Studi di Australia: Keselamatan Kurir Dikorbankan demi Keuntungan Perusahaan Aplikasi
Perusahaan aplikasi pengiriman makanan dinilai menempatkan kurir mereka berisiko dan menolak peraturan keselamatan untuk mempertahankan keuntungan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan aplikasi pengiriman makanan dinilai menempatkan kurir mereka berisiko dan menolak peraturan keselamatan untuk mempertahankan keuntungan. Proses eksploitasi ini dianggap sebagai nekrokapitalisme, yaitu bentuk akumulasi kontemporer di mana struktur organisasi memanfaatkan kelemahan dan kematian pihak lain untuk keuntungan ekonomi.
Studi terbaru ini dilakukan para peneliti dari The Australian National University (ANU) dan dipublikasikan di jurnal Antipode edisi September 2022. Meninggalnya beberapa kurir pengiriman makanan di Australia baru-baru ini di menjadi latar belakang dilakukannya penelitian.
Para peneliti mewawancarai 40 peserta kurir yang berbasis di Australia tentang pengalaman mereka selama pandemi, termasuk pekerja migran yang tidak memiliki banyak dukungan dan membutuhkan pekerjaan tersebut. Wawancara menyoroti mengapa migran lebih mungkin mengalami risiko dan rasa tidak aman dari pekerjaan sebagai kurir.
Banyak kurir terus bekerja tanpa kompensasi finansial atau cuti sakit untuk menopang diri mereka sendiri secara finansial.
Kate Henne, dari ANU School of Regulation and Global Governance, dalam keterangan tertulis pada Jumat (23/9/2022), mengatakan, industri pengiriman makanan di Australia mencerminkan kondisi ketika nyawa seorang pekerja dikorbankan demi keuntungan ekonomi. Hal ini dikenal sebagai nekrokapitalisme.
”Kami menemukan banyak perusahaan pengiriman makanan menyangkal tanggung jawab dan menolak seruan untuk menerapkan reformasi yang bertujuan mencegah tragedi di masa depan,” kata Henne. ”Penelitian kami menunjukkan para pekerja ini rentan terluka dan diabaikan karena mereka tidak memiliki perlindungan kerja dasar.
Makalah ini menunjukkan satu dari tiga kurir yang mengalami cedera saat bekerja. Sementara lebih dari dua pertiga melaporkan ketakutan akan terluka parah atau terbunuh saat bekerja. ”Rata-rata pengeluaran pelanggan untuk Uber Eats (perusahaan pengiriman di Australia) lebih dari tiga kali lipat dari tingkat pra-pandemi. Namun, banyak kurir terus bekerja tanpa kompensasi finansial atau cuti sakit untuk menopang diri mereka sendiri secara finansial,” kata anggota tim penulis Will Orr.
Dalam kajian ini peneliti menemukan tiga dimensi nekrokapitalisme, yaitu bagaimana bentuk kerja ini membawa risiko dan kerugian jasmani; bagaimana bahaya ini diperparah oleh infrastruktur platform; dan bagaimana kelambanan peraturan strategis mempertahankan tatanan nekropolitik.
Berisiko tinggi
Risiko yang dialami para pekerja kurir pengantaran dan sopir berbasis platform juga dilaporkan di berbagai negara lain. Laporan survei dari University College London (UCL) tahun 2018 juga menemukan, sebanyak 63 persen kurir yang disurvei di Inggris tidak diberikan pelatihan keselamatan dalam mengelola risiko di jalan. Enam puluh lima persen mengatakan bahwa mereka tidak diberikan peralatan keselamatan seperti rompi visibilitas tinggi dan lebih dari 70 persen memilih untuk menyediakannya sendiri.
Kajian ini didapatkan setelah Nicola Christie dan Heather Ward (Pusat Studi Transportasi UCL) dan tim melakukan 48 wawancara mendalam kualitatif dengan pengemudi, pengendara dan manajer mereka, dan menganalisis 200 tanggapan terhadap survei daring pada pengemudi dan pengendara. Para peserta termasuk kurir yang mengirimkan paket dan makanan, dan pengemudi taksi yang menerima pekerjaan mereka melalui aplikasi.
Lebih dari 25 pengemudi (42 persen) dan pengendara melaporkan bahwa kendaraan mereka telah rusak akibat tabrakan saat bekerja, dengan satu dari sepuluh melaporkan bahwa seseorang telah terluka. Delapan persen melaporkan bahwa mereka sendiri telah terluka, dengan dua persen mengatakan orang lain telah terluka.
”Temuan kami menyoroti bahwa kemunculan dan peningkatan popularitas pekerjaan untuk kurir dapat menyebabkan peningkatan faktor risiko yang memengaruhi kesehatan dan keselamatan orang-orang yang bekerja di ekonomi pertunjukan dan pengguna jalan lainnya,” ujar Ward.
Seiring semakin banyak pekerja memasuki perekonomian dan persaingan yang meningkat, jumlah jam yang mereka butuhkan untuk bekerja dan jarak yang harus mereka tempuh untuk mendapatkan pendapatan yang stabil juga meningkat.
Secara umum, kurir dengan roda dua merasa di bawah tekanan yang lebih rendah daripada kurir mobil dan van, tetapi masih berisiko lelah, terganggu oleh aplikasi kerja mereka, dan mengambil risiko. Kurir roda dua juga melaporkan kekhawatiran diserang dan kondisi cuaca buruk ketika perusahaan mereka akan memberi insentif kepada kurir untuk pergi bekerja.
Pada kurir roda dua dan empat, hanya 25 persen yang setuju bahwa perusahaan peduli dengan keselamatan mereka saat bekerja.