Inovasi Teknologi Informasi Memacu Mutu Pendidikan
Inovasi berbasis teknologi informasi menjadi faktor penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pandemi Covid-19 dalam 2,5 tahun terakhir telah mempercepat transformasi metode pembelajaran dengan teknologi digital.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mempercepat transformasi metode pembelajaran dengan menggunakan teknologi digital. Inovasi berbasis teknologi informasi diharapkan bukan sekadar metode alternatif mengatasi keterbatasan akibat pandemi, tetapi dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Guru didorong untuk berkontribusi menggerakkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tersebut melalui berbagai platform. Guru juga bisa berkolaborasi untuk saling meningkatkan kompetensi.
”Dengan berkolaborasi, kita berharap dapat bergerak bersama untuk melanjutkan upaya-upaya yang sudah dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Suharti dalam kuliah umum daring ”Pembelajaran Berbasis TIK 2022” di Jakarta, Selasa (11/10/2022).
Suharti mengatakan, harapan itu sejalan dengan program Merdeka Belajar yang membawa semangat perubahan. Dalam program ini, sekolah diberikan kemandirian untuk menentukan model pembelajaran yang sesuai.
”Dalam konteks ini, teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan guna menciptakan berbagai inovasi pembelajaran yang cocok dengan kebutuhan peserta didik,” ucapnya.
Suharti menuturkan, program pembelajaran berbasis TIK merupakan salah satu upaya Kemendikbudristek meningkatkan peran guru dalam implementasi model pembelajaran. Saat ini terdapat 29.539 guru yang telah mengikuti program tersebut.
”Melalui bimbingan teknis, kami berharap dapat membangun model pembelajaran yang relevan, inovatif, dan sesuai kebutuhan para peserta, serta kebutuhan pendidikan masa kini dan mendatang,” ujarnya.
Selama pandemi, sejumlah guru melakukan berbagai terobosan agar tetap bisa mengajar siswa. Sebab, banyak siswa terkendala mengikuti pembelajaran jarak jauh karena keterbatasan gawai dan jaringan internet.
Beberapa guru berinisiatif mendatangi rumah siswa untuk menerapkan pembelajaran secara berkelompok. Ada juga yang berinovasi dengan membuat jaringan radio dan televisi lokal sebagai medium dalam menyampaikan materi pelajaran.
Masa depan dunia pendidikan bukan lagi pada media sosial, sistem manajemen pembelajaran, papan tulis interaktif (smartboard), atau berbagai aplikasi. Sebab, teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (AR) akan semakin mendisrupsi pendidikan di dunia.
Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbudristek M Hasan Chabibie mengatakan, pandemi dalam 2,5 tahun terakhir menyadarkan pentingnya peran teknologi dalam pendidikan. Bukan hanya bagi urusan administrasi, melainkan juga memaksimalkan proses belajar-mengajar.
”Tentu saja butuh penguatan, seperti peningkatan literasi, sehingga teknologi yang sudah dirasakan sekarang ini betul-betul semakin membumi,” katanya.
Di sisi lain, Kurikulum Merdeka yang telah berjalan memberikan ruang kepada satuan pendidikan melalui guru-guru untuk mengoptimalkan perangkat teknologi informasi. Kreativitas guru sangat penting dalam berkarya, baik melalui tulisan, media pembelajaran, video, maupun platform lainnya.
”Hal ini akan menjadi pemicu di mana teknologi informasi dipakai sebagai sarana melakukan lompatan peningkatan kualitas pendidikan,” ucapnya.
Datang lebih cepat
Pakar teknologi informatika Prof Richardus Eko Indrajit mengatakan, sebelum pandemi, banyak pihak menganggap pembelajaran berbasis daring belum terlalu penting. Guru masih nyaman dan bergantung pada pembelajaran tatap muka.
”Ada yang menganggap, nanti tahun 2040 baru hal itu (pembelajaran daring) penting. Tiba-tiba datang pandemi (Covid-19), semuanya menjadi e-learning. Namun, kita sudah ketinggalan,” ujarnya.
Imbasnya, banyak satuan pendidikan kewalahan menjalankan pembelajaran jarak jauh. Kondisi ini menegaskan penggunaan teknologi dalam menghadapi berbagai kendala tak bisa dibantah.
”Dahulu, e-learning dan telekonferensi dianggap masih lama (diterapkan). Namun, lihat yang terjadi setelah adanya pandemi, masa depan datang lebih cepat,” ujarnya.
Menurut Eko, masa depan dunia pendidikan bukan lagi pada media sosial, sistem manajemen pembelajaran, papan tulis interaktif (smartboard), atau berbagai aplikasi. Sebab, teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (AR) akan semakin mendisrupsi pendidikan di dunia.
Penggunaan teknologi ini memerlukan perangkat seperti gawai. Dengan teknologi AR, realitas dapat ditambah atau digabungkan untuk memperkaya informasi pada obyek tertentu.
Sementara teknologi VR merupakan realitas maya yang memungkinkan penggunanya berinteraksi dengan lingkungan hasil simulasi komputer. Misalnya, dengan memakai kacamata khusus, penggunanya merasa berada di suatu tempat. Namun, beberapa saat berselang bisa berpindah ke tempat lain.
”Perkembangan ini melahirkan berbagai teknologi baru yang mengubah ekosistem pendidikan. Cepat atau lambat, suka atau tidak suka, pembelajaran akan menuju ke sana,” ucapnya.