Presiden Jokowi Minta Industri Biofarmasi Didukung
Kemandirian sektor kesehatan menjadi fokus pemerintah setelah pandemi Covid-19 menghantam. Pabrik biofarmasi menjadi salah satu untuk mendukung hal tersebut.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan bioteknologi dalam dunia farmasi perlu dilanjutkan. Dengan demikian, Indonesia betul-betul berdikari dalam dunia kesehatan.
Presiden Joko Widodo menceritakan kepanikan pemerintah dalam menyediakan alat pelindung diri ataupun vaksin saat pandemi Covid-19. Semua negara berebut untuk menyediakan vaksin bagi warganya.
Namun, akhirnya saat ini sudah 440 juta dosis vaksin disuntikkan baik dosis pertama, kedua, maupun ketiga. Karena itu, lanjut Presiden Jokowi, Indonesia termasuk salah satu negara terbaik dalam mengendalikan pandemi Covid-19.
Di sisi lain, Presiden mengingatkan biaya yang dikeluarkan masyarakat Indonesia untuk berobat ke luar negeri mencapai 6 miliar dollar AS atau hampir Rp 100 triliun. Presiden meyakini sumber daya kedokteran Indonesia tidak kalah dengan di luar negeri.
Karena itu, Presiden menyambut langkah untuk mendorong kemandirian di bidang kesehatan, seperti pendirian pabrik farmasi PT Etana Biotechnologies Indonesia. Pabrik ini akan memproduksi vaksin dengan platform mRNA dan menjadi yang pertama di Asia Tenggara.
”Kita enggak mau lagi ada pandemi. Tetapi, kalau di dalam negeri industrinya siap, paling tidak kita jadi lebih tenang,” tutur Presiden dalam acara peresmian pabrik tersebut di kawasan Jakarta Industrial Estate Pulogadung, Jakarta, Jumat (7/10/2022).
Hadir dalam acara ini, antara lain, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala BPOM Penny Lukito, dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang.
Presiden pun meminta Menko Kemaritiman dan Investasi serta Menteri Kesehatan untuk mendukung perkembangan industri biofarmasi. ”Agar industri seperti Etana ini betul-betul didukung supaya bisa berkembang, tidak hanya di biofarmasi, tapi juga bisa masuk ke hewan dan tanaman. Dan, kita betul-betul bisa berdikari,” kata Presiden.
Budi Gunadi menjelaskan, ke depan obat-obatan akan berbasis biologi. Semua negara maju pun berharap bisa menjadi hub bioteknologi. Indonesia yang memiliki biodiversitas dan keanekaragaman hayati luar biasa memiliki kelebihan untuk itu. Karena itu, sejalan dengan transformasi kesehatan, dibangun pabrik yang akan menjadi pabrik biofarmasi pertama di Asia Tenggara.
”Ini akan sangat menentukan dunia industri kesehatan karena kita bisa mengobati 270 juta rakyat dengan treatment yang tepat. Lebih lagi, bioteknologi bukan hanya untuk manusia, tetapi bisa dimanfaatkan untuk hewan dan tanaman,” tutur Budi.
Direktur Utama PT Etana Biotechnologies Indonesia Nathan Tirtana, dalam laporannya, menuturkan, fokus perusahaannya pada produk biologi. Hal ini dinilainya penting untuk masa depan karena 65 persen dari produk farmasi global berbasis biologi.
Dengan bioteknologi, vaksin dengan platform mRNA bisa diproduksi di Indonesia dan ini akan menjadi satu-satunya vaksin yang halal di dunia.
”Dengan platform ini, kami yakin, kalaupun pandemi, bisa memproduksi vaksin dalam waktu dua bulan dan siap uji klinis,” ujarnya.
Adapun proyek pertama yang akan dikerjakan adalah vaksin Covid-19 trivalen yang berisi subvarian Delta, BA.2, dan BA.4. Selain itu, kata Nathan, akan dikembangkan pula vaksin demam berdarah dan pengobatan kanker.
Tahun depan, lanjutnya, Etana juga akan mengembangkan obat-obat monoklonal antibodi yang biasa digunakan untuk kanker serta akan membuat adenovirus karena ada pengembangan vaksin TBC.
”Sebenarnya banyak proyeknya, tapi kami tetap perlu men-develop SDM karena bioteknologi sangat bertumpu pada SDM,” tuturnya.
Saat ini, para peneliti di perusahaan tersebut adalah warga Indonesia. Namun, diberikan pelatihan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan.
Perusahaan biopharmaceutical ini berdiri sejak 2014. Dalam situsnya, dicantumkan PT Etana Biotechnologies Indonesia adalah perusahaan swasta yang didirikan pemodal Indonesia dan asing, termasuk Legend Capital, UOB Venture Management Pte Ltd, Innovent Biologics Inc, dan China Medical System.
Luhut menambahkan, teknologi ini dibawa ke Indonesia dari China. Di Indonesia, pengembangan bioteknologi perlu dilakukan baik untuk manusia, pertanian, maupun peternakan serta perikanan. Untuk manusia, sebuah genomic center sudah ada untuk mengecek gen manusia. Adapun di bidang pertanian, rekayasa bisa meningkatkan produktivitas. Hal serupa di peternakan dan perikanan.
”Tiga hal ini harus jadi proyek strategis nasional supaya kita bisa melahirkan sesuatu yang bagus untuk Indonesia,” kata Luhut.