Pameran Distrik Seni x Sarinah seri kedua dengan tema ”Berkelanjutan” tidak sebatas menampilkan karya. Kolaborasi antarseniman juga memantik kepedulian dalam kemanusiaan, sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seratusan karya dari 30 individu dan kolektif seniman akan dipamerkan dalam ruang Distrik Seni di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta, pada 10 September sampai 24 November 2022. Kolaborasi seniman pada pameran bertema ”Berkelanjutan” itu memantik kepedulian dalam kemanusiaan, sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Pameran Distrik Seni x Sarinah seri kedua ini melibatkan seniman dari sejumlah daerah, di antaranya Asmudjo Jono Irianto, Heri Dono, I Gusti Ngurah Udiantara, Jay Subyakto, Nasirun, Naufal Abshar, Tisna Sanjaya, dan musisi Dewa Budjana. Pameran seri pertama bertema ”Berdikari” telah digelar pada Juni-Agustus 2022.
Gitaris Dewa Budjana menampilkan 21 gitar lukisnya yang dikoleksi sejak 2002. Salah satu gitar tersebut akan dilelang dan uangnya didonasikan kepada Lovepink, gerakan sosial nirlaba yang fokus dalam sosialisasi, deteksi dini, dan pendampingan terhadap penyintas kanker payudara.
Gitar elektrik tersebut dilukis oleh Putu Sutawijaya dan Eko Nugroho. Kedua perupa itu berbagi ruang ekspresi untuk melukis masing-masing separuh badan gitar.
Budjana mengatakan, semula ia memesan gitar merek Kiesel tipe Zeus dari Amerika Serikat. ”Saat diberi tahu kalau gitar yang dipesan untuk dilelang dan hasilnya disumbangkan kepada pegiat kanker payudara, pihak Kiesel malah menyumbang gitarnya. Jadi, ini kolaborasi Kiesel, saya, dan dua perupa itu,” ujarnya saat pembukaan pameran, Jumat (9/9/2022).
Dalam melukis puluhan gitarnya, Budjana berkolaborasi dengan perupa lintas generasi, seperti Jeihan, Srihadi Soedarsono, dan Nasirun. Gitaris band Gigi itu memberikan keleluasaan kepada perupa untuk berkreativitas pada gitarnya.
”Saya tidak pernah mengatur sama sekali. Mau diapain, terserah. Ini, kan, karya seni, jadi sudah selesai sampai di situ,” ucapnya.
Gitaris Dewa Budjana menampilkan 21 gitar lukisnya yang dikoleksi sejak 2002. Salah satu gitar tersebut akan dilelang dan uangnya didonasikan kepada Lovepink, gerakan sosial nirlaba yang fokus dalam sosialisasi, deteksi dini, dan pendampingan terhadap penyintas kanker payudara.
Budjana menuturkan, banyak penyintas kanker di Indonesia yang sedang berjuang melawan penyakit tersebut. Ia juga mempunyai keluarga yang menderita kanker payudara.
Hal itu menjadi salah satu faktor yang mendorongnya untuk berkontribusi pada gerakan sosialisasi dan pendampingan penyintas kanker. ”Mereka (penyintas kanker) sangat dekat dengan lingkungan kita. Ada baiknya saya ikut berbagi. Mungkin ini bagian dari balance setiap orang,” ujarnya.
Perupa asal Bandung, Jawa Barat, Tisna Sanjaya, menampilkan seni instalasi ”Air Seni, Seni Air”. Instalasi itu merangkaikan belasan galon yang mengalirkan air melalui paralon. Di bawahnya terdapat wadah air berbentuk bundar yang dipenuhi sampah plastik.
Tisna juga menyertakan narasi panjang dalam karyanya itu. Ia menyinggung tentang air Sungai Cikendal di Cigondewah, Bandung, yang tercemar karena menjadi tempat pembuangan sampah.
Kebiasaan warga membuang sampah sembarangan tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan. Namun, budaya cinta kebersihan dan melestarikan alam juga ikut tergerus.
”Semoga karya kita bersama selalu menumbuhkan energi sukacita untuk pembenahan lingkungan,” ucapnya.
Seni instalasi lain yang menarik perhatian pengunjung adalah karya Naufal Abshar berjudul Stay Healthy Stay Sane. Instalasi campuran ini merepresentasikan tubuh yang sakit melalui lukisan orang di atas kanvas dalam posisi terbaring di ranjang rumah sakit. Ia juga menaruh tabung oksigen dan belasan botol infus yang berserakan di samping ranjang.
Instalasi ini dikombinasikan dengan lukisan Naufal yang masih konsisten dengan tema humor sarkastiknya. Tertawa meskipun sakit atau menertawakan siapa pun yang bekerja tanpa memedulikan kondisi tubuhnya sendiri.
”Bekerja secukupnya dan sesuai kemampuan,” tulis Naufal dalam narasi karyanya itu.
Direktur Artistik Distrik Seni Heri Pemad mengatakan, antusiasme lebih dari 60.000 pengunjung pada pameran sesi pertama memotivasi pihaknya untuk menghadirkan karya lebih menarik. Menurut dia, 30 seniman yang terlibat memiliki karakter khas dan kuat serta keunikan masing-masing.
”Sehingga tidak hanya mengusung semangat kebangkitan ekosistem seni, tetapi juga ruang edukasi budaya yang sejalan dengan nilai-nilai berkelanjutan,” katanya.
Penata Artistik Distrik Seni, Farah Wardani, menyebutkan, keberlanjutan seni budaya tidak hanya dipandang dari disiplin kesenian secara spesifik. Namun, juga beririsan dengan isu kemasyarakatan dalam bidang lain di sekitarnya.
”Berkelanjutan dalam hal ini dapat diartikan dan dikaitkan ke berbagai hal, antara lain alam dan lingkungan hidup, gagasan dan metode ekonomi, hingga keberlanjutan ekosistem seni itu sendiri,” ujarnya.