Mencintai diri sendiri merupakan kunci dalam proses perkembangan diri seseorang. Lewat cinta diri ini pula seseorang bisa mengeksplorasi diri secara optimal.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Mencintai diri bukan berarti narsistik. Mencintai diri merupakan cara untuk bisa mengenali diri sendiri. Itu pula yang diperlukan sebagai fondasi utama dalam eksplorasi diri menjadi lebih baik.
Konselor dan hipnoterapis Nabila Gasani mengatakan, pola pikir mencintai diri sendiri sangat penting bagi setiap orang dalam bertumbuh dalam kehidupannya. Rasa cinta pada diri itu pula yang bisa menjauhkan seseorang dari rasa takut dan khawatir akan ketidakpastian dalam hidup.
”Kita perlu belajar mengenal diri kita sendiri. Penting untuk memiliki koneksi yang erat dengan diri sendiri karena ketika kita bisa mengenal, menyayangi, dan memiliki hubungan baik dengan diri sendiri, itu bisa menjadi fondasi dan bekal bagi masa depan kita,” katanya dalam acara Goes to Campus-KompasFest Presented by BNI di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Rabu (14/9/2022).
Nabila menyampaikan, upaya untuk mengenali diri sendiri ini sebaiknya sudah dimulai sejak usia dini. Namun, masa rentan biasanya terjadi pada usia 20 hingga 27 tahun. Pada seperempat abad kehidupan (quarter life) ini, berbagai krisis pencarian jati diri akan muncul. Berbagai pertanyaan akan muncul pada diri sendiri. Pertanyaan tersebut seperti apa tujuan hidup yang hendak dicapai, peran apa yang dijalani di kehidupan, serta seperti apa dirinya akan dikenal di lingkungan.
”Kondisi ini bisa terjadi karena pada usia tersebut seseorang sudah keluar dari fase kehidupan yang pasti, mulai dari masa sekolah dan kuliah. Seseorang akhirnya dituntut untuk mencari jalannya sendiri sehingga pada saat ini pula ia perlu belajar untuk mengenal diri sendiri,” ujarr Nabila.
Untuk itu, ia menambahkan, apabila seseorang tidak bisa mengenal dirinya sendiri, biasanya ia akan kesulitan untuk mengeksplorasi diri. Kecemasan lebih rentan terjadi. Seseorang menjadi mudah kebingungan ketika jalan hidupnya tidak sesuai dengan lingkungannya. Ia pun cenderung sering membanding-bandingkan hidupnya dengan orang lain.
Kita perlu belajar mengenal diri kita sendiri. Penting untuk memiliki koneksi yang erat dengan diri sendiri karena ketika kita bisa mengenal, menyayangi, dan memiliki hubungan baik dengan diri sendiri, itu bisa menjadi fondasi dan bekal bagi masa depan kita.
Pada momen inilah perubahan perlu segera dilakukan karena sebenarnya tidak ada kata terlambat untuk mengenal diri sendiri. Apresiasi diri bisa dilakukan. ”Meski awalnya akan awkward (canggung), mencintai diri bisa dilakukan dengan bercermin dan memandang wajah diri sampai kita bisa merasa nyaman dengan diri sendiri. Tumbuhkan rasa cinta dengan berlatih melakukan self talk (bicara dengan diri sendiri),” ucap Nabila.
Bagi Eva Alicia, entrepreneur yang juga content creator, bentuk mencintai diri dan mengenal diri dilakukan dengan mencoba berbagai kegiatan yang menarik untuk dilakukan. Dengan mencoba berbagai hal tersebut, ia bisa tahu apa yang bisa membuat dirinya menjadi lebih baik.
”Mencoba berbagai hal tidak melulu dari hal yang sulit, seperti menyanyi atau menari. Mulai dari hal sederhana yang kita suka, seperti sekadar menonton K-drama (drama korea). Itu justru bisa menjadi keunggulan kita, misalnya, menjadi ahli bahasa Korea atau hal lainnya,” ujarnya.
Brand Communications Astra Deddy Pradityo Opficon menuturkan, perusahaan juga bisa turut berperan sebagai wadah eksplorasi generasi muda. Dengan memberikan fasilitas tersebut, perusahaan justru bisa berinvestasi pada sumber daya manusia yang dimiliki.
Berbagai program sengaja dirancang untuk memberikan pengalaman lebih pada sumber daya manusia yang ada di perusahaan. Kompetisi diadakan untuk anak muda sekalipun itu tidak langsung terkait dengan perusahaan.
”Di Astra, lebih dari 50 persen karyawan merupakan anak muda. Jadi, lewat program-program yang kita rancang itu menjadi bentuk kita untuk mendukung mereka bisa bereksplorasi,” ucap Karnanda.
Metaverse
Metaverse Marketplace Lead Pungkas Riandika menyampaikan, dunia metaverse bisa pula membuka ruang bagi anak muda untuk bereksplorasi. Diprediksi, teknologi ini akan berkembang pesat pada 10-20 tahun mendatang. Berbagai perubahan pun akan terjadi, terutama pada aktivitas pembelajaran, pekerjaan, dan permainan.
”Ke depan akan ada semakin banyak lapangan kerja di bidang baru yang terkait dengan Web 3.0. Anak muda diharapkan bisa bersiap untuk mengadaptasi perkembangan teknologi terbaru. Dengan begitu, anak muda bisa menjadi early adopter atau bahkan ahli di metaverse,” katanya.