Universitas Siber Muhammadiyah Kembangkan Pembelajaran Berbasis ”Metaverse”
Universitas Siber Muhammadiyah mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi ”immersive” atau ”metaverse”. Inovasi ini untuk menepis kritik terhadap sistem pembelajaran jarak jauh yang dianggap masih memiliki kekurangan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Universitas Siber Muhammadiyah mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi immersive atau metaverse. Selain untuk menjawab tantangan perkembangan zaman, inovasi pembelajaran itu juga untuk menepis kritik terhadap sistem pembelajaran jarak jauh yang dianggap masih memiliki kekurangan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Demikian disampaikan Rektor Universitas Siber Muhammadiyah Bambang Riyanta dalam acara peluncuran kampus virtual Universitas Siber Muhammadiyah yang disiarkan secara daring, Rabu (5/10/2022).
Bambang menuturkan, penerapan teknologi immersive atau metaverse itu akan membuat mahasiswa bisa melakukan pembelajaran jarak jauh dengan lebih baik. Bahkan, dia menyebut, dengan teknologi itu, mahasiswa bisa melakukan pembelajaran praktik yang sangat mirip dengan praktik di dunia nyata.
”Saat belajar tentang ilmu kesehatan atau kedokteran, misalnya, penerapan teknologi ini membuat mahasiswa bisa belajar membedah dengan memainkan hologram yang ditampilkan sehingga mereka bisa melihat sel, saraf, dan bagian tubuh manusia hingga bagian yang terkecil,” ujarnya.
Hal serupa terjadi saat mahasiswa belajar tentang teknologi pertambangan. Saat belajar mengenai eksplorasi pertambangan, misalnya, teknologi tersebut bisa membuat mahasiswa seolah-olah berada di lokasi tambang dan bisa merasakan getaran dari alat pengebor.
Bambang menambahkan, Universitas Siber Muhammadiyah telah membangun kampus virtual di areal seluas sekitar 5 hektar. Sama seperti kampus biasa, kampus virtual ini terdiri atas beberapa gedung, misalnya gedung rektorat, gedung untuk aktivitas pembelajaran, dan auditorium.
Kampus itu juga memiliki sejumlah fasilitas, seperti masjid dan perpustakaan. Kampus virtual itu bisa diakses menggunakan berbagai perangkat digital, misalnya virtual reality, augmented reality, mixed reality, komputer, dan telepon seluler.
Saat belajar tentang ilmu kesehatan atau kedokteran, misalnya, penerapan teknologi ini membuat mahasiswa bisa belajar membedah dengan memainkan hologram yang ditampilkan.
Sejak berdiri setahun lalu, Universitas Siber Muhammadiyah telah menerima lebih dari 1.200 pendaftar calon mahasiswa baru dari 34 provinsi di Indonesia. Pendaftar terbanyak berasal dari Jawa Barat.
Saat ini, Universitas Siber Muhammadiyah membuka enam program studi, yaitu Ilmu Hukum, Manajemen, Akuntansi, Informatika, Sistem Informasi, dan Administrasi Kesehatan. Enam program studi itu terkoordinasi dalam dua fakultas, yakni Fakultas Teknik dan Ilmu Kesehatan serta Fakultas Bisnis dan Humaniora.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, kemajuan teknologi digital semakin menunjukkan bahwa kehidupan di masa sekarang menjadi sangat multidimensi dan multiperspektif.
Haedar juga menyebut, dunia virtual menjadi instrumen bagi banyak pihak untuk terus maju. Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini juga menandakan perlunya perubahan pola pikir mengenai pembelajaran virtual.
”Mahasiswa harus berubah dan harus mulai berpikir bahwa tatap muka virtual juga memiliki makna yang sama dengan tatap muka secara langsung,” ujar Haedar.
Namun, Haedar mengingatkan, kecanggihan teknologi juga seringkali rawan disusupi oleh kepentingan-kepentingan buruk yang mampu merusak relasi antarmanusia. Oleh karena itu, masyarakat harus selalu meningkatkan pemahaman tentang teknologi. Teknologi juga harus digunakan hanya untuk kebaikan dan kemajuan bersama.