Memotret Langsung Fenomena Urban dalam Goresan Sketsa
Dalam pameran Pajang Karya KamiSketsa GalNas #7, Elvin Emeraldo memotret suasana urban dengan bangunan-bangunan sebagai obyeknya.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sketsa dapat menjadi media untuk menggambarkan kondisi perkotaan. Meski dihasilkan dengan proses yang cepat dan alat sederhana, sketsa bisa menangkap suasana dengan detail tanpa menghilangkan maknanya.
Suasana itulah yang mengemuka dalam pameran Pajang Karya KamiSketsa GalNas #7 yang diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 6-27 Oktober 2022. Sebanyak 29 karya dan 9 buku sketsa Elvin Emeraldo dipajang dalam pameran bertajuk ”Sketsa Elvin: Telusur” ini.
”Elvin merupakan satu dari banyak anggota komunitas KamiSketsa lain yang sketsanya terpilih untuk ditampilkan dalam pameran. Pajang Karya sudah dilaksanakan oleh KamiSketsa sejak Maret 2022 dan ini merupakan rangkaian ketujuh dari delapan pameran sketsa,” kata Anisa Fadilah, anggota komunitas KamiSketsa, Jumat (7/10/2022).
Salah satu anggota tim kurator pameran ini, Alam Wasesha, menjelaskan, terdapat beberapa indikator dalam mengurasi karya-karya dalam pameran ini, yaitu estetika, kesesuaian dengan konsep yang diusulkan, aktualitas, dan kelayakan karya. ”Salah satu yang membedakan kelayakan karya sketsa Elvin dengan banyak orang yaitu ia datang langsung ke tempat yang dituju dan menyelesaikannya di situ pula,” ucap Alam.
Hal ini memungkinkan Elvin untuk menggambarkan detail-detail sesuai dengan waktu dan tempat saat itu, seperti bayangan, posisi seseorang, hingga warna langit dan efek polusinya. Dalam mewarnai sketsa, ia juga memberikan warna asli dengan sedikit modifikasi untuk memperjelas situasinya. Ia juga memberikan guratan berserakan pada sketsa untuk memberikan kesan keramaian.
Menurut Alam, kesan-kesan inilah yang tidak dimiliki oleh semua penggambar sketsa. Meskipun begitu, ia tidak menganggap karya yang lain buruk karena ini merupakan pilihan dan kekhasan dari masing-masing pembuat sketsa.
Karya sketsa Elvin banyak memotret suasana urban dengan bangunan-bangunan sebagai obyeknya. Menurut dia, ini menarik karena dekat dengan kehidupannya sebagai warga kota, selain juga dilatarbelakangi pendidikannya dulu di bidang desain interior.
”Kira-kira untuk satu sketsa, umumnya bisa jadi dalam satu jam. Aku juga belajar tips-tips menggambar gedung hingga menggunakan cat warna dari teman-teman,” ujar Alvin.
Salah satu pengunjung, Brevka (19), menuturkan, ketika melihat sketsa Elvin, ia memiliki kesan lebih hidup. Hal ini karena Elvin menggunakan warna-warna yang memiliki nuansa kondisi asli.
Melibatkan penikmat seni
Anis menceritakan, komunitas KamiSketsa sudah ada sejak 2017. KamiSketsa merupakan program publik yang bertujuan mengedukasi pengunjung di Galeri Nasional Indonesia. Misinya yaitu mengajak masyarakat tidak hanya menikmati seni, tapi juga ikut merasakan membuat karya. Anggota KamiSketsa ini adalah mereka yang dulunya penikmat, kemudian terlibat menjadi pembuat karya.
”Sketsa merupakan salah satu cara berkesenian yang relatif mudah untuk pemula. Alat-alatnya yang digunakan juga gampang ditemukan, seperti pena, lidi, tinta cina, kuas, pensil, dan kertas. Selain itu, mengedukasinya mudah dan bisa mendapat materi dari mana saja,” tutur Anis.
Pada 2018-2019, KamisSketsa juga memajang karya-karya sketsa anggotanya. Perbedaannya dengan tahun ini, anggota yang lolos Pajang Karya dilibatkan untuk memanajemen pameran secara langsung.
”Bentuk manajemennya meliputi pengajuan proposal, membuat karya, mengikuti proses kuratorial, manajemen tata letak, hingga mengatur sumber daya manusia untuk bergantian menjaga,” ucap Anis.
Menurut Alam, belajar untuk menyelenggarakan pameran merupakan hal yang penting karena tidak semua seniman memiliki kemampuan manajemen yang baik. Konsekuensi paling buruk yaitu karyanya tidak akan terpajang karena tidak memiliki manajemen karya dan diri yang baik.