Meninggalkan Energi Fosil Bisa Menghemat Triliunan Dollar
Kajian terbaru menunjukkan, mengganti energi fosil dengan sistem energi terbarukan tidak hanya menekan emisi global, tetapi juga bisa lebih ekonomis.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan bahan bakar fosil telah menjadi sumber emisi utama, tetapi transisi ke energi bersih masih berjalan lambat. Padahal, riset terbaru menunjukkan, mengganti energi fosil dengan sistem energi terbarukan tidak hanya menekan emisi global, tetapi juga bisa lebih ekonomis.
Laporan studi oleh kelompok peneliti dari Oxford University yang dipublikasikan di jurnal Joule, 13 September 2022, menunjukkan, sistem energi net-zero carbon 2050 sangat mungkin dan bahkan menguntungkan. Dunia bisa menghemat setidaknya 12 triliun dollar AS jika menggunakan energi terbarukan dibandingkan melanjutkan penggunaan bahan bakar fosil di level saat ini.
Penelitian menunjukkan skenario win-win-win yang mengonfirmasi bahwa transisi cepat ke energi terbarukan menghasilkan biaya sistem energi lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil. Skenario juga menunjukkan, transisi menyediakan lebih banyak energi untuk ekonomi global dan memperluas akses energi ke lebih banyak orang di seluruh dunia. Dengan meningkatkan tenaga surya, angin, baterai, kendaraan listrik, dan bahan bakar ramah lingkungan seperti hidrogen hijau, akan tersedia layanan energi 55 persen lebih banyak secara global daripada sekarang.
Ada kesalahpahaman yang meluas bahwa beralih ke energi bersih dan hijau akan menyakitkan, mahal, dan penuh pengorbanan bagi kita semua, tetapi itu salah. (Doyne Farmer)
Penulis utama Rupert Way, peneliti post-doktoral di Smith School of Enterprise and the Environment, Oxford University, mengatakan, ”Studi masa lalu yang memprediksi biaya tinggi untuk transisi telah menghalangi perusahaan berinvestasi serta membuat pemerintah gugup menetapkan kebijakan mempercepat transisi energi dan mengurangi ketergantungan pada fosil. Namun, biaya energi bersih telah turun tajam selama dekade terakhir, jauh lebih cepat dari yang diperkirakan pemodelan sebelumnya.”
Menurut Way, penelitian terbarunya menunjukkan, peningkatan teknologi hijau akan terus menurunkan biaya, dan semakin cepat melakukannya, semakin hemat. ”Mempercepat transisi ke energi terbarukan sekarang merupakan pilihan terbaik bukan cuma untuk planet ini, melainkan juga untuk biaya energi,” kata Way.
Penurunan harga
Dalam kajian ini, para peneliti menganalisis ribuan skenario biaya transisi yang dihasilkan oleh model energi utama. Skenario menggunakan data 45 tahun biaya energi surya, 37 tahun biaya energi angin, dan 25 tahun untuk penyimpanan baterai.
Temuannya, biaya riil energi surya turun dua kali lebih cepat dari proyeksi paling ambisius dalam model-model ini. Studi juga mengungkapkan, selama 20 tahun terakhir model-model sebelumnya sangat melebih-lebihkan biaya teknologi energi bersih di masa depan.
”Ada kesalahpahaman yang meluas bahwa beralih ke energi bersih dan hijau akan menyakitkan, mahal, dan penuh pengorbanan bagi kita semua, tetapi itu salah,” kata Doyne Farmer yang memimpin tim penelitian di Institute for New Economic Thinking di Oxford Martin School.
Biaya energi terbarukan, menurut Farmer, turun selama beberapa dekade. ”Sudah lebih murah daripada bahan bakar fosil dalam banyak situasi, dan penelitian kami menunjukkan energi terbarukan akan menjadi lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil di hampir semua penerapannya pada tahun mendatang,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, jika transisi energi terbarukan dipercepat, biayanya akan menjadi lebih murah. ”Mengganti bahan bakar fosil sepenuhnya dengan energi bersih pada 2050 akan menghemat triliunan,” ujar Farmer.
Di sisi lain, menurut kajian ini, biaya energi nuklir meningkat secara konsisten selama lima dekade terakhir. Hal ini menyebabkan energi nuklir dianggap tidak akan bisa bersaing secara biaya dengan jatuhnya biaya energi terbarukan.
Farmer menambahkan, ”Dunia sedang menghadapi krisis inflasi simultan, krisis keamanan nasional, dan krisis iklim. Semua disebabkan oleh ketergantungan kita pada bahan bakar berbiaya tinggi, tidak aman, menghasilkan polusi, dengan harga fluktuatif.”
Studi ini menunjukkan, kebijakan ambisius untuk secara dramatis bertransisi secepat mungkin bukan cuma sangat dibutuhkan demi alasan iklim, melainkan juga karena menghemat triliunan dollar secara global dalam biaya energi. ”Memberi kita energi yang lebih bersih, lebih murah, lebih aman pada masa depan,” katanya.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, biaya energi fosil telah meroket, menyebabkan inflasi di seluruh dunia. Studi, yang dilakukan sebelum krisis saat ini, menghitung fluktuasi menggunakan data harga bahan bakar fosil selama lebih dari satu abad.
Laporan terbaru dari United in Science yang dirilis pada hari ini semakin menggarisbawahi pentingnya meninggalkan bahan bakar fosil. Laporan terbaru yang dikompilasi dari data yang dikumpulkan oleh beberapa lembaga dan mitra PBB ini menunjukkan tingkat emisi yang terus meninggi akibat peningkatan emisi.