Kurang Tidur Turunkan Sifat Saling Membantu Antarsesama
Hasil studi terbaru menunjukkan, kurang tidur dapat memengaruhi interaksi sosial manusia, yakni menurunkan keinginan untuk membantu orang lain. Pada akhirnya hal ini dapat merusak tatanan hidup masyarakat.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
AF
Tidur di atas kursi.
Banyak penelitian menunjukkan dampak dari kurang tidur, antara lain meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular, depresi, diabetes, hipertensi, dan disfungsi seksual. Namun, hasil studi terbaru menunjukkan kurang tidur juga dapat memengaruhi interaksi sosial manusia, yakni menurunkan keinginan untuk membantu orang lain.
Studi dari para peneliti University of California (UC) Berkeley, Amerika Serikat, terkait dampak kurang tidur ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS Biology, 23 Agustus 2022. Hasil studi ini menambah semakin banyak bukti bahwa kurang tidur tidak hanya membahayakan kesejahteraan mental dan fisik seseorang, tetapi juga ikatan antarindividu.
Peneliti dari UC Berkeley yang memimpin studi ini, Mattew Walker, mengemukakan, selama 20 tahun terakhir, para peneliti telah menemukan hubungan yang sangat erat antara waktu tidur yang baik dan kesehatan mental seseorang.
Kehilangan satu jam tidur ternyata menghilangkan sifat manusiawi kita untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
”Saat ini, para peneliti memang belum menemukan satu pun kondisi kejiwaan utama akibat kurang tidur. Namun, studi terbaru ini menunjukkan kurang tidur menurunkan interaksi sosial, bahkan lebih jauh lagi dapat merusak tatanan masyarakat manusia,” ujarnya dikutip dari situs resmi UC Berkeley, Kamis (25/8/2022).
Dalam laporannya, para peneliti menjelaskan tiga studi terpisah yang menilai dampak dari kurang tidur pada sifat seseorang untuk membantu orang lain. Dalam studi pertama, para peneliti menempatkan 24 sukarelawan sehat dalam pencitraan resonansi magnetik fungsional untuk memindai otak mereka setelah 8 jam tidur dan setelah tidak tidur selama 1 malam.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pekerja proyek properti tidur di trotoar Jalan Casablanca, Jakarta.
Para peneliti kemudian menemukan bahwa area otak yang membentuk teori jaringan pikiran kurang aktif setelah malam tanpa tidur. Area otak ini akan bereaksi ketika seseorang berempati atau mencoba memahami keinginan dan kebutuhan orang lain.
Ben Simon, peneliti lainnya dari studi ini, menjelaskan, jaringan otak ini sangat terganggu ketika seseorang kurang tidur. Secara sederhana, bagian otak ini seolah-olah gagal merespons ketika seseorang mencoba berinteraksi dengan orang lain setelah kurang tidur.
Dalam studi kedua, peneliti melacak lebih dari 100 orang secara daring selama tiga atau empat malam. Selama waktu ini, para peneliti mengukur kualitas tidur sukarelawan tersebut,seperti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur dan berapa kali terbangun.
Peneliti kemudian menilai keinginan mereka untuk membantu orang lain. Keinginan ini seperti membukakan pintu lift atau membantu orang asing yang terluka di jalan.
”Di sini, kami menemukan bahwa penurunan kualitas tidur seseorang dari satu malam ke malam berikutnya juga menurunkan keinginan untuk membantu orang lain. Mereka yang kurang tidur pada malam sebelumnya adalah orang-orang yang dilaporkan kurang bersedia dan tertarik untuk membantu orang lain pada hari berikutnya,” kata Ben.
Sementara studi ketiga dari penelitian ini menganalisis 3 juta sumbangan amal di Amerika Serikat antara tahun 2001 dan 2016. Peneliti ingin melihat apakah jumlah sumbangan berubah setelah transisi ke waktu musim panas atau daylight saving time.
Di beberapa negara, transisi waktu musim panas akan membuat malam hari datang lebih lambat sekitar 1 jam sehingga akan mengurangi jam tidur seseorang. Dari analisis ini, peneliti menemukan terjadi penurunan sumbangan sebanyak 10 persen.
”Hilangnya 1 jam kesempatan tidur terkait dengan waktu musim panas memiliki dampak yang sangat terukur dan nyata pada kemurahan hati seseorang. Kehilangan 1 jam tidur ternyata menghilangkan sifat manusiawi kita untuk membantu orang lain yang membutuhkan,” kata Walker.
Membuat asosial
Dalam studi yang dilakukan Walker dan Ben Simon sebelumnya menunjukkan bahwa kurang tidur membuat orang menarik diri secara sosial dan menjadi lebih terisolasi. Bahkan, kurang tidur juga meningkatkan perasaan kesepian mereka. Ketika orang-orang yang kurang tidur itu berinteraksi, mereka akan menyebarkan kesepian tersebut kepada orang lain itu.
”Kami mulai melihat bahwa kurang tidur menghasilkan individu yang sangat asosial. Kurang tidur membuat orang menjadi kurang berempati, kurang murah hati, lebih menarik diri secara sosial. Sifat asosial ini memiliki banyak konsekuensi terhadap cara kita hidup bersama sebagai spesies sosial,” kata Walker yang juga telah menulis buku tentang tidur berkualitas Why We Sleep.
Ben menambahkan, tidur adalah aspek yang luar biasa bagi perilaku manusia untuk bisa prososial, terhubung, dan memiliki sifat empatik, baik, serta murah hati. Mempromosikan waktu tidur yang sehat bisa membantu manusia membentuk ikatan sosial antarsesama.