Lewat pameran Ilustrasiana, puluhan ilustrator merekam berbagai cerita dari penjuru daerah. Karya-karya itu tidak hanya menggambarkan keberagaman negeri, tetapi juga berbagai medium yang berkembang melintasi zaman.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Beragam karya disuguhkan dalam pameran Ilustrasiana di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Rabu (14/9/2022). Ilustrasi dari berbagai kota disajikan di BBJ dengan menampilkan 40 pelaku ilustrasi lintas generasi dari berbagai daerah di Indonesia.
Ilustrasi berkembang melintasi zaman dan membawanya lepas dari bayang-bayang karya seni lainnya. Ilustrasi yang saat ini diwujudkan dalam beragam medium bukanlah sebatas gambar, tetapi juga karya ekspresi manusia dalam merekam perjalanan negeri.
Puluhan ilustrasi dengan rupa, medium, dan teknik pembuatan yang beragam ditampilkan dalam pembukaan pameran “Ilustrasiana” di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (14/9/2022). Karya 40 ilustrator itu menggali cerita dan fenomena dari berbagai penjuru daerah.
Karya ilustrator Nugraha Pratama, misalnya, menampilkan 28 seri gambar dengan teknik cetak digital. Ilustrasi berjudul “Sehari-hari di Banda Neira” itu merekam kisah pulau di Maluku tersebut dari masa ke masa.
Nugraha menggambar berbagai obyek di pulau itu, seperti rumah pengasapan dan gudang pala, Gunung Api Banda, Benteng Belgica, Tugu Republik Indonesia Serikat, dan Rumah Budaya Banda Neira. Aktivitas pasar ikan di sana juga dituangkan dalam ilustrasi itu.
Gambar-gambar itu dilengkapi dengan narasi bervariasi. Detailnya informasi, seperti kisah di balik pembangunan obyek dan tahun pembuatannya, menjadi bukti karya itu diawali dengan eksplorasi mendalam.
Pengunjung mengamati beragam karya yang disuguhkan dalam pameran Ilustrasiana di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (14/9/2022).
“Melewati gemilang dan kelamnya masa pertumbuhan Banda Neira hingga kini penampakannya bak mesin waktu. Bangunan-bangunan tua masih banyak yang terawat dan kota selalu bercerita tentang jati dirinya di setiap pojok,” tulis Nugraha dalam narasi karyanya itu.
Pameran juga menampilkan ilustrasi dengan memakai medium digital. Salah satunya karya Komunitas Segar Deskov Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Karya ini menggambarkan gedung-gedung menjulang di Jakarta dengan genangan air di bawahnya.
Eugenia Natania Andina, konseptor ilustrasi, mengatakan, karya itu mengangkat kisah ironi yang terjadi di Jakarta. Ibu Kota yang sering dilanda banjir, tetapi tidak henti membangun gedung-gedung pencakar langit.
“Jadi, permukaan Jakarta akan semakin turun. Itu kan berpotensi membuat banjir semakin parah,” ujarnya saat menghadiri pembukaan pameran.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Suasana pembukaan pameran Ilustrasiana di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (14/9/2022).
Ilustrasiana menjadi pameran besar pertama yang diikutinya. Ia dan rekan-rekan di komunitasnya cukup terkejut ketika diberi kesempatan untuk tampil dalam pameran yang berlangsung hingga 22 September 2022 itu.
“Ilustrasiana menjadi wadah bagi ilustrator muda untuk belajar. Kami juga bisa membangun kepercayaan diri sehingga lebih termotivasi dalam berkarya,” katanya.
Cerita dari Bandung, Jawa Barat, digambarkan oleh Guruh Ramdani dalam ilustrasi berjudul “Bandung Paris van Java”. Gambar dengan cat air ini memuat obyek suasana Jalan ABC di Kota Bandung saat siang hari.
Ilustrasi itu menggambarkan kesemrawutan kota. Parkir sepeda motor berlapis memenuhi badan jalan. Sementara sejumlah pedagang mengokupansi trotoar.
Karya ini merepresentasikan ironi “Kota Kembang”. Dahulu dijuluki “Paris van Java” karena keindahannya dianggap mirip Paris, ibu kota Perancis. Namun, saat ini kondisinya tidak berbeda dengan kota metropolitan lainnya di Tanah Air yang padat dan dipenuhi kendaraan.
Cakrawala ilustrasi saat ini tidak sebatas seni gambar. Ilustrasi telah menjelajah ruang dan menampung semua perkembangan dan penemuan artistik
Beberapa karya juga merekam fenomena pandemi Covid-19. Ilustrasi Kathrinna Rakhmavika mengangkat fenomena yang terjadi di Indonesia pada Juli 2021 ketika penambahan kasus Covid-19 mencapai 10.000 kasus per hari.
Ilustrasi berjudul “Betapa Tangguh” tersebut diwujudkan dalam grafik bergerak atau motion graphic. Karya ini diadaptasi dari komik statis yang terdiri dari lima halaman. Objeknya berupa tenaga medis yang berjuang mengatasi pandemi.
Kurator pameran, Beng Rahadian, mengatakan, pameran itu tidak hanya merepresentasikan keberagaman medium dan teknik ilustrasi, tetapi daerah asal ilustrator. Selain dari kota-kota di Pulau Jawa, ada juga peserta dari Sumatera Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.
“Dalam merepresentasikan multikultural, kita tidak perlu risau. Sebab, kita sudah hidup di dalamnya lewat keberagaman,” katanya.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Pengunjung menghadiri pembukaan pameran Ilustrasiana Goes to Yogya di Bentara Budaya Yogyakarta, Kotabaru, Yogyakarta, Jumat (12/8/2022).
Beng Rahadian menuturkan, Ilustrasiana menjadi wadah bagi ilustrator lintas generasi. Pameran serupa terlebih dahulu digelar di Bogor, Bandung, dan Yogyakarta.
Karya yang ditampilkan dibuat dengan berbagai pendekatan. Ia menyebut, ilustrasi berjudul “Sehari-hari di Banda Neira” karya Nugraha Pratama menggunakan pendekatan etnografi.
“Dia pasti eksplorasi dulu tentang Banda Neira. Tidak hanya itu, tetapi juga mengobrol dengan orang-orang di sana,” ucapnya.
Menurut Beng Rahadian, cakrawala ilustrasi saat ini tidak sebatas seni gambar. Ilustrasi telah menjelajah ruang dan menampung semua perkembangan dan penemuan artistik.
Perkembangan zaman membawa banyak perubahan. Sebab, setiap zaman merepresentasikan perkembangan pemikiran. Saat ini, peran alat dan media yang digunakan ilustrator dalam berkarya menentukan estetika yang bisa jadi sama bernilainya dengan gagasan.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pengunjung mengamati karya ilustrasi dalam pameran Ilustrasiana di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (14/9/2022).
“Pada pameran ini, kita tak hanya melihat kemandirian ilustrasi yang muncul di luar teks, tetapi upaya ilustrator yang melepaskan diri dari media konvensional. Sebuah hal yang menunjukkan keragaman dari gaya, topik, hingga medium,” jelasnya.
General Manager Bentara Budaya Ilham Khoiri mengatakan, sejak zaman purba saat manusia menggambar di dinding gua hingga era sekarang, ilustrasi tetap merekam kehidupan manusia dan kondisi di sekitarnya. Jika dahulu menggambar kegiatan berburu, saat ini merekam banyak hal, mulai dari lanskap kota, makanan, arsitektur, dan aktivitas masyarakat. Sebagian diwujudkan dalam platform digital.
“Pameran ini merupakan rangkaian dari 40 tahun Bentara Budaya. Selama itu pula Bentara Budaya memanggungkan karya seni lintas generasi,” katanya.
Rektor IKJ Indah Tjahjawulan yang membuka pameran itu mengatakan, ilustrator harus percaya diri pada karyanya. Apalagi, saat ini, sejumlah perguruan tinggi telah menjadikan ilustrasi sebagai spesialisasi dalam jurusan seni.
“Yang paling penting, kita harus senang saat membuat ilustrasi. Dengan begitu, ide-ide bisa mengalir,” ujarnya.