Hasil studi menunjukkan, penghilangan hutan sebagai konsekuensi tidak langsung dari perubahan iklim berefek pada kualitas air waduk. Ini lebih nyata dari efek langsung perubahan iklim terhadap peningkatan suhu air laut.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Studi terbaru dari Pusat Penelitian Lingkungan Helmholtz, Jerman, menunjukkan, perubahan iklim dapat berdampak terhadap kualitas air minum. Kesimpulan ini diperoleh setelah para peneliti melihat ada dampak yang signifikan terhadap reservoir air minum terbesar di Jerman akibat hilangnya tutupan hutan di daerah tangkapan air.
Para peneliti menyimpulkan hal ini setelah melakukan studi model reservoir Rappbode di wilayah Harz, Jerman.Wilayah dataran tinggi ini merupakan reservoir air minum terbesar di Jerman dan menyediakan air minum untuk sekitar satu juta orang.
Wilayah ini juga pernah mengalami periode kekeringan yang panjang selama tahun 2015-2020 dan berdampak terhadapmelemahnya populasi pohon. Pada akhirnya, parasit, seperti kumbang kulit kayu, dapat berkembang biak sehingga pohon-pohon akan semakin rusak dan cepat mati.
Ahli hidrologi Pusat Penelitian Lingkungan Helmholtz(UFZ)sekaligus penulis studi ini Michael Rodemengemukakan, daerah tangkapan air Rappbodeyang dicirikan oleh tumbuhan runjung, terutama cemara, telah kehilangan lebih dari 50 persen hutannya. Kondisi ini telah terjadi selama empat tahun terakhir.
Penghilangan hutan sebagai konsekuensi tidak langsung dari perubahan iklim memiliki efek yang lebih nyata pada kualitas air waduk.
”Kematian hutan secara besar-besaran ini berkembang sangat pesat dan dramatis. Ini akan memiliki konsekuensi besar terhadap reservoir air minum,” ujar Michaeldikutip dari situs resmi UFZ, Senin (12/9/2022).
Dalam studi tentang penurunan kualitas air waduk karena deforestasi yang telah dipublikasikan di jurnal Elsevier, 1 Agustus 2022, disebutkan bahwa para peneliti melakukan analisis dengan data dari jaringan observatorium lingkungan Terrestrial Environmental Observatories (Tereno). Peneliti mengakses data lingkungan dari periode lebih dari sepuluh tahun untuk memberikan kumpulan data yang solid.
Selain itu, tim peneliti juga menggunakan data dari proyek Inter-sectoral Impact Model Intercomparison Project (ISIMIP) untuk memprediksi perubahan iklim di masa depan. Kemudian mereka memasukkan data tersebut ke dalam model untuk memperkirakan efek terkait iklim pada keseimbangan nutrisi di daerah tangkapan air.
Waduk Rappbode dipasok oleh tiga daerah tangkapan air yang berbeda, dua di antaranya termasuk dalam penelitian ini. Sebelum banyak hutan cemara mati, daerah tangkapan Hassel dicirikan oleh pertanian, sedangkan Rappbode didominasi oleh hutan.
Peneliti lingkungan di UFZ yang juga terlibat dalam studi iniXiangzhen Kong menjelaskan, sebelum mengalir ke reservoir besar Rappbode, terlebih dahulu air ditahan oleh pre-dam hulu. Pengaruh pertanian menghasilkan kandungan nutrisi yang jauh lebih tinggi dalam air di pra-bendungan Hassel daripada di pra-bendungan Rappbode.
”Kami dapat menunjukkan bahwauntuk antisipasi deforestasi hingga 80 persen, pre-dam Rappbode akan mengalami peningkatan 85 persen konsentrasi fosfor terlarut dan lebih dari 120 persen peningkatan konsentrasi nitrogen hanya dalam waktu 15 tahun. Dengan demikian, pra-bendungan Rappbode akan mencapai tingkat nutrisi yang hampir sama dengan pra-bendungan Hassel,” tuturnya.
Perlu adaptasi
Menurut Kong, kondisi ini akan menghasilkan lebih dari 80 persen peningkatan diatom dan lebih dari 200 persen peningkatan ganggang hijau di pra-bendungan Rappbode. Berkaca dari kondisi ini, ia pun menyoroti perlunya berbagai adaptasi dalam pengelolaan air minum yang disesuaikan dengan perkembangan terutama ketika air mulai menghilang.
”Penghilangan hutan sebagai konsekuensi tidak langsung dari perubahan iklim memiliki efek yang lebih nyata pada kualitas air waduk. Bahkan, hal ini lebih nyata dibandingkan efek langsung dari perubahan iklim seperti peningkatan suhu air laut,” ucapnya.
Peneliti danau UFZ Karsten Rinke menyatakan, hutan memainkan peran kunci dalam siklus air karena dapat menyaring air dan mengikat nutrisi yang diperlukan untuk menghasilkan kualitas air dengan baik. Pengelolaan air minum akan semakin baik bila unsur hara atau senyawa nitrogen dan fosfor yang terkandung dalam air waduk juga rendah.
”Pengelolaan nutrisi di kawasan konservasi air oleh karena itu sangat penting. Selama beberapa dekade terakhir, konsep jangka panjang dengan kerja sama yang erat antara pengelolaan hutan dan air telah memajukan pengembangan kawasan hutan yang luas di daerah resapan waduk Rappbode,” katanya.