RI Dorong Peningkatan Aksi Berbasis Daratan dan Lautan untuk Lingkungan Hidup
Diskusi Pojok Iklim, Rabu (7/9/2022), membahas hasil G20 JECMM di Bali. Perlindungan lingkungan hidup dan penanganan perubahan iklim dikuatkan melalui pendekatan aksi berbasis daratan dan lautan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Indonesia melalui Kelompok Kerja Keberlanjutan Iklim (Climate Sustainability Working Group/CSWG) mulai forum Pertemuan Deputi Lingkungan dan Kelompok Kerja Keberlanjutan Iklim G20 (G20 EDM-CSWG) sampai Pertemuan Bersama Menteri Lingkungan dan Iklim (G20 JECMM) di Nusa Dua, Badung, Bali, mendorong penguatan perlindungan lingkungan hidup dan penanganan perubahan iklim melalui pendekatan aksi berkelanjutan berbasis daratan dan lautan. Hasil pertemuan di Bali itu dikawal agar mendapatkan perhatian dan menjadi pembahasan dalam pertemuan selanjutnya, termasuk dalam KTT G20 mendatang.
Demikian benang merah dari diskusi secara di dalam jaringan (daring) Pojok Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diselenggarakan Rabu (7/9/2022). Diskusi membahas topik tentang hasil dari pertemuan G20 JECMM yang dilaksanakan di Nusa Dua, Badung, akhir Agustus lalu.
Ketua Dewan Pengarah Perubahan Iklim Indonesia Sarwono Kusumaatmadja memberikan sambutannya mengawali diskusi Pojok Iklim, yang menghadirkan pembicara dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Kementerian Luar Negeri, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Menurut Sarwono, pembahasan isu lingkungan hidup dan perubahan iklim melalui forum CSWG hingga JECMM dalam rangkaian Presidensi G20 Indonesia menjadi penting karena forum G20 berpengaruh secara global. Sarwono juga menyambut positif atas dibahasnya isu lautan dalam upaya perlindungan lingkungan hidup dan penanganan perubahan iklim secara berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhewanthi mengatakan, pembahasan isu lingkungan hidup dan iklim bertaut dengan agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia, yakni transisi energi dan arsitektur kesehatan global, di samping agenda mengenai transformasi ekonomi digital.
Menyongsong KTT G20 di Bali, menurut Laksmi, sudah dilangsungkan serangkaian forum Pokja Keberlanjutan Iklim hingga forum Pertemuan Tingkat Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim G20 (JECMM) di Bali. Forum G20 EDM-CSWG mengusung tiga isu prioitas, yaitu dukungan pemulihan yang berkelanjutan, peningkatan aksi berbasis daratan dan lautan untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim, dan peningkatan mobilisasi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim.
Dalam siaran pers perihal forum EDM-CSWG dan JECMM, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menyebutkan, forum itu melanjutkan pembahasan dalam forum EDM-CSWG, yang sudah dilangsungkan di Yogyakarta dan Jakarta sebelumnya. Adapun mengenai forum JECMM, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar menyatakan, masalah lingkungan global membutuhkan solusi global.
Karena tidak ada satu negara pun, yang tidak terkena dampak buruk masalah lingkungan global dan masalah lingkungan global tidak dapat diselesaikan sendiri, menurut Siti Nurbaya, dalam siaran pers itu, maka semua negara dinyatakan memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan kerja sama multilateral melalui forum global, misalnya, G7, G20, dan UNFCCC.
Presidensi G20
Menurut Wakil Koordinator Satuan Tugas G20 di Kementerian Luar Negeri Nurul Sofia, serangkaian KTT G20, terdapat 438 pertemuan yang dilaksanakan di Indonesia, termasuk 147 program Road to G20 dan 107 program Side Event G20. Terkait isu lingkungan hidup dan iklim, menurut Sofia, hal itu juga terkait keberlanjutan lingkungan yang dibahas dalam jalur keuangan (finance track) Presidensi G20 Indonesia.
Penasihat senior KLHK Efransjah menyebutkan, forum G20 berpengaruh penting secara global meskipun G20 merupakan forum kerja sama. Negara-negara anggota G20 mencerminkan 80 persen produk domestik bruto dunia dan representasi 60 persen populasi dunia.
Menurut Direktur Mitigasi Perubahan Iklim di Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Emma Rachmawati, forum G20 juga berpengaruh penting terhadap upaya pengendalian perubahan iklim global. Emma menyebutkan, negara-negara G20 berkontribusi besar terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca dunia karena sekitar 80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan dari negara-negara tersebut.
”Jikalau negara-negara G20 bekerja sama dan bersepakat menurunkan emisinya, akan signifikan terhadap upaya penurunan suhu bumi,” kata Emma dalam diskusi Pojok Iklim.
Adapun Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Muhammad Yusuf mengungkapkan, pihaknya menyambut baik dan mengapresiasi pelibatan KKP dalam forum-forum EDM-CSWG dan JECMM.
Dalam diskusi itu, Yusuf menyebutkan, pengangkatan isu lautan dalam pembahasan aksi perlindungan lingkungan hidup dan penanganan perubahan iklim berkelanjutan melalui forum Presidensi G20 Indonesia diharapkan semakin mendorong negara-negara untuk mempromosikan solusi penanganan perubahan iklim berbasis lautan.