Pembukaan Kembali Bioskop Kineforum di TIM Semarakkan Ekosistem Film
Bioskop Kineforum di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, kembali dibuka untuk publik. Ruang pemutaran film alternatif dan diskusi film pun diharapkan meluas.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Bioskop Kineforum yang ada di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, kembali dibuka pada Jumat (23/9/2022) setelah direvitalisasi selama tiga tahun terakhir. Ruang pemutaran alternatif ini diharapkan memperluas interaksi antarpegiat film dan masyarakat.
JAKARTA, KOMPAS — Bioskop Kineforum yang ada di Taman Ismail Marzuki kembali dibuka setelah direvitalisasi selama tiga tahun terakhir. Kembalinya ruang pemutaran nonkomersial ini diharapkan memperluas interaksi antarpegiat film dan masyarakat.
Kineforum kini berada di lantai empat Gedung Planetarium, kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Sebelumnya, Kineforum ada di belakang bioskop XXI, TIM.
Jika sebelumnya Kineforum hanya memiliki satu studio, kini Kineforum memiliki dua studio. Kapasitas maksimal Studio Asrul Sani sebanyak 90 orang, sementara Studio Sjuman Djaya 50 orang.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Bioskop Kineforum yang ada di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, kembali dibuka pada Jumat (23/9/2022) setelah direvitalisasi selama tiga tahun terakhir. Ruang pemutaran alternatif ini diharapkan memperluas interaksi antarpegiat film dan masyarakat.
Adapun pembukaan kembali Kineforum di TIM ditandai dengan pemutaran film Usia 18 (1980) pada Jumat (23/9/2022). Film tersebut merupakan karya sutradara dan penulis skenario Teguh Karya.
”Alhamdulillah Kineforum, yang berada di bawah Dewan Kesenian Jakarta, punya rumah lagi. Semoga ini bisa membuka banyak percakapan dan berkontribusi bagi ekosistem perfilman Indonesia,” kata Ketua Komite Film Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Ekky Imanjaya.
SUN AND MOON FILMS
I Nyoman Arjasa Wenten dan Nanik Wenten, suami istri, yang berperan dalam film semidokumenter Bali: Beats of Paradise saat pengambilan gambar di Pulau Bali.
Ia menambahkan, pembukaan kembali Kineforum diharapkan menjadi wadah pertemuan para pemangku kepentingan film, baik produser, wartawan film, distributor, kritikus film, hingga masyarakat. Hal ini diharapkan memperkuat ekosistem film, baik dari sisi edukasi maupun apresiasi.
Kineforum juga membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak. Dari kerja sama itu, Kineforum menjadi mitra sejumlah festival film yang akan berlangsung tahun ini. Beberapa di antaranya adalah Jakarta Film Week 2022 dan Madani Film Festival 2022. Kineforum juga akan terlibat di Imajitari-International Dance Film Festival 2022.
Pembukaan Kineforum juga ditandai dengan program ”Generasi(on)al”, yakni pemutaran sejumlah film dan film pendek untuk publik secara gratis. Program ini berlangsung pada 24-25 September 2022.
Salah satu film yang diputar adalah Invisible Hopes (2021) garapan sutradara Lamtiar Simorangkir. Sementara itu, film pendek yang diputar adalah Lika Liku Laki (2021) karya sutradara Khozy Rizal dan Kisah Cinta dari Barat (2021) garapan M Reza Fahriyansyah. Ada pula film pendek Laut Memanggilku (2021) karya Tumpal Tampubolon dan Boncengan (2021) karya Sarah Adilah.
Menurut Koordinator Program Kineforum Ifan Ismail, ”Generasi(on)al” memotret sebagian tantangan anak muda di masa kini seperti perubahan iklim dan beban sebagai generasi sandwich. Generasi sandwich merupakan pemikul beban ganda yang bekerja tidak hanya untuk menghidupi diri sendiri, tapi juga anggota keluarga lain.
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Para pekerja bergegas menuju tempat kerja mereka atau berganti moda transportasi dari stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (19/11/2021). Banyak para pekerja di Ibu Kota adalah generasi sandwich yang harus membagi penghasilannya untuk keluarga dan membantu ekonomi orangtua.
Potret ini tergambar dari film Usia 18. Film tersebut mengisahkan tokoh Edo yang mendadak mesti berhenti kuliah dan bekerja di luar kota setelah ayahnya meninggal. Dengan bekerja, ia berharap tiga adiknya tidak putus sekolah. Sambil bekerja, ia tetap menyimpan harapan untuk melanjutkan kuliah dan bertemu lagi dengan Ipah, teman perempuannya sejak kecil.
Film berdurasi 106 menit ini masuk dalam belasan kategori Festival Film Indonesia tahun 1981, kemudian menang di tiga kategori, antara lain, Pemeran Pembantu Pria Terbaik dan Penyuntingan Terbaik. Usia 18 juga menang sebagai film yang melukiskan semangat dan optimisme pemuda dalam mengatasi kesulitan.
”Saya percaya bahwa ruang pemutaran film juga merupakan ruang produksi pengetahuan. Selain belajar dari sinema, kita juga bisa belajar melalui sinema. Kita tidak mesti melulu bicara soal film, namun bisa membahas topik apa pun dan menjadikan film sebagai referensi,” kata Ifan.