Hewan Pengerat Bisa Menjadi Reservoir Penyakit Jamur yang Mematikan
Selama empat dekade terakhir ada peningkatan laporan patogen manusia baru. Seperti virus Covid-19, lompatan inang juga memungkinkan jamur berevolusi dan berdiversifikasi.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Studi terbaru menemukan patogen jamur di jaringan paru-paru mamalia kecil dan yang menyebabkan penyakit pada manusia. Hal ini menunjukkan bahwa hewan pengerat ini dapat berfungsi sebagai reservoir, agen penyebaran, dan inkubator patogen jamur yang berpotensi memicu wabah.
Penyakit jamur pada populasi manusia sedang meningkat. Hal ini menjadi penting bagi otoritas kesehatan untuk memahami dari mana patogen ini berasal. Sebuah studi baru, yang diterbitkan di Frontiers in Fungal Biology pada Senin (26/9/2022), mengungkapkan bahwa mamalia kecil dapat bertindak sebagai reservoir untuk infeksi jamur ini.
”Analisis kami, yang secara khusus berfokus pada patogen paru-paru yang menyebabkan penyakit pada manusia, mendeteksi berbagai macam jamur di jaringan paru-paru mamalia kecil,” kata Paris Salazar-Hamm, penulis pertama penelitian ini, dari University of New Mexico.
Ini adalah studi besar pertama yang menggunakan pengurutan (DNA) generasi berikutnya untuk menilai jamur di paru-paru mamalia kecil.
Para peneliti menemukan banyak hewan pengerat, seperti tupai, yang diambil sampelnya dari daerah-daerah di barat daya Amerika Serikat memiliki jenis jamur yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru pada manusia. Itu seperti jamur yang menyebabkan valley fever, penyakit yang biasanya menyebabkan gejala mirip flu dan bisa mengancam nyawa.
Melompat ke manusia
Selama empat dekade terakhir telah terjadi peningkatan laporan patogen manusia baru. Seperti virus Covid-19, lompatan inang juga memungkinkan jamur berevolusi dan berdiversifikasi. Dalam beberapa kasus, ini dapat meningkatkan virulensi mereka dan pada gilirannya berdampak pada manusia.
”Kami ingin memahami apakah spora jamur patogen pernapasan berada di tanah karena mereka memakan bahan tanaman yang mati dan membusuk atau jika mereka hidup di dalam hewan kecil dan spora mereka dilepaskan ke tanah setelah hewan pengerat mati,” kata Salazar-Hamm.
Menggunakan teknologi terbaru pengurutan DNA, para peneliti menganalisis genetika jamur dalam jaringan paru-paru hewan pengerat dari spesimen museum. ”Kami mendeteksi jamur Coccidioides, penyebab valley fever, di jaringan paru-paru hewan dari Kern County, California, dan Cochise dan Maricopa counties di Arizona, daerah yang memiliki tingkat penyakit ini tinggi,” tulis Salazar-Hamm dalam laporan itu.
Selain itu, para peneliti juga mendeteksi urutan dari Coccidioides pada hewan dari Catron, Sierra, dan Socorro County di New Mexico, yang merupakan pertama kalinya patogen ini terdeteksi di lingkungan di wilayah tersebut.
”Ini adalah studi besar pertama yang menggunakan pengurutan (DNA) generasi berikutnya untuk menilai jamur di paru-paru mamalia kecil. Hasil kami mendukung hipotesis bahwa hewan pengerat bisa menjadi tempat berkembang biak bagi patogen jamur pernapasan,” lanjutnya.
Pemantauan penyebaran
Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan kepada petugas kesehatan di mana ada potensi penyakit untuk didapat secara lokal. ”Perkiraan distribusi Coccidioides saat ini, berdasarkan kondisi iklim dan tanah, memprediksi bahwa valley fever akan meluas secara substansial ke utara dan timur selama abad berikutnya sebagai akibat dari perubahan iklim yang berdampak pada kondisi lingkungan. Hasil kami akan menginformasikan upaya pemodelan ini dengan menambahkan nilai informasi tentang hewan sebagai reservoir patogen,” tulis Salazar-Hamm, menjelaskan.
Studi di masa depan berharap untuk memeriksa kesehatan hewan inang dan bagaimana hal ini dapat berdampak pada penyebaran atau virulensi penyakit. ”Kami tidak dapat menilai kesehatan inang mamalia dari mana jaringan paru-paru diperoleh. Meskipun ada patogen, tidak mungkin untuk mengatakan secara meyakinkan bahwa ada penyakit,” kata Salazar-Hamm.