Bank Sampah Kesulitan Rekrut Anak Muda
Sejumlah bank sampah mengeluhkan kurangnya sumber daya manusia dalam manajemen bank sampah. Kader-kader muda dibutuhkan demi keberlangsungan pengelolaan sampah rumah tangga pada tingkat tapak.
JAKARTA, KOMPAS — Bank sampah dihadapkan pada kekurangan sumber daya manusia untuk aktif mengelola kegiatannya. Kader muda yang mau dan peduli pada pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dibutuhkan bank sampah agar aktivitasnya tetap bisa berkelanjutan.
Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia (Absobsi) Wilda Yanti mengatakan, figur senior sangat kuat dalam manajemen bank sampah. Di sisi lain, bank sampah harus berjuang mendorong anak-anak muda agar mau terlibat dalam kegiatan bank sampah.
”Ini memang menjadi PR (pekerjaan rumah) juga, kita lagi berjuang membangun kader-kader muda. Saat ini, kami melakukan peningkatan pengurus bank sampah dengan membangun SDM yang baik termasuk di dalamnya pendelegasian pekerjaan di bank sampah,” kata Wilda, Jumat (7/10/2022).
Kita butuh masyarakat untuk membantu agar sampah yang sampai di Bank Sampah Induk lebih mudah memilahnya karena sudah dipilah dari bank sampah unit oleh warga setempat.
Menurut Wilda, bank sampah terbentuk atas dua jenis, didirikan dengan sistem mobilisasi oleh pemerintah melalui dinas lingkungan hidup (DLH) dan bank sampah yang dibentuk melalui partisipasi aktif masyarakat. ”Rata-rata yang lahir dari partisipasi aktif masyarakat akan lebih bertahan karena figur dan motivasi penggerak lebih kuat,” ujarnya.
Pembina Bank Sampah Putra Cakra 06 Pesangrahan, Jakarta Selatan, Ichsan Bashorin (44) mengatakan, bank sampah berkolaborasi dengan karang taruna agar regenerasi pengurus bank sampah berjalan baik. Ia mengaku sulitnya merekrut anak-anak muda karena mereka memiliki beragam aktivitas.
”Walaupun mereka sibuk sekolah dan beberapa bekerja, berkolaborasi dengan karang taruna perlu dilakukan supaya bank sampah tetap aktif,” kata Ichsan.
Ichsan mengaku tidak mudah melakukan kegiatan dalam bidang lingkungan, apalagi kegiatan tersebut tidak memiliki penghasilan yang tetap. Meski dalam kondisi seperti itu, ia bersama Bank Sampah Putra Cakra 06 sering mengikuti berbagai macam lomba kegiatan lingkungan untuk mendapatkan dana tambahan.
”Kita pernah menang lomba juara 1 tingkat DKI Jakarta, karena lumayan juga dananya untuk membangun sarana dan prasarana. Kalau ada lomba seperti ini, anak-anak muda antusias,” kata Ichsan.
Baca juga: Marlon Kamagi, Bank Sampah demi Bumi yang Lebih Baik
Bank Sampah Putra Cakra 06 melakukan penimbangan sampah satu kali dalam seminggu pada hari Minggu. Dalam kurun waktu enam bulan terakhir, bank sampah yang didirikan sejak 2019 itu telah mengumpulkan sampah anorganik lebih dari 1.000 kilogram.
Selain Bank Sampah Putra Cakra 06, Bank Sampah Bumi Lestari Kembangan, Jakarta Barat, juga mengeluhkan kurangnya partisipasi anak-anak muda. Ketua Bank Sampah Bumi Lestari Sukini (57) mengaku regenerasi dalam manajemen bank sampah tempatnya itu tidak berjalan dengan baik. Ia menyayangkan seluruh petugas di Bank Sampah Bumi Lestari berusia lebih dari 40 tahun.
”Sebelumnya sudah ada kolaborasi dengan karang taruna, tetapi tidak berjalan efektif karena kesibukan sekolah. Bank sampah ini, kan, murni sosial karena enggak ada gaji di sini, hati orang kalau ada yang udah peduli sama yang belum itu susah,” kata Sukini.
Bank sampah yang didirikan sejak 2015 itu dalam sepekan bisa mengangkut lebih dari 100 kilogram sampah jenis kardus, tutup botol, dan plastik. Dalam sekali penimbangan, Bank Sampah Bumi Lestari bisa mendapatkan Rp 3 juta hingga Rp 5 juta dari hasil memilah sampah. Satu warga bisa mendapatkan Rp 300.000 dalam satu kali menimbang sampah.
Hingga saat ini, Sukini masih bertahan dalam kegiatan bank sampah karena ia telah merasakan manfaat hadirnya bank sampah di dekat rumahnya itu. Sampah-sampah botol yang biasanya berserakan, kini sudah tidak ada lagi karena warga sudah tahu tempat membuangnya.
Warga Pesangrahan, Mesiah (63), sejak 2019 telah memilah sampah di rumahnya. Ia mengumpulkan plastik sampah seperti bungkus deterjen dan makanan, tutup botol, botol bekas minuman, dan kardus. Setelah cukup banyak terkumpul, sampah-sampah tersebut diantarkan ke bank sampah. Dalam seminggu, ia bisa mengumpulkan 5 kilogram sampah dengan mendapat keuntungan Rp 120.000. Uang hasil pemilahan sampah ini dikumpulkan dan digunakan saat bulan puasa menjelang Lebaran.
Aktivitas mengumpulkan sampah menjadi hal yang biasa dilakukan Masiah. Ketika sedang berjalan dan menjumpai sampah yang memiliki nilai jual, ia tak segan memungutnya. ”Saya kumpulin saja kadang suka tidak muat di tong sampah, mending dijadiin duit. Kalu ada pasar pagi, ada botol besar-besar, saya pungutin aja,” kata Mesiah.
Melakukan inovasi
Demi keberlangsungan bank sampah untuk tetap bertahan, pengelola berkreasi dan berinovasi agar pasokan sampah yang berasal dari warga tidak berkurang. Hal ini seperti dilakukan Bank Sampah Bumi Lestari dan Bank Sampah Putra Cakra 06, di antaranya dengan membagikan voucer kepada warga yang mengumpulkan sampah terbanyak setiap bulan.
Baca juga: Sampah Mandalika Mulai Dikelola lewat Skema Bank Sampah
Iming-iming voucer ini untuk mengatasi turunnya antusias warga dalam memilah sampah. Pengurus bekerja sama dengan warung tertentu dalam pemberian voucer yang mencapai Rp 100.000.
Selain memberikan voucer, Sukini mengatakan, Bank Sampah Bumi Lestari juga bekerja sama dengan Pegadaian. Tabungan dari hasil memilah sampah bisa ditukarkan dengan emas di Pegadaian. Kerja sama dengan Pegadaian ini pun dirasa membantu Bank Sampah Bumi Lestari dalam meningkatkan sarana dan prasarana.
”Pembangunan bank sampah selama ini ada mitra kerja dengan Pegadaian. Dari hasil kerja sama itu, bisa membantu untuk membangun sarana dan prasarana bank sampah, seperti penyediaan motor, komputer, printer, dan perbaikan gedung yang sudah dua kali dilakukan,” katanya.
Butuh bank sampah
Bank sampah ini menjadi gerakan yang sempat digencarkan pemerintah agar masyarakat mau memilah sampah sejak dari rumah tangga. Hal ini bertujuan agar sampah yang masih memiliki nilai ekonomi karena bisa diproses dan didaur ulang dapat dimanfaatkan. Langkah ini pun dapat menghemat sumber daya alam serta mengurangi timbulan sampah dan beban tempat pemrosesan akhir (TPA).
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2022 yang diakses Jumat (7/10/2022), bank sampah unit menerima sampah dari warga sebanyak 396.193,532 ton per tahun. Sementara pada bank sampah induk menerima sampah sebanyak 2.296,595 ton per tahun.
Tanggung jawab masyarakat untuk memilah sampah dari rumah ini akan sangat membantu dalam pengelolaan sampah. Staff Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup Kecamatan Pesangrahan Aep Saefullah menyayangkan masih banyak masyarakat yang enggan memilah sampah dan berpikir urusan sampah beres ketika sudah membayar iuran sampah di tempat tinggalnya.
”Kalau yang memilah hanya (staf) LH, kita terbatas 10 (orang) dan kita kewalahan nanti akan jadi penumpukan. Makanya, kita butuh masyarakat untuk membantu agar sampah yang sampai di Bank Sampah Induk lebih mudah memilahnya karena sudah dipilah dari bank sampah unit oleh warga setempat,” kata Aep yang menyebutkan sampah di Kecamatan Pesangrahan dalam sehari bisa mencapai 170 ton.