Dari 824.000 orang yang diduga menderita TBC, 10 persen juga menularkan pada anak-anak serta berisiko menyebabkan gangguan tumbuh kembang. Penyakit TBC dan tengkes berhubungan dan memiliki timbal balik.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memprioritaskan pencarian penderita TBC hingga 90 persen pada 2024. Penanggulangan TBC pada orang dewasa dan anak-anak akan berkontribusi pada upaya pencegahan stunting atau tengkes. Apalagi, dari estimasi 824.000 kasus TBC di Indonesia pada 2022, 60.676 terjadi pada anak.
”Dari 824.000 orang yang diduga menderita TBC itu, 10 persen juga menularkan pada anak-anak serta berisiko menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan,” kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sri Prahastuti, di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (12/9/2022).
Menurut Brian, penyakit TBC dengan tengkes adalah dua masalah yang saling berhubungan dan memiliki timbal balik. Ia mengatakan bahwa TBC yang diderita ibu hamil dan anak usia di bawah dua tahun dapat menyebabkan tengkes. Sebaliknya, imunitas yang menurun akibat masalah gizi yang terjadi pada periode 1.000 hari pertama kehidupan juga dapat memperbesar risiko TBC aktif.
Status gizi yang tidak baik ditambah dengan imunitas tubuh melemah ini menjadi penyebab sehingga anak dengan tengkes lebih rentan terinfeksi TBC jika kontak erat dengan orang dewasa yang menderita TBC. ”Sebab, TBC ditularkan melalui droplet dahak yang bisa diperparah jika kondisi tempat tinggal tidak memiliki ventilasi yang baik dan terlalu padat,” tambah Brian.
Menurut Brian, kasus TBC pada anak sering kali terlewat dideteksi karena gejalanya tidak khas. Namun, jika anak mengalami tanda-tanda, antara lain, berat badan yang tidak kunjung naik, nafsu makan menurun, batuk lebih dari dua minggu, serta merasa lemah dan lesu, penting bagi orangtua segera memeriksakan anak ke fasilitas kesehatan.
Brian menyarankan agar dilakukan tes mantoux sebagai upaya penapisan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri penyebab TBC. ”Tes mantoux ini dilakukan karena tidak mudah untuk mendapatkan dahak pada anak,” ucapnya.
Untuk mengurangi risiko penyakit TBC pada anak yang berdampak tengkes, dibutuhkan imunisasi BCG pada bulan pertama kelahiran serta pemberian ASI dan makanan pendamping ASI sesuai kebutuhan pada 1.000 hari pertama kehidupan. ”Mari kita waspadai bersama kejadian TB anak dan stunting sebagai usaha untuk menurunkan angka kasusnya demi mencapai Generasi Emas Indonesia Maju,” tambah Brian.
Dari 824.000 orang yang diduga menderita TBC itu, 10 persen juga menularkan pada anak-anak serta berisiko menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Presiden Joko Widodo juga telah berkomitmen untuk menanggulangi masalah Tuberculosis di Indonesia. Komitmen tersebut, antara lain, tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Pencarian penderita
Dalam sambutan secara virtual di acara Indonesia Tuberkulosis-International Meeting (INA-TIME) 2022 ke-4 di Bali, Jumat (9/9/2022), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut kasus TBC di Indonesia diduga ada 824.000 orang. Menkes Budi meminta seluruh jajaran kesehatan untuk memprioritaskan pencarian para penderita TBC, sehingga 90 persen dari jumlah itu dapat terdeteksi pada 2024.
Hal ini dilakukan melalui pembenahan upaya surveilans. ”Dari (perhitungan) 824.000 penderita TBC, saya minta di 2024 sebanyak 90 persen harus sudah terdeteksi by name by adress. Kita sekarang ingin strategi surveilans-nya yang baik dan benar,” ujar Budi dalam keterangan pers tertulis di laman Kementerian Kesehatan RI.
Menurut Budi, pihaknya sudah membuat protokol yang baru, kerja sama dengan berbagai asosiasi dan organisasi profesi. Kemenkes juga mendorong dana Global Fund agar terealisasi lebih cepat.
“Prinsip penyakit menular adalah kita harus tahu di mana mereka dan kita harus selamatkan mereka itu adalah tugas pertama yang paling prioritas,” tambah Menkes.
Selanjutnya, sebagai upaya pencegahan dan pengobatan maka harus lebih cepat mengetahui jenis varian bakteri TBC yang menyerang seseorang. Pendeteksian bisa dilakukan dengan alat genome sequencing yang terus dikembangkan. Dalam waktu dekat, akan dilaksanakan pilot project genome sequencing mobile.
Saat ini, sudah tersedia genome sequencing baru seukuran handphone, sehingga pendeteksian varian bakteri bisa dilakukan dengan cepat, dan pasien bisa segera diberi obat yang tepat. “Dengan demikian kita bisa kasih paket pengobatannya itu yang benar-benar cocok dengan pasien,” ucap Menkes Budi.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengatakan TBC di Indonesia dan Global masih menjadi masalah kesehatan yang utama. Penyakit ini merupakan satu dari 10 penyebab utama kematian dunia, dan Indonesia adalah negara dengan beban TBC peringkat ke-3 tertinggi setelah India dan China.
Indonesia berkomitmen untuk mencapai eliminasi TB pada tahun 2030 dengan target insiden rate 65 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 6 per 100.000 penduduk. Berdasarkan Global TB Report 2021, diperkirakan ada 824.000 kasus TBC di Indonesia.
Namun pasien TBC yang berhasil ditemukan, diobati, dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional hanya 393.323 (48 persen). Masih ada sekitar 52 persen kasus TBC yang belum ditemukan atau sudah ditemukan namun belum dilaporkan.
Pada 2022, data per bulan September untuk cakupan penemuan dan pengobatan TBC sebesar 39 persen dan angka keberhasilan pengobatan TBC sebesar 74 persen. ”Untuk mendukung eliminasi TBC tersebut, perlu adanya peningkatan dan pembaharuan manajemen program TBC bagi tenaga kesehatan, baik dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bidan, maupun pemegang program di layanan berdasarkan hasil penelitian terkini,” ujar Maxi.