Dari Pemulihan Pembelajaran Menuju Transformasi Sistem Pendidikan
Pemulihan pendidikan tengah berlangsung, sekaligus mendorong perlunya transformasi sistem pendidikan. Pembahasan untuk menyiapkan sistem pendidikan yang menjawab masa depan dibahas dalam Transforming Education Summit.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Guru mengajar siswa jurusan Kriya Tekstil SMK Negeri 12 Surabaya, Jawa Timur, Rabu (2/9/2020). Sekolah menengah kejuruan seni tersebut kembali menyelenggarakan sekolah tatap muka dan memberlakukan sistem sekolah bergilir bagi siswanya. Dalam satu hari dibagi dalam dua sif yang masing-masing hanya dihadiri oleh 300 siswa. Hal tersebut sebagai persiapan siswa kelas XI untuk magang serta persiapan tugas akhir siswa kelas XII.
Pendidikan berangsur-angsur menuju normal baru dengan mulai dibukanya sekolah-sekolah secara masif. Ketika dunia mulai memasuki pemulihan pendidikan yang secara global terganggu hampir tiga tahun terakhir, kesempatan ini juga mendorong perlunya mentransformasi sistem pendidikan untuk membawa pendidikan ke arah yang lebih baik guna menjawab tantangan masa depan.
Ada keadaan darurat pendidikan global, yang diperparah akibat gangguan terbesar terhadap pendidikan dalam sejarah yang dipicu oleh pandemi Covid-19. Pandemi ini memperdalam krisis inklusi, kualitas, dan relevansi yang sudah ada sebelumnya. Menurut perkiraan baru yang dirilis oleh Institut Statistik UNESCO (UIS) dan Laporan Pemantauan Pendidikan Global (GEM), hanya sekitar setengah dari semua anak dan remaja yang siap untuk masa depan.
Sekitar 244 juta anak dan remaja di seluruh dunia masih putus sekolah. Ada krisis dalam pembelajaran dasar, yaitu keterampilan membaca dan berhitung di kalangan pelajar muda. Diperkirakan 60 persen anak-anak di seluruh dunia tidak dapat membaca dan memahami teks sederhana pada usia 10 tahun. Survei baru oleh UNESCO, Unicef, Bank Dunia, dan OECD menemukan bahwa seperempat negara belum mengumpulkan informasi tentang anak-anak yang telah dan belum kembali ke sekolah sejak pandemi dimulai.
Banyak negara perlu belajar dari praktik baik di Indonesia.
Dalam konteks ini, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs) tentang pendidikan berkualitas untuk semua pada 2030 berisiko tidak tercapai. Pada saat yang sama, konsultasi global yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan lebih dari satu juta pemangku kepentingan yang dipimpin oleh UNESCO tentang Masa Depan Pendidikan telah menunjukkan kebutuhan mendesak untuk menyesuaikan pendidikan dengan tantangan baru abad ini. Untuk merespons disrupsi iklim, revolusi teknologi, kebangkitan konflik, dan kesenjangan sosial, pendidikan juga harus ditransformasi.
Tantangan pendidikan dunia selama tiga tahun terakhir menjadi semakin berat akibat pandemi Covid-19. Hal ini membawa pembahasan untuk secara radikal mengubah pendekatan terhadap sistem pendidikan.
Transformasi pendidikan dunia dibahas dalam Tranforming Education Summit (TES) dengan acara puncak pertemuan para pemimpin pada Senin (19/9/2022) di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Konferensi tingkat tinggi TES yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres secara radikal mengubah pendekatan terhadap sistem pendidikan.
Pertemuan ini untuk mencari upaya memobilisasi ambisi politik, tindakan, solusi, dan solidaritas untuk mentransformasi pendidikan; mempertimbangkan upaya untuk memulihkan kehilangan pembelajaran terkait pandemi; menata kembali sistem pendidikan untuk dunia hari ini dan masa depan; dan merevitalisasi upaya nasional dan global untuk mencapai SDG-4.
Pada akhir Juni lalu, UNESCO menjadi tuan rumah Pra-KTT TES yang dihadiri lebih dari 140 menteri pendidikan, para pemimpin kebijakan dan bisnis, serta aktivis pemuda. Mereka berkumpul untuk membangun peta jalan guna mengubah pendidikan secara global. Ada lima fokus transformasi pendidikan, yakni sekolah yang inklusif, adil, aman, dan sehat; pembelajaran dan keterampilan untuk kehidupan, pekerjaan, dan pembangunan berkelanjutan; guru, pengajaran, dan profesi guru; pembelajaran dan transformasi digital; dan pembiayaan pendidikan.
Transformasi pendidikan digital
Dalam forum TES ini hadir pula Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim. Kehadiran Nadiem untuk menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam hal transformasi sistem pendidikan melalui terobosan-terobosan Merdeka Belajar. Selain itu, mendorong kerja sama, antara lain, di bidang pendidikan tinggi dengan sejumlah universitas dan di bidang kebudayaan dengan institusi riset dan permuseuman top dunia yang berkedudukan di AS.
Nadiem berbicara dalam diskusi panel pada Sabtu (17/9/2022) yang terdiri dari Menteri Pendidikan dan Sains Mongolia Engkh-Amgalan Luvsanteren, Direktur Global untuk Praktik Pendidikan Global Bank Dunia Jaime Saavedra, Direktur Pembelajaran Masa Depan dan Inovasi UNESCO Sobhi Tawil, dan Vice President Bidang Pendidikan Global Microsoft Rick Herrmann. Nadiem berbicara mengenai teknologi dalam pendidikan.
”Menggunakan teknologi dalam pendidikan bukanlah suatu pilihan bagi Indonesia karena beragamnya sekolah, demografi, hingga pemangku kepentingan. Namun, teknologi dalam pendidikan sudah menjadi keniscayaan,” ujar Nadiem.
DOKUMENTASI KEMENDIKBUDRISTEK
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim (kiri) berbicara dalam diskusi panel pada Sabtu (17/9/2022) yang merupakan rangkaian Transforming Education Summit di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Pada April 2020, sekitar 96 persen sekolah di Indonesia tutup karena pandemi. Hal tersebut mengakibatkan krisis pembelajaran dan disparitas akses terhadap teknologi yang kian nyata.
”Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudristek secara cepat mengubah pendekatan akan teknologi. Sering kali teknologi dipikirkan hanya setelah suatu program diluncurkan dan mengesampingkan kemudahan bagi pemangku kepentingan untuk menggunakannya. Sekarang sebaliknya, teknologi dikembangkan secara serius bersamaan dengan direncanakannya suatu kebijakan, serta mengedepankan kebermanfaatan dan kemudahan akses bagi para penggunanya,” katanya menjelaskan.
Nadiem memaparkan berbagai platform teknologi yang disediakan Kemendikbudrsitek kini digunakan jutaan guru, sivitas akademika, mitra-mitra pendidikan, dan usaha mikro kecil menengah. Ada platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, Kampus Merdeka, Kedaireka, Belajar.id, Arkas, TanyaBOS, dan SIPLah.
Platform Merdeka Mengajar telah digunakan 1,6 juta guru sejak tujuh bulan diluncurkan. Ada sebanyak 55.000 konten pembelajaran bagi guru tersedia di platfom tersebut, sebanyak 92.000 guru telah mengunggah konten agar menginspirasi guru lainnya di berbagai pelosok Indonesia.
Sementara itu, platform Rapor Pendidikan telah dimanfaatkan lebih dari 141.000 sekolah dan 505 pemerintah daerah. ”Untuk pertama kalinya di Indonesia, pemerintah daerah memiliki akses terhadap data lengkap yang dapat membantu mereka menentukan arah kebijakan dan anggaran untuk pendidikan secara tepat guna,” ujar Nadiem.
Direktur Pembelajaran Masa Depan dan Inovasi Bank Dunia Jaime Saavedra menyambut baik insiatif Pemerintah Indonesia untuk bertransformasi. ”Banyak negara yang tidak mampu bertransformasi seperti Indonesia karena tidak ada kualitas kepemimpinan di kementerian pendidikannya atau tidak ada dukungan politik. Banyak negara perlu belajar dari praktik baik di Indonesia,” kata Saavedra.
Komitmen baru
Leonardo Garnier, Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PPB untuk TES, mengatakan sebuah gerakan global sedang dibuat. Pertemuan TES harus menjadi akselerator mobilisasi global, dengan pengumuman komitmen baru yang kuat dari negara-negara.
Menurut Leonardo, dunia perlu menyalakan gerakan global untuk pendidikan guna benar-benar mengubah pendidikan. Transformasi pendidikan membutuhkan tindakan untuk memperluas jangkauan dan kedalaman pendidikan; untuk membuat sekolah aman, sehat dan inklusif; menghargai dan memberdayakan guru; memanfaatkan revolusi digital untuk kepentingan setiap guru dan pelajar, dan tindakan untuk membuka komitmen keuangan yang jauh lebih besar terhadap pendidikan.
”Kita juga membutuhkan api dan tekad kaum muda untuk melindungi, memajukan, dan mengubah pendidikan kaum muda tentang jenis pendidikan yang mereka inginkan dan pantas dapatkan,” kata Leonardo.
DOKUMENTASI HUMAS DIKTIRISTEK
Program Kampus Merdeka lewat Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) memfasilitasi mahasiswa Indonesia untuk bisa belajar selama satu semester di berbagai kampus di luar negeri. Selain belajar, mahasiswa juga didorong menjadi duta budaya bangsa dan penghubung untuk kolaborasi kampus luar negeri dan Indonesia.
Transformasi pendidikan dibutuhkan untuk memastikan terpenuhinya hak belajar sepanjang hayat dengan memberikan semua pelajar, dari segala usia dalam semua konteks, pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mewujudkan potensi penuh mereka dan hidup dengan bermartabat. Pendidikan tidak bisa lagi dibatasi pada satu periode seumur hidup seseorang.
Setiap orang, mulai dari yang paling terpinggirkan hingga kurang beruntung dalam masyarakat, berhak atas kesempatan belajar sepanjang hayat, baik untuk pekerjaan maupun hak pilihan pribadi. Kontrak sosial baru untuk pendidikan harus menyatukan kita di sekitar upaya kolektif dan memberikan pengetahuan dan inovasi yang diperlukan untuk membentuk dunia yang lebih baik yang berlabuh dalam keadilan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Direktur UNESCO Institute for Statistics Silvia Montoya mengatakan, memberikan pendidikan yang lebih baik merupakan tantangan besar. Sebaliknya, tidak memberikannya merupakan pemborosan potensi yang lebih besar yang mengancam agenda pembangunan bagi manusia dan planet.
”Apa yang pada akhirnya dipertaruhkan adalah bagaimana menempatkan pendidikan yang inklusif dan merata dengan kualitas yang baik di atas agenda politik sebagai pengakuan atas peran kuncinya untuk pembelajaran dan pembangunan berkelanjutan,” kata Silvia.