Monogami Seksual ala Penguin
Meski sering dianggap sebagai binatang monogami, penguin nyatanya tidak sesetia yang dibayangkan. Spesies ini monogami hanya ketika ada di sarangnya. Namun di luar sarang, mereka masih bisa selingkuh dengan penguin lain.
Selama ini penguin dianggap sebagai hewan yang hanya memiliki satu pasangan alias monogami. Namun, studi terbaru menunjukkan, binatang itu tidak sesetia yang dibayangkan sebelumnya. Dalam kehidupan alam liar, monogami memang menjadi hal yang jarang ditemukan pada banyak spesies fauna.
Beberapa spesies penguin memang hanya memiliki satu pasangan selama satu musim kawin, mulai dari mencari pasangan, bercinta, mengerami telur, hingga membesarkan anaknya. Namun, sebelum proses kawin itu, seperti dikutip dari Livescience, 5 September 2022, baik penguin jantan maupun penguin betina masih suka menggoda dan menjalin cinta dengan penguin lain.
Berbeda dengan manusia, dalam dunia binatang, seperti ditulis di situs lembaga Penguins International, 16 April 2020, ada empat tipe monogami, yaitu secara perkawinan, seksual, sosial, dan genetik. Monogami perkawinan terjadi jika dua individu terlibat dalam komitmen perkawinan. Monogami perkawinan ini merupakan kebalikan dari istilah poligami yang dikenal manusia.
Selanjutnya ada monogami seksual, yaitu praktik kawin binatang secara eksklusif hanya dengan satu individu tertentu dalam waktu tertentu pula. Monogami sosial berlangsung ketika hewan yang sudah punya pasangan kawin dan membesarkan anak-anak mereka bersama, tetapi masih berhubungan seksual dengan binatang lain. Sedangkan monogami genetik digunakan jika keturunan dari spesies betina tertentu terbukti melalui tes asam deoksiribonukleat (DNA) hanya memiliki satu ayah.
Baca juga: Penguin Kuno Lebih Tinggi daripada Manusia
Pada manusia, seperti dikutip dari Livescience, 20 November 2006, monogami seksual dan monogami sosial berjalan bersamaan. Namun, itu tidak berlaku pada binatang. Diperkirakan, 90 persen spesies burung, termasuk penguin, hidup bermonogami sosial.
Salah satu jenis penguin yang menjalani monogami sosial adalah penguin adelie atau Pygoscelis adeliae. Penguin jenis ini sebenarnya relatif cukup setia dengan pasangan kawinnya dan mau menjaga anaknya hingga besar. Namun, mereka masih suka melirik, selingkuh, dan berhubungan dengan yang lain.
Jadi, meski penguin adelie disebut-sebut sebagai binatang yang bermonogami, sejatinya mereka tidak benar-benar melakukan monogami.
Musim kawin
Menjelang musim kawin tiba, rombongan penguin adelie betina akan bergerak menuju tempat kawinnya setelah menghabiskan berbulan-bulan di laut untuk mencari ikan dan berenang di lapisan es. Bagi yang sudah pernah kawin, mereka akan mencari sarang tempat kawin sebelumnya.
Sebelum sang penguin betina datang, penguin jantan pasangan kawin di musim kawin sebelumnya akan datang lebih dulu ke sarang. Dia akan menyiapkan dan merapikan tempat kawin mereka sebelumnya agar siap digunakan kembali di musim kawin yang baru. Tak lupa dia memberi garis batas agar tidak dimasuki penguin lain. Saat sang betina datang, penguin jantan akan bersolek, berjalan bergoyang-goyang, dan fokus dengan pasangan kawinnya.
Namun, drama menjelang perkawinan tidak selalu mulus. Dalam proses kawin itu, baik sang pejantan maupun penguin betina bisa tertarik dan berhubungan seksual dengan penguin lain dalam koloni mereka.
Alasan perselingkuhan itu beragam. Terkadang, sang penguin jantan terlambat atau gagal kembali ke tempat kawin sebelumnya. Perubahan iklim memicu pergeseran lapisan es hingga menyulitkan penguin mencari tempat kawin lamanya dan mencari lokasi baru. Ada juga penguin jantan yang kelelahan mencari tempat kawinnya hingga akhirnya tidak sempat merawat sarang lamanya.
Kondisi itu membuat penguin betina akhirnya melirik pejantan lain. Terlebih, musim kawin tidaklah lama, yaitu mulai dari musim semi hingga akhir musim panas di belahan Bumi selatan atau Oktober sampai Maret. Bagaimanapun sang betina membutuhkan pejantan bukan hanya untuk membuahinya, melainkan juga mau merawat dan menjaga anak-anaknya kelak.
Saat penguin jantan pasangan lamanya akhirnya datang, konflik pun tak dapat dihindarkan. Namun, apa pun yang terjadi, penguin betina tetap menjadi juaranya.
Baca juga: Kematian Massal Penguin Magellan akibat Gelombang Panas
Meski demikian, cinta segitiga penguin itu sering kali menimbulkan kerumitan bagi penguin betina. Terkadang, sang betina bingung menentukan penguin jantan mana yang akan diajak untuk menjaga dan merawat anak-anaknya hingga habisnya musim kawin yang berjalan.
Kerumitan menentukan pejantan itu juga terjadi pada penguin gentoo atau Pygoscelis papua. Studi Lauren Lee dari Departemen Biologi Universitas Utah Valley, Amerika Serikat, dan rekan di jurnal Zoo Biology, 11 Juli 2018, menunjukkan kebingungan dalam menentukan pejantan sering membuat penguin jantan yang diajak mengerami dan membesarkan anak-anak itu berbeda dengan penguin jantan yang membuahinya.
Namun, studi itu dilakukan di akuarium yang jumlah penguinnya terbatas. Apakah kondisi serupa tetap berlaku dan mudah ditemukan di alam liar, belum bisa dipastikan.
Monogami sosial ala penguin itu membuat penguin tidak benar-benar monogami sesuai persepsi manusia, yaitu hanya memiliki satu pasangan seksual dalam hidupnya. Ahli perilaku ekologis di Universitas Auckland, Selandia Baru, Emma Marks, mengatakan, dalam koloni besar spesies yang mau kawin, seperti penguin, mereka monogami hanya selama ada di sarangnya.
Selama musim kawin, kegiatan penguin tidaklah benar-benar hanya di sarangnya saja. Sebelum kawin dan membesarkan anaknya, penguin tetap memiliki peluang berselingkuh atau menjalin cinta baru dengan penguin lain.
”Monogami sosial itu adalah prasyarat. Membesarkan anak penguin membutuhkan banyak koordinasi di antara pasangan penguin. Jika gagal, maka proses perkembangbiakan pada musim kawin itu juga akan gagal,” tambahnya.
Jarang
Dalam banyak budaya manusia, monogami dianggap sebagai pola hubungan yang berharga dan ideal. Namun, di alam liar, monogami jarang ditemukan di kerajaan hewan. Bahkan, hewan yang berpasangan dan kawin untuk seumur hidup pun terkadang masih memiliki pasangan kencan lain.
Dari sekitar 5.000 spesies mamalia, seperti ditulis Livescience, 20 November 2006, hanya 3-5 persen spesies yang membentuk ikatan perkawinan seumur hidup. Mamalia tersebut, antara lain, berang-berang, serigala, sejumlah kelelawar, rubah, dan beberapa hewan berkuku.
Monogami adalah investasi yang mahal.
Perlu digarisbawahi, meski binatang yang setia tersebut hanya memiliki satu pasangan kawin seumur hidup, mereka masih suka mencari pasangan lain jika pasangannya mati atau tak lagi mampu menjalankan peran seksualnya. Perilaku ini banyak ditemukan pula pada hewan-hewan yang sebelumnya dianggap setia, seperti siamang dan angsa. Nyatanya, mereka juga suka menipu, mengabaikan, bahkan ”menceraikan” pasangannya.
Dalam dunia manusia, perilaku ini mungkin bisa disejajarkan dengan mereka yang hanya memiliki satu pasangan sepanjang hidup, tetapi masih suka ”jajan” atau selingkuh. Ada pula manusia yang mengabaikan dan meninggalkan pasangannya demi mencari pasangan baru.
Bagi banyak binatang, setia pada satu pasangan seumur hidup mereka adalah hal yang sulit. Secara biologis, hewan jantan terprogram untuk menyebarkan gen mereka, sedangkan hewan betina ditakdirkan untuk mencari pejantan terbaik bagi anak-anak mereka.
Selain itu, monogami adalah investasi yang mahal. Monogami mengharuskan binatang untuk menempatkan seluruh investasi reproduksi mereka pada satu pasangannya saja, apa pun kondisinya. Dengan menempatkan semua telur hanya pada satu keranjang akan memberikan tekanan yang besar pada hewan untuk memilih pasangan yang sempurna.
Kesetiaan
Meski demikian, tetap ada binatang yang setia dengan pasangan kawin pertamanya. Salah satunya adalah tikus padang rumput (vole). Spesies tikus jantan ini memilih untuk kawin secara eksklusif, dalam arti hanya mengawini tikus betina sekali dan yang masih perawan. Kesetiaan tikus jantan ini menjelma menjadi fanatisme. Jangankan merayu tikus betina, tikus jantan akan menyerang tikus betina lain jika dia dipaksakan kawin dengannya.
Spesies lain yang tidak menyukai perselingkuhan adalah burung nasar hitam. Dikutip dari The Guardian, 9 September 2012, kawanan burung nasar tidak akan segan menyerang pasangan burung nasar lain yang ketahuan selingkuh. Setelah babak belur dicakar dan dipatuk paruh tajam kawanan burung nasar, pasangan selingkuh itu akan kembali ke sarangnya dan membesarkan anak-anak mereka dengan pasangan lamanya.
Baca juga: Jakarta Rumah Penguin
Meski demikian, ilmuwan masih belum bisa memahami apa dasar yang membuat sejumlah binatang bisa setia dengan pasangannya. Penjelasan yang paling sering diungkapkan, seperti ditulis BBC Science Focus Magazine, 25 Januari 2022, monogami berkembang untuk memaksimalkan peluang kelangsungan hidup hewan-hewan turunan mereka.
Monogami membuat anak-anak binatang bisa hidup lebih baik karena dijaga dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya. Dugaan itu pula yang memberikan petunjuk mengapa manusia cenderung monogami meski memiliki peluang besar untuk selingkuh dengan yang lain. Terlebih, membesarkan anak-anak manusia butuh waktu lebih lama, setidaknya sampai anak-anak menjadi dewasa.