Tim peneliti menemukan empat kawah baru yang diciptakan oleh dampak atmosfer di permukaan Mars. Mengetahui dampak atmosfer ini akan membuka pengetahuan baru tentang proses pembentukan planet terestrial, termasuk Bumi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
NASA
Citra atmosfer tipis Mars yang diambil oleh wahana pengorbit Viking 1. Di masa lalu, atmosfer Mars diyakini jauh lebih tebal dibanding sekarang.
Tim peneliti internasional dengan misi InSight Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA menemukan empat kawah baru yang diciptakan oleh dampak atmosfer di permukaan Mars. Tim peneliti berhasil menghitung dan mengonfirmasi lokasi kawah tersebut menggunakan data dari seismometer dan visual dari Mars Reconnaissance Orbiter.
Penemuan kawah ini merupakan pertama kalinya para peneliti mampu menangkap dinamika dampak di Mars. Penemuan para peneliti dari NASA dan sejumlah universitas ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience, 19 September 2022
Nicholas Schmerr, associate professor dari University of Maryland Geology yang juga salah satu penulis makalah ini, menjelaskan, meteoroid dan proyektil lain di luar angkasa dapat mengubah atmosfer dan permukaan planet mana pun melalui tumbukan.
Mempelajari bagaimana dampak ini bekerja di Mars seperti membuka jendela ke dalam proses mendasar tentang bagaimana planet terestrial terbentuk.
”Kami telah melihat peristiwa ini Bumi, di mana benda-benda dapat meluncur cepat melalui atmosfer, menabrak tanah, dan meninggalkan kawah. Akan tetapi, sebelum penemuan ini, kami belum pernah bisa menangkap dinamika dampak di Mars dengan atmosfer yang jauh lebih tipis,” ujarnya dikutip dari situs resmi University of Maryland, Sabtu (24/9/2022).
Saat proyektil ruang angkasa memasuki atmosfer planet dan menabrak tanah, proyektil memicu gelombang akustikdan gelombang seismik. Gelombang akustik merupakan gelombang suara yang merambat melalui cairan atau gas. Sementara sifat gelombang seismik merambat melalui medium padat.
NASA/JPL/USGS
Planet Mars diimpikan menjadi tumpuan manusia saat Bumi tak mampu lagi menopang kehidupan di atasnya.
Schmerr dan rekan penelitinya menggunakan gelombang iniuntuk memperkirakan perkiraan lokasi dari lokasi tumbukan yang dihasilkan. Lokasi bisa ditentukan melalui pengukuran gelombang tersebut dengan instrumen Eksperimen Seismik untuk Struktur Interior (SEIS). Tim kemudian mencocokkan perkiraan mereka dengan visual yang disediakan oleh kamera resolusi tinggi, mengonfirmasi lokasi, dan akurasi pemodelan tim.
Dalam laporannya, peneliti menyimpulkan bahwa temuan ini menunjukkan bagaimana seismologi planet (studi gempa dan peristiwa terkait seperti letusan gunung berapi) dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber aktivitas seismik.
Menurut Schmerr, kemampuan ini dapat membantu para peneliti mengukur seberapa sering dampakatmosfer terjadi di tata surya kita, termasuk Mars dan Bumi. Pengamatan lebih lanjut sangat penting untuk memahami populasi asteroid atau pecahan batu yang dapat menimbulkan bahaya bagi Bumi.
Selain itu, penentuan lokasi yang tepat dari dampak ini membuat gelombang akustik dan seismik jugadapat digunakan untuk mempelajari atmosfer dan interior Mars. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang lokasi gempa di Mars, para ilmuwan akan dapat mengumpulkan informasi penting tentang planet ini, seperti ukuran dan soliditas inti atau proses pemanasannya.
Schmerr meyakini, pemahaman baruterkait seismologi planet memungkinkan para peneliti dapat menganalisis aktivitas tektonik yang menjadi sumber aktivitas seismik lainnya di dalam Mars. Temuan ini pada akhirnya membawa para peneliti selangkah lebih dekat untuk memahami pembentukan dan evolusi planet.
NASA
Permukaan Mars dilingkupi oleh atmosfer tipis yang membuatnya mendapat paparan radiasi Matahari dan radiasi kosmik sangat tinggi sehingga membahayakan manusia untuk hidup di sana.
”Mempelajari bagaimana dampak ini bekerja di Mars seperti membuka jendela ke dalam proses mendasar tentang bagaimana planet terestrial terbentuk.Semua planet tata surya bagian dalam memiliki kesamaan ini, termasuk Bumi,” kata Schmerr.
Selain penemuan kawah ini, Schmerr juga pernah terlibat penelitian tentang aktivitas gempa terbesar di Mars. Peneliti menemukan dua gempa terbesar yang pernah terjadi di Mars, yakni berkekuatan 4,2 dan 4,1 skala richter.
”Merekam peristiwa di dalam zona bayangan inti adalah batu loncatan nyata untuk meningkatkan pemahaman kita tentang Mars. Sebelum dua peristiwa ini, sebagian besar seismisitas berada dalam jarak sekitar 40 derajat dari InSight,” kata Savas Ceylan, salah satu penulis studi tersebut dari Institut Teknologi Konfederasi (ETH) Zurich, Swiss.