Pil KB dari Ekstrak Gandarusa
Peneliti dari Universitas Airlangga mengembangkan pil KB pria dari ekstrak daun gandarusa. Selain sebagai alternatif alat kontrasepsi, data awal menyebut ekstrak daun gandarusa ini juga meningkatkan gairah seksual.
Pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia subur diperlukan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan. Dengan menunda dan mencegah kehamilan tersebut diharapkan kehidupan keluarga menjadi lebih baik dan sejahtera.
Namun, kesadaran masyarakat untuk memakai kontrasepsi masih rendah. Kesadaran ini pun seharusnya tidak hanya diperlukan pada perempuan namun juga pria. Itu karena pria memiliki peran untuk mewujudkan ketahanan sebuah keluarga.
Terdapat sejumlah pilihan metode kontrasepsi untuk pria, antara lain kondom, vasektomi, senggama terputus, ataupun pantang berkala atau tidak berhubungan seksual pada masa subur. Dari metode tersebut, kontrasepsi dengan kondom dan vasektomi yang lebih banyak digunakan. Meski begitu, tingkat penggunaannya pun tetap minim.
Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program Kependudukan (SKAP) Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga pada 2018 mencatat, peserta baru KB pria dengan penggunaan kondom sebanyak 231.413 orang, sementara peserta baru dengan metode vasektomi sebanyak 6.893 orang.
Jumlah ini masih jauh dari target perkiraan permintaan masyarakat akan penggunaan kontrasepsi, yakni 385.222 orang untuk penggunaan kondom dan 10.443 orang untuk metode vasektomi. Penggunaan alat kontrasepsi yang belum optimal pada pria ini salah satunya disebabkan oleh anggapan bahwa kontrasepsi hanya ditujukan bagi perempuan. Padahal, penggunaan alat kontrasepsi yang benar harus didasarkan kesepakatan antara suami dan istri.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, peran pria dalam ber-KB penting untuk ditingkatkan. Pelatihan untuk dokter maupun kader motivator KB pria telah dilakukan tetapi hanya sedikit yang mau konsisten meningkatkan upaya KB pria.
“Terobosan atau inovasi diperlukan untuk meningkatkan akseptor KB pria. Kerjasama BKKBN, perguruan tinggi, masyarakat dan swasta sangat penting,” katanya dalam siaran pers yang dikutip pada laman resmi BKKBN.
Baca juga : Pil Kecil yang Mengubah Dunia
Adanya berbagai alternatif metode kontrasepsi lain untuk pria diharapkan dapat meningkatkan peran pria dalam penggunaan kontrasepsi. Hal itu pula yang kemudian menjadi dasar bagi peneliti di Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya untuk mengembangkan pil KB pria dengan bahan dasar ekstrak etanol daun gandarusa.
Penelitian tersebut bermula dari pengembangan yang dilakukan oleh almarhum profesor Bambang Prajogo Eko Wardojo, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Riset terkait manfaat gandarusa untuk kontrasepsi pria sudah dilakukan sejak 1987. Riset tersebut terinspirasi dari hasil riset etnobotani yang dilakukan peneliti Universitas Gadjah Mada tentang tradisi perkawinan dengan mahar kurang di Papua.
Terobosan atau inovasi diperlukan untuk meningkatkan akseptor KB pria. Kerjasama BKKBN, perguruan tinggi, masyarakat dan swasta sangat penting.
Pada etnis tertentu di Papua, pria yang melamar seorang perempuan dengan mahar yang kurang masih bisa diperbolehkan menikah namun tidak boleh menghamili istrinya. Pria itu pun akhirnya diminta untuk mengonsumsi daun gandarusa untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Gandarusa merupakan tanaman semak yang tumbuh di dataran rendah. Gandarusa tumbuh tegak sampai dua meter, berbatang hitam atau hijau dengan cabang daun yang berwarna ungu kecoklatan mengkilat (Kompas, 22/2/2011). Sementara dalam penelitian ini, kerjasama dengan petani sudah dilakukan untuk budidaya gandarusa agar kualitas tanaman yang dihasilkan bisa terstandar.
Berbagai penelitian dilakukan untuk membuktikan secara ilmiah khasiat dan manfaat daun gandarusa sebagai kontrasepsi pria. Setidaknya pengembangan yang dilakukan sudah sampai pada tahap uji klinis kedua. Keamanan dan manfaat ekstrak daun gandarusa yang dikembangkan dalam bentuk pil sudah teruji pada kelompok terbatas.
Baca juga : Waspadai Ledakan Penduduk di Masa Pandemi
Namun, dalam perjalanan pengembangan pil KB dari ekstrak gandarusa, peneliti utama dari riset tersebut berpulang. Profesor Bambang meninggal dunia pada awal 2022 dengan meninggalkan temuan mutakhir yang berpotensi dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia, bahkan dunia.
Untuk itulah, tim peneliti di Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga berkomitmen untuk melanjutkan riset yang sudah dimulai oleh Profesor Bambang.
Uji klinis fase tiga
Ketua pengganti tim peneliti pil KB pria gandarusa Universitas Airlangga, Sukardiman menyampaikan, pengembangan pil KB dari ekstrak gandarusa saat ini akan mulai masuk pada tahap uji klinis fase ketiga. Pada pengujian sebelumnya, pil KB pria dari gandarusa yang dikembangkan ini sudah terbukti aman dan bermanfaat. Namun, pengujian lebih lanjut masih harus dilakukan dengan skala subjek uji yang lebih besar.
“Pada pengujian sebelumnya sudah dilihat apakah pil KB ini memiliki efek samping pada fungsi organ vital, baik pada hewan uji atau subjek manusia yang diuji secara terbatas. Dari semua pengujian itu hampir semuanya tidak ada sifat toksik yang ditemukan,” kata Sukardiman saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (24/9/2022).
Efektivitas dari pil KB gandarusa ini juga sudah diteliti pada uji klinis fase kedua. Setidaknya, setelah sebulan dikonsumsi oleh subyek uji coba, sel sperma pria bisa dikendalikan secara periodik. Selain itu, ketika sudah tidak dikonsumsi, kualitas dan kuantitas sel sperma bisa kembali normal.
Meningkatkan gairah seksual
Dari uji klinik fase pertama yang dilakukan Profesor Bambang, terdapat data adanya efek samping berupa peningkatan gairah seksual pada subyek riset. Hal itu tergambar dari intensitas dan durasi berhubungan seksual. Saat itu, subyek riset mengonsumsi obat selama satu setengah kali masa spermatogenesis atau sekitar 108 hari.
Namun, studi lanjutan harus dilakukan untuk mengonfirmasi efek itu. ”Data (efek samping pil KB gandarusa) perlu dikonfirmasi sehingga ke depan akan dilakukan riset untuk membuktikan secara ilmiah efek itu dengan metode in vivo dari mencit putih,” ucap Sukardiman.
Adapun bahan utama yang digunakan pada pil KB yang dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Airlangga yakni senyawa gendarusin a dan gendarusin b yang diambil dari ekstrak daun gandarusa. Hasil penelitian dari khasiat kedua senyawa tersebut untuk menghambat sel sperma telah mendapatkan paten.
Keduanya terbukti aman untuk dikonsumsi dan tidak ditemukan sifat toksik atau racun. Adapun mekanisme kerja dari senyawa tersebut sebagai kontrasepsi yakni dengan menurunkan produksi suatu enzim yang berada di kepala sperma sehingga aktivitas sel sperma dalam proses pembuahan bisa menurun.
Baca juga : Minat Ber-KB Masih Tinggi
Sukardiman menuturkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) sebenarnya telah mengelompokkan daun gandarusa sebagai bahan baku yang tidak boleh digunakan sebagai bahan baku obat. Itu disebabkan pada daun gandarusa mengandung alkaloid yang dapat bersifat toksik atau racun.
“Pada produk yang dikembangkan sudah dipastikan tidak mengandung senyawa toksik sehingga ekstraksi yang dilakukan hanya mengambil senyawa gendarusin a dan gendarusin b,” ujarnya.
Dalam pengembangan pil KB pria gandarusa kini sudah bekerja sama dengan industri yakni PT Konimex untuk memproduksi produk yang digunakan untuk proses pengujian. Selain itu, kerja sama dengan sejumlah rumah sakit dilakukan untuk pelaksanaan uji klinis.
Meski begitu, sejumlah kendala masih dihadapi, terutama dalam menjalankan proses uji klinis fase ketiga. Setidaknya dibutuhkan 300 sukarelawan pria dari pasangan usia subur. Pada uji coba fase ketiga ini, pengujian dilakukan dengan melihat efektivitas dari pil KB pria gandarusa yang dikonsumsi tiap hari sedikitnya dalam setahun penuh. Setelah itu, pemantauan dilakukan setelah tiga bulan konsumsi pil KB berakhir. Dari target subyek pengujian yang diharapkan, kini baru terdaftar sekitar 20 orang yang bersedia.
“Kami membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar relawan dalam uji klinis fase ketiga ini bisa mencapai jumlah yang ditargetkan. Pil KB pria dari gandarusa ini berpotensi besar untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Temuan ini bahkan juga potensial di tingkat dunia,” tutur Sukardiman.