangtua langsung membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit apabila anak masih susah buang air kecil dan kondisi semakin tidak membaik setelah diberi obat penurun panas.
Nadia menjelaskan, Kemenkes melalui Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) telah melakukan pemeriksaan labaoratorium, tetapi belum ditemukan bakteri atau virus spesifik yang menyebabkan gangguan ginjal anak ini. Ia mengatakan, gejala yang dilaporkan dari kebanyakan kasus meliputi demam yang diiringi dengan susah buang air kecil atau tidak mengeluarkan urine sama sekali.
Apabila anak mengalami hal itu, orangtua harus segera memberi obat penurun panas dan air putih yang banyak kepada anak agar menjaga keseimbangan cairan tubuhnya. Sebaiknya orangtua langsung membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit apabila anak masih susah buang air kecil dan kondisi semakin tidak membaik setelah diberi obat penurun panas.
Nadia mengungkapkan, Kemenkes telah membentuk tim khusus untuk Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk penyelidikan dan penanganan kasus gangguan ginjal misterius ini. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan juga telah mengeluarkan keputusan Dirjen Nomor HK.02.92/I/3305/2022 tentang Tatalaksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal.
Kemenkes juga telah berdiskusi dengan tim kesehatan dari Gambia yang sebelumnya melaporkan kasus serupa. Dari hasil diskusi, konsumsi obat yang mengandung etilena glikol (CH₂OH)₂ diduga menjadi penyebab. Akan tetapi, dugaan ini perlu diteliti lebih lanjut karena etilena glikol tidak terdeteksi dalam sampel darah. Dugaan lain adalah intoksikasi atau keracunan substansi tertentu.
Sebelumnya, IDAI melaporkan, terjadi 131 kasus anak yang mengalami gagal ginjal akut progresif atipikal pada periode Januari-September 2022. Kasus-kasus itu dilaporkan dari 14 provinsi, antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar kasus yang dilaporkan menunjukkan gagal ginjal akut terjadi pada anak berusia balita. Hingga kini, sebagian anak telah pulih, tetapi sebagian masih dirawat di rumah sakit.
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Eka Laksmi Hidayati, Selasa (11/10/2022), mengatakan, umumnya gagal ginjal akut diakibatkan karena kekurangan cairan atau kehilangan cairan dalam waktu singkat atapun dehidrasi hebat akibat beberapa penyakit seperti diare atau demam berdarah dengue. Akan tetapi, pada kasus gagal ginjal akut ini, penyebabnya tidak jelas karena anak tiba-tiba mengalami penurunan jumlah urine.