Berdirinya Bentara Budaya bermula dari kecintaan para pendiri ”Kompas” terhadap benda seni budaya. Cinta itu lantas diwariskan, diwujudkan, hingga menjadi lembaga kebudayaan yang kini berusia 40 tahun.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·5 menit baca
Lembaga kebudayaan Kompas Gramedia, Bentara Budaya, genap berusia 40 tahun pada Senin (26/9/2022). Hajatan seni budaya di Jakarta dan Yogyakarta digelar buat memperingati usia tersebut. Seniman, budayawan, guru, serta tokoh politik turut hadir. Di antara iringan musik dan lampu warna-warni, doa agar Bentara Budaya panjang umur dipanjatkan.
Menjelang pukul 19.30 WIB, pembawa acara mempersilakan tamu undangan untuk berkumpul di pelataran Bentara Budaya, kawasan Palmerah, Jakarta. Katanya, acara akan segera dimulai. Belum selesai pembawa acara menarik napas untuk bicara lagi, hujan deras turun.
Penonton berhamburan ke tepian untuk berteduh. Panitia—yang keburu basah kuyup—bergerak cepat mengamankan televisi, kursi, dan apa pun yang mesti diselamatkan dari guyuran hujan. Hajatan malam itu bubar sementara.
Pikiran, hikmah, kearifan itu diperas demi membangun kehidupan manusia yang lebih beradab. (Ilham Khoiri)
Hajatan lantas dipindahkan ke ruang pameran di dalam. Perayaan, sambutan, pemberian penghargaan, hingga nyanyian-nyanyian dipersingkat demi efisiensi waktu. Maklum, acara molor sekitar sejam dari jadwal seharusnya. Acara semalam dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan 2014-2019), dan Saleh Husin (Menteri Perindustrian 2014-2016).
Setelah acara formal selesai, hajatan seni budaya dilanjutkan di pelataran Bentara Budaya yang telah kering. ”Tidak apa-apa, sebab hujan itu berkat. Saya harap Bentara Budaya juga akan penuh berkat,” kata penyanyi keroncong Endah Laras.
Berawal dari cinta
Berdirinya Bentara Budaya bisa dibilang bermula dari kecintaan kedua pendiri Kompas, PK Ojong dan Jakob Oetama, terhadap seni dan budaya. Sejak tahun 1970-an, Kompas mengoleksi banyak lukisan, barang antik, hingga barang seni lainnya.
PK Ojong bahkan dulu kerap pergi ke banyak daerah untuk membeli barang seni. Menurut dia, membeli adalah salah satu bentuk penghargaan terhadap pelaku seni budaya.
Benda-benda seni yang terkumpul lantas diserahkan pengelolaannya ke karikaturis Kompas, GM Sudarta. Gramedia Art Gallery pun didirikan untuk menampung benda seni tersebut. Lokasinya ada di kawasan pintu Air, Jakarta. Galeri ini yang menjadi bibit berdirinya Bentara Budaya.
Satu dekade kemudian, tepatnya 1982, Bentara Budaya didirikan pertama kali di Jalan Jenderal Sudirman, Yogyakarta. Pendirian Bentara Budaya Jakarta menyusul empat tahun kemudian. Jakob Oetama membuka Bentara Budaya Jakarta secara resmi pada 26 Juni 1986. Bentara Budaya selanjutnya didirikan di Solo (2009) dan Bali (2009).
Selama 40 tahun, Bentara Budaya telah menghadirkan berbagai pameran, diskusi, lokakarya, pertunjukan, dan berbagai kegiatan seni. Kegiatan ini melibatkan para pegiat seni budaya dari berbagai bidang, generasi, bahkan lintas negara.
Saat didirikan, Bentara Budaya (yang berarti utusan budaya) mengusung surya sengkalan (penanda waktu) Manembah Hangesti Songing Budi. Bila diartikan, Bentara Budaya bertujuan memberi kemuliaan pikiran tanpa pamrih.
”Pikiran, hikmah, kearifan itu diperas demi membangun kehidupan manusia yang lebih beradab,” kata General Manager Bentara Budaya Ilham Khoiri dari Yogyakarta.
”Dalam praktik, sebagaimana dicatat kurator senior Bentara, Sindhunata SJ, Bentara bertekun untuk menopang komunitas budaya dan para seniman yang tengah berjuang mengembangkan diri. Saat berbarengan, lembaga ini juga menaruh penghargaan yang sama terhadap seni kontemporer dan berbagai isu wacana terbaru pada kesenian dan kebudayaan,” katanya menambahkan.
Bentara Budaya pun dinilai turut berperan melestarikan karya seni budaya. Bentara Budaya memiliki ribuan karya seni yang terdiri dari lukisan, benda antik, keramik, hingga patung. Beberapa di antaranya adalah karya pelukis maestro, seperti Affandi, Basoeki Abdullah, Bagong Kussudiardjo, S Sudjojono, dan Hendra Gunawan.
Menurut Ilham, tantangan Bentara Budaya ke depan akan semakin besar. Lanskap seni budaya bergeser seiring dengan perkembangan teknologi. Sejumlah perupa pun kini membuat karya dalam bentuk non-fungible token (NFT).
Untuk merespons itu, Bentara Budaya meluncurkan dua program baru, yaitu Podcast Bentara Budaya dan Laboratorium NFT Bentara Budaya. Podcast atau siniar disiarkan di kanal Youtube Bentara Budaya. Ada empat narasumber yang sudah tampil di siniar itu, yakni sutradara Joko Anwar, penyanyi keroncong Endah Laras, sastrawan Agus Noor, dan pelukis Putu Sutawijaya.
Sementara itu, Laboratorium NFT Bentara Budaya dijadikan ruang belajar bagi seniman dan masyarakat dalam berkesenian secara digital. Ilham berharap program ini dapat memperluas medan seni rupa di ruang berbasis teknologi digital.
”Bentara Budaya berkomitmen menjadi hub atau ruang pertemuan bagi beragam ekspresi seni budaya di Nusantara. Keberagaman ini patut dijaga demi menyalakan api pendirian Indonesia sebagai rumah besar semua kelompok masyarakat. Dalam kemajemukan itu, kita menemukan kekayaan, kearifan, dan semangat untuk menghargai satu sama lain,” ujar Ilham.
Sementara itu, pelukis Sigit Santosa (73) mengapresiasi 40 tahun keberadaan Bentara Budaya. Menurut dia, koleksi Bentara Budaya merupakan referensi para seniman untuk mengenal sekaligus belajar dari karya para maestro.
Redaktur senior Kompas sekaligus Vice CEO Kompas Gramedia Rikard Bagun mengatakan, selama 40 tahun terakhir, Bentara Budaya bukan hanya telah dilahirkan, melainkan juga telah ”melahirkan”. Karya kelahirannya berupa pameran, diskusi, lokakarya, hingga kolaborasi dengan para seniman dan budayawan. ”Ibarat rajawali, saya harap Bentara Budaya dapat terbang lebih tinggi dan lebih jauh,” katanya.
Penghargaan
Adapun perayaan 40 tahun Bentara Budaya dimeriahkan dengan penampilan sejumlah seniman, seperti Endah Laras dan pertunjukan wayang cepak oleh Ki Warsad Darya di Jakarta, serta Komunitas Jazz Mben Senen dan Jogja Hip Hop Foundation di Yogyakarta.
Diselenggarakan pula pameran Seraut Wajah Indonesia di Wajah Kita: Pameran 77 Karya Lukisan oleh 40 Perupa, di Jakarta, pada 26 September-2 Oktober 2022. Ada pula pameran seni rupa Ajur Ajer di Yogyakarta pada 22 September-2 Oktober 2022.
Selain itu, Bentara Budaya juga memberi penghargaan ke empat seniman yang dinilai berdedikasi mengembangkan budaya serta mengupayakan regenerasi. Keempatnya adalah Serang Dakko (Sulawesi Selatan), Sahilin (Sumatera Selatan), Ong Hari Wahyu (DI Yogyaarta), dan Warsad Darya (Jawa Barat).