Melirik Harga Fantastis Lukisan-lukisan Maestro Indonesia di Balai Lelang Singapura
Hari ini, Sotheby’s menggelar lelang Modern & Contemporary Art di Hotel Regent Singapura. Lelang ini kembali digelar setelah belasan tahun vakum.
Oleh
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
·4 menit baca
SINGAPURA, MINGGU — Balai lelang Sotheby’s kembali menggelar lelang langsung di Singapura setelah 15 tahun vakum. Hari ini, Minggu (28/8/2022), sebanyak 50 karya seni rupa dari maestro seni rupa Asia akan dilelang ke publik dengan perkiraan nilai total 18 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 191,7 miliar dalam perhelatan lelang Modern & Contemporary Art. Dari 50 karya tersebut, tujuh di antaranya merupakan kreasi dari enam maestro asal Indonesia.
Sebelum lelang digelar, puluhan karya seni rupa dipamerkan di Hotel Regent, Singapura, pada 25-27 Agustus 2022. Selanjutnya, lelang akan disiarkan langsung ke seluruh dunia melalui Sothebys.com hari ini.
Tujuh karya enam maestro seni rupa Indonesia yang turut dilelang Sotheby’s di Singapura meliputi: lukisan ”Fish Market on The Beach” karya Hendra Gunawan, lukisan ”The Sacred of Human Spirit Bedoyo” dan ”Horizon” karya Srihadi Sudarsono, lukisan ”Boats” karya Affandi, lukisan ”Aku yang Dapat” karya I Nyoman Masriadi, lukisan ”Di dalam Gua (Kenangan Revolusi)” karya S Sudjojono, serta lukisan ”Penggali Kentang” karya Sudjana Kerton.
Tak main-main, lukisan ”Fish Market on The Beach” karya Hendra Gunawan dibanderol dengan nilai lelang antara 950.000 dan 1,2 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 10,1 miliar hingga Rp 12,7 miliar. Sementara itu, karya Srihadi Sudarsono, ”The Sacred of Human Spirit Bedoyo”, ditawarkan antara 260.000 dollar Singapura dan 500.000 dollar Singapura atau sekitar Rp 2,7 miliar hingga Rp 5,3 miliar.
Lukisan karya seniman muda I Nyoman Masriadi berjudul ”Aku yang Dapat” juga dilelang dengan harga luar biasa antara 200.000 hingga 300.000 dollar Singapura atau sekitar Rp 2,1 miliar hingga 3,1 miliar. Adapun lukisan ”Di dalam Gua (Kenangan Revolusi)” karya S Sudjojono ditawarkan dengan harga 200.000 hingga 400.000 dollar Singapura atau sekitar Rp 2,1 miliar hingga Rp 4,2 miliar. Sungguh-sungguh fantastis!
Tema-tema Bali
Selain karya-karya dari perupa Indonesia, pada lelang ini juga dipamerkan lukisan-lukisan bertema Bali karya pelukis-pelukis legendaris, seperti Adrian Jean Le Mayeur de Merprès, Walter Spies, Rudolf Bonnet, Willem Gerard Hofker, dan Arie Smit. Pelukis-pelukis Barat inilah yang berperan besar mengangkat Bali ke panggung dunia sekaligus mewarnai sejarah seni rupa di Bali.
Karya Le Mayeur berjudul ”Women Dancing in the Garden” menggambarkan eksotika tiga penari Bali yang menari di bawah rerimbunan pohon Kamboja bertaburan bunga-bunga cerah. Sementara Walter Spies melalui ”Tierfabel (Animal Fable)” tampil dengan kekhasannya mengekspose permainan cahaya. Tidak disebutkan kapan Le Mayeur membuat lukisan itu. Adapun Spies membuat karyanya pada 1928.
Lukisan Le Mayeur berukuran 100 cm x 120 cm tersebut dibanderol dengan harga 720.000 dollar Singapura sampai 1,2 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 7,6 miliar hingga Rp 10,1 miliar. Sementara itu, karya Bonnet, ”Three Vegetable Vendors”, buatan tahun 1953 dengan tampilan khas orang-orang Bali ditawarkan dengan harga 180.000 dollar Singapura hingga 350.000 dollar Singapura atau sekitar Rp 1,9 miliar hingga Rp 3,7 miliar.
Di ajang ini, ditampilkan pula karya-karya dari maestro lain, seperti pelopor seni modern Singapura, Georgette Chen, dengan lukisannya berjudul ”Boats and Shophouses” yang menggambarkan ketenangan dermaga kapal di Singapura pada 1960-an, juga lukisan ”Sans Titre, Entre Août Et Décembre 1958” karya seniman abstrak terkenal Zao Wou-Ki tahun 1958 yang ditawarkan dengan harga sangat fantastis 3,8 juta dollar Singapura hingga 4,8 juta dollar Singapura atau Rp 40,4 miliar hingga Rp 51,1 miliar!
Untuk menanggapi permintaan yang besar dari kolektor-kolektor di Asia dan global, lelang juga menampilkan karya-karya seniman yang berpengaruh di seluruh dunia seni saat ini, seperti Michel Majerus dan Rafa Macarrón. Keragaman karya mencakup berbagai gaya yang ditampilkan Sotheby’s mencerminkan sifat kosmopolitan masyarakat Singapura.
”Sotheby’s telah lama mempercayai pentingnya memelihara dan menumbuhkan peluang di seluruh wilayah. Lelang ini menandai tidak hanya komitmen berkelanjutan kami ke Asia dan, lebih khusus lagi, ke pasar di Asia Tenggara, tetapi juga keyakinan kami di Singapura sebagai pusat yang dinamis bagi para kolektor dengan kancah seni yang berkembang,” kata Managing Director Sotheby’s Asia Tenggara Jasmine Prasetio.
Kembalinya lelang ke Singapura menandai respons Sotheby’s terhadap pertumbuhan basis kolektor di wilayah tersebut. Apalagi, selama dua tahun terakhir, aktivitas seni rupa mengalami kelesuan luar biasa akibat gulungan gelombang pandemi Covid-19.
Berdasarkan catatan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), ada sekitar 30 juta pekerja kreatif, termasuk seniman, di seluruh dunia yang tak bisa berkarya dan harus kehilangan mata pencarian akibat pandemi. Banyak pertunjukan, festival, dan pameran terpaksa ditunda atau dihentikan akibat pandemi. Sebagian dari mereka terpaksa tampil secara daring.
”Sektor budaya yang meliputi sekitar 30 juta pekerja tengah berjuang dan membutuhkan bantuan. Kebudayaan telah membantu kita keluar dari krisis. Sekarang kita harus membantu kebudayaan dan mendukung keberagaman yang menjadi kekuatan budaya,” kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay, beberapa waktu lalu.
Menyikapi situasi ini, UNESCO telah menyusun panduan kebijakan untuk sektor kreatif yang tangguh guna membantu pemerintah dan pembuat kebijakan mengatasi tantangan yang dihadapi seniman dan pekerja budaya selama pandemi. Selain itu, UNESCO juga memberikan masukan untuk memperkuat ketahanan industri kreatif di masa depan.