Ekoregion tropis di Asia, Pasifik, Amerika Selatan, dan Afrika mengalami penurunan populasi ikan. Hal itu karena spesies bergerak lebih jauh ke utara ke perairan yang lebih dingin serta akibat penangkapan berlebih.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
Sejumlah hasil riset menunjukkan, wilayah-wilayah penangkapan ikan di laut mengalami penurunan stok yang mengkhawatirkan. Dengan laju perubahan iklim dan penangkapan ikan berlebih yang tak terkendali, stok ikan itu bakal terus berkurang alias tak bisa pulih. Jika kondisi ini berlanjut, dampak terdekatnya yaitu pada jutaan warga di pesisir yang mengandalkan ikan sebagai sumber penghidupan dan sumber protein.
Tim peneliti mengungkapkan hal itu dalam jurnal Global Change Biology pada 1 September 2022 dengan judul ”Rebuilding Fish Biomass for the World’s Marine Ecoregions Under Climate Change”. Mereka menyelidiki biomassa ikan melalui berat tangkapan ikan pada 226 ekoregion laut mulai tahun 1950 dan memproyeksikannya hingga 2100. Riset ini dijalankan tim peneliti dari University of British Columbia (UBC), Stanford Center for Ocean Solutions, dan University of Bern.
Hasil simulasi mereka menunjukkan perubahan iklim telah menurunkan stok atau cadangan ikan pada 103 dari 226 ekoregion laut yang diteliti. Dapat disimpulkan, stok ikan global tidak akan dapat pulih ke tingkat yang berkelanjutan tanpa tindakan kuat untuk mengurangi perubahan iklim.
Yang kita butuhkan adalah upaya global yang terkoordinasi untuk mengembangkan langkah-langkah konservasi laut yang praktis dan adil untuk mendukung pembangunan kembali biomassa yang efektif di bawah kondisi perubahan iklim.
”Pengelolaan perikanan yang lebih berorientasi konservasi sangat penting untuk membangun kembali stok ikan yang dieksploitasi secara berlebihan di bawah perubahan iklim. Namun, itu saja tidak cukup. Mitigasi iklim penting agar rencana pembangunan kembali stok ikan menjadi efektif,” kata penulis utama William Cheung, profesor di Institute for the Oceans and Fisheries (IOF) di UBC, 1 September 2022.
Peningkatan suhu
Tim peneliti, termasuk rekan penulis Colette Wabnitz dari Stanford Center for Ocean Solutions, menggunakan model komputer untuk mengetahui tingkat perubahan iklim dan stok ikan serta aktivitas eksploitasinya. Saat ini, dunia berada di jalur peningkatan suhu yang melebihi 1,5 derajat celsius dari kondisi saat pra-industri dan mendekati 2 derajat celsius dalam beberapa dekade mendatang.
Studi itu memproyeksikan, ketika pengelolaan perikanan berfokus pada tangkapan berkelanjutan tertinggi per tahun, tambahan dampak iklim pada pemanasan 1,8 derajat celsius akan membuat stok ikan tidak dapat memulihkan diri. Jika orang di seluruh dunia hanya menangkap tiga perempat dari tangkapan tahunan tertinggi yang berkelanjutan, stok ikan tidak akan dapat pulih kembali pada tingkat pemanasan yang lebih tinggi, yaitu 4,5 derajat celsius.
”Ekoregion tropis di Asia, Pasifik, Amerika Selatan, dan Afrika mengalami penurunan populasi ikan karena spesies bergerak lebih jauh ke utara ke perairan yang lebih dingin dan juga tidak dapat pulih karena permintaan penangkapan ikan,” kata William Cheung.
Daerah yang disebutnya itu mengalami efek pemanasan global terlebih dahulu. Hasil penelitian mereka pun menunjukkan, sedikit peningkatan 1,5 derajat celsius dapat memiliki efek bencana pada negara-negara tropis yang bergantung pada perikanan untuk ketahanan pangan dan gizi, pendapatan, serta lapangan kerja.
Menurut studi itu, pada skenario terburuk, yaitu tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi pemanasan global, termasuk memenuhi target yang disepakati secara internasional, serta terjadi penangkapan ikan berlebihan di luar target yang berkelanjutan, stok ikan secara global akan turun hingga 36 persen dari level saat ini.
”Untuk membangun kembali stok ikan, perubahan iklim harus sepenuhnya dipertimbangkan. Kita hidup di dunia yang terglobalisasi, di mana situasi saling berhubungan,” kata rekan penulis di postdoktoral IOF, Juliano Palacios-Abrantes.
William Cheung mengatakan, karena perubahan iklim, dunia tidak mungkin kembali ke tingkat stok ikan sebelumnya. ”Kita berada pada titik balik. Yang kita butuhkan adalah upaya global yang terkoordinasi untuk mengembangkan langkah-langkah konservasi laut yang praktis dan adil untuk mendukung pembangunan kembali biomassa yang efektif di bawah kondisi perubahan iklim,” tuturnya menambahkan.