Peneliti sekaligus Guru Besar Pangan Fungsional IPB University mengembangkan ”cajuputs candy”. Permen yang dikembangkan dari kandungan senyawa aktif minyak asiri tanaman herbal kayu putih ini memiliki banyak manfaat.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·5 menit baca
Sebagai negara yang kaya akan biodiversitas, Indonesia memiliki beragam tanaman yang bermanfaat dan potensial untuk dikembangkan, salah satunya tanaman kayu putih. Melalui proses penyulingan daun dan ranting, tanaman ini dapat menghasilkan minyak kayu putih yang banyak digunakan sebagai bahan baku pengobatan seperti obat oles yang sudah kita kenal saat ini.
Minyak kayu putih merupakan produk asli Indonesia karena disuling dari daun tanaman yang tumbuh secara alami di Kepulauan Maluku, yakni Pulau Buru, Pulau Ambon, dan Pulau Seram. Tanaman ini sekarang telah dibudidayakan secara luas, termasuk di sejumlah daerah di Jawa.
Minyak kayu putih mengandung senyawa aktif 1,8 sineol dengan kadar yang cukup tinggi, yakni 47,61 persen. Senyawa 1,8 sineol atau yang dikenal dengan cajuputol ialah senyawa monoterpen dengan kemampuan anti-inflamasi dan antioksidan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan, senyawa yang terkandung dalam minyak kayu putih ini memiliki beragam manfaat, mulai dari meredakan batuk, mengurangi peradangan, hingga membantu terapi pasien penyakit paru obstruktif kronik. Bahkan, penelitian dari Osaka University, Jepang, juga membuktikan ekstrak daun kayu putih dapat mengurangi pembentukan plak gigi hingga pendarahan di gusi.
Minyak kayu putih secara tradisional juga dapat dikonsumsi dalam bentuk tetesan dan dilarutkan ke dalam air untuk mengobati sakit perut, cacingan, dan inflamasi (peradangan).
Minyak kayu putih yang aman dikonsumsi berbentuk minyak murni dan dalam kadar yang rendah. Sementara konsumsi minyak kayu putih dalam konsentrasi tinggi dikhawatirkan dapat membahayakan tubuh karena bisa menyebabkan gatal dan iritasi terhadap kulit.
Meski memiliki potensi dan manfaat yang besar, sampai saat ini masyarakat masih mengetahui produk minyak kayu putih sebatas untuk obat oles. Padahal, produk minyak kayu putih sudah beragam, salah satunya cajuputs candy yang dikembangkan oleh peneliti sekaligus Guru Besar Pangan Fungsional IPB University, Hanny Wijaya, sejak 1996.
Cajuputs candy merupakan produk pangan fungsional berbentuk permen yang dikembangkan dari kandungan senyawa aktif minyak asiri tanaman herbal kayu putih. Selain minyak kayu putih yang dipasok langsung dari Pulau Buru, komposisi permen ini juga terdiri dari peppermint, air, serta sirup glukosa dan sukrosa.
”Inovasi cajuputs candy ini memang terkesan sederhana, tetapi yang terpenting adalah ide pengembangannya. Permen ini juga dikembangkan bukan dari eukaliptus, melainkan kayu putih yang merupakan tanaman asli Indonesia. Jadi, perlu dibedakan antara eukaliptus dan kayu putih karena ini dua tanaman yang berbeda,” ujar Hanny di Jakarta, akhir Agustus lalu.
Serangkaian penelitian
Cajuputs candy sebagai produk konfeksioneri berbasis bahan herbal berupa minyak asiri kayu putih dikembangkan melalui serangkaian penelitian. Pengembangan ini diawali dengan penelitian terkait uji hedonik atau tingkat kesukaan, optimasi formulasi flavor (rasa), dan pendugaan umur simpan permen. Hasilnya, minyak kayu putih mampu untuk dibuat sebagai flavor dengan penerimaan rasa yang cukup baik.
Menurut Hanny, aroma minyak kayu putih khususnya dari produk obat oles terkadang lebih disukai oleh orang yang berusia lanjut dibandingkan anak muda. Namun, permen ini juga disukai generasi muda, terutama anak-anak, meskipun aroma minyak kayu putihnya masih sedikit tercium dan bisa dirasakan langsung.
Setelah uji hedonik dan optimasi formulasi flavor, Hanny dan tim melanjutkan penelitian lanjutan untuk mengetahui optimasi suhu pemrosesanbeserta manfaatnya.Berdasarkan hasil penelitian lanjutan ini, mengonsumsi cajuputs candy dapat menjaga homeostasis atau mempertahankan kondisi mikroflora (beragam mikroorganisme) di mulut.
Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan potensi permen ini sebagai penyegar bau mulut atau pencegah halitosis. Hal ini karena komposisi dalam permen cajuputs mampu menghambat pertumbuhan streptococcus mutan penyebab karies gigi dan menekan viabilitas Candida albicans penyebab infeksi pada luka di rongga mulut (sariawan).
Meski belum ada penelitian secara detail, cajuputs candyyang kaya akan senyawa 1,8 sineol dinilai dapat mencegah penyebaran virus korona secara efektif. Sebab, mengonsumsi permen ini secara langsung akan melepaskan senyawa 1,8-sineol ke saluran hidung dan tenggorokan atau pernapasan. Pelepasan ini terjadi secara bertahap dan lama, yakni selama penguluman permen.
Selain itu, sama seperti produk manis lainnya, kandungan gula dalam permen ini juga dapat memberikan asupan energi cepat bagi metabolisme tubuh di saat darurat atau sibuk dengan pola konsumsi yang normal. Produk yang praktis, murah, mudah dibawa, dan dapat dimanfaatkan secara langsung menjadi keunggulan lainnya dari cajuputs candy.
Paten dan sertifikasi
Selama lebih dari 25 tahun pengembangan cajuputs candy, inovasi ini telah memperoleh paten pada 2003 dan sertifikat merek pada 2012 dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Di samping itu juga permen ini telah mendapat sertifikasi pangan industri rumah tangga (PIRT) dan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Cajuputs candy juga telah diakui sebagai inovasi yang bermanfaat melalui sejumlah penghargaan. Penghargaan itu di antaranya yakni 103 inovasi paling prospektif dari Business Innovation Centre (BIC) Kementerian Riset dan Teknologi 2011 serta Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa (AKIL) 2012.
Hanny berharap, pengembangan hingga komersialisasi produk cajuputs candy ini bisa memberikan nilai ekonomi yang lebih untuk minyak kayu putih. Pada akhirnya hal ini akan membuat Indonesia memiliki salah satu hasil hutan terbarukan karena kayu putih merupakan tanaman hutan yang bisa terus dipanen dan diolah.
Di sisi lain, terbatasnya produksi minyak kayu putih juga menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan sekaligus komersialisasi secara massal. Maka, perlu upaya budidaya tanaman kaya putih secara masif di wilayah lainnya agar bahan yang didapat tidak hanya berasal dari satu daerah tertentu, seperti Kepulauan Maluku.
Bersama dengan inovasi dari perguruan tinggi lainnya, cajuputs candy terpilih sebagai salah satu produk yang dipamerkan dalam kegiatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-27. Acara ini diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada pertengahan Agustus lalu.
Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek Faisal Fathani sebelumnya menyebut, pihaknya akan terus memberikan pendanaan agar pusat studi perguruan tinggi dapat menjadi central of excellent guna mengimplementasikan program Kampus Merdeka.
”Ini penting agar sumber daya manusia sekaligus riset bisa meningkat dan membuat perguruan tinggi menjadi terkenal. Kemudian hal ini akan menarik kontrak dari beberapa industri karena produknya banyak bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya.