Jamu Bermanfaat bagi Kesehatan asal Dikonsumsi dengan Bijak
Meski jamu tergolong jenis obat herbal, konsumsinya tidak boleh sembarangan. Cara pengolahan yang tidak tepat serta ramuan yang tidak benar justru bisa berdampak buruk.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jamu mengandung berbagai manfaat baik bagi kesehatan. Konsumsi jamu pun sudah mentradisi di masyarakat Indonesia. Meski jamu merupakan obat herbal, konsumsinya tidak bisa sembarangan dan berlebihan.
Profesor riset bidang tanaman obat dan obat tradisional yang juga peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yuli Widiyastuti menuturkan, obat herbal seperti jamu memiliki efek samping atau toksik yang rendah apabila digunakan secara tepat.
Setidaknya, seseorang harus tahu bahan yang digunakan pada jamu beserta manfaatnya. Pastikan pula takaran dan dosis juga tepat.
”Jamu perlu dikonsumsi secara tepat agar jamu bisa benar-benar bermanfaat, efektif, dan aman untuk mendukung kesehatan,” katanya dalam acara webinar bertajuk ”Sehat dan Prima di Usia Lanjut” yang diikuti di Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Selain itu, jamu harus dikonsumsi pada waktu yang tepat, digunakan dengan cara yang tepat, menggunakan susunan ramuan yang tepat, serta sesuai dengan tujuan penggunaan. Dengan kekayaan biodiversitas di Indonesia, satu tanaman jamu bisa memiliki beberapa jenis dengan manfaat yang berbeda.
Yuli mencontohkan tanaman lempuyang yang biasa digunakan sebagai jamu. Setidaknya ada tiga jenis lempuyang yang sering dijumpai di masyarakat, yakni lempuyang emprit, lempuyang gajah, dan lempuyang wangi. Lempuyang emprit ukurannya lebih kecil dengan rasa pahit yang berguna untuk menambah nafsu makan.
Jamu perlu dikonsumsi secara tepat agar jamu bisa benar-benar bermanfaat, efektif, dan aman untuk mendukung kesehatan. (Yuli Widiyastuti)
Rasa lempuyang gajah juga pahit, dengan manfaat untuk memicu napsu makan, tetapi ukurannya lebih besar. Namun, berbeda dengan lempuyang wangi yang berukuran sedang, dan bermanfaat untuk pelangsing. Rasa lempuyang wangi sebaliknya, tidak pahit.
Publik juga diharapkan bisa mengetahui takaran dan dosis yang tepat dalam mengonsumsi jamu atau makanan untuk kesehatan. Timun, misalnya, diketahui memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan darah. Namun, konsumsinya tidak boleh berlebihan.
Jika mengonsumsi timun lebih dari dua buah dengan ukuran besar, tekanan darah berisiko menurun secara signifikan sehingga berdampak buruk hingga menyebabkan pingsan. Hal itu juga perlu diperhatikan dalam konsumsi seledri. Jika konsumsinya lebih dari 400 gram, tekanan darah bisa menurun secara signifikan.
Yuli menyampaikan, jamu harus dikonsumsi dengan cara yang tepat. Bunga kecubung, misalnya, berkhasiat sebagai antiasma dan mengurangi rasa nyeri. Untuk mengonsumsinya, bunga kecubung bisa dikeringkan dan dibakar kemudian dihisap. Daun segarnya pun dapat dilumatkan dan ditempelkan di pipi untuk mengurangi rasa nyeri akibat sakit gigi.
”Yang harus dihindari adalah jangan menyeduh dan meminum bunga ini karena bisa menyebabkan keracunan dengan gejala mata membelalak (midriasis). Penyalahgunaan ini sangat berbahaya hingga bisa mengakibatkan kematian,” katanya.
Dalam mengonsumsi jamu yang tepat pun perlu memerhatikan ketepatan ramuan. Biasanya jamu diminum berupa ramuan dari campuran beberapa jenis tanaman. Namun, dalam ramuan ini sebaiknya tidak mencampurkan bahan yang sifatnya antagonis atau berlawanan manfaat.
Sebagai contoh, mencampurkan seledri dengan biji kola. Seledri bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah, sedangkan biji kola untuk menaikkan tekanan darah. Yang lainnya adalah mencampurkan daun jati belanda dengan temu hitam. Daun jati belanda memiliki manfaat sebagai pelangsing, sedangkan temu hitam untuk memacu napsu makan.
”Hal-hal praktis tersebut harus kita ketahui dalam mengonsumsi herbal atau tanaman obat. Tanaman obat ini memiliki berbagai manfaat baik untuk menjaga kesehatan juga pengobatan sehari-hari jika digunakan secara tepat dan bijak,” kata Yuli.
Puasa
Untuk menjaga kesehatan tubuh, puasa bisa menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan. Sejumlah riset menyebutkan puasa dapat bermanfaat untuk mencegah dampak penuaan serta mencegah penyakit degeneratif.
Peneliti dari Pusat Riset Biomedis BRIN Jiro Hasegawa Situmorang mengatakan, terdapat dua jenis puasa yang bisa dilakukan, yakni puasa berkala (intermittent fasting) dan puasa nutrisi.
Puasa berkala yang dimaksud, antara lain, puasa agama dengan batas waktu tertentu, warrior diet, dan OCD (obsessive Corbuzier’s diet). Sementara puasa nutrisi adalah puasa dengan mengurangi kalori, puasa rendah karbohidrat, dan puasa rendah lemak.
”Dari studi yang dilakukan pada 2022 ini terlihat kombinasi puasa berkala dan puasa kalori dapat memperpanjang usia mencit (hewan uji) sampai 35 persen. Selain itu, hasil lainnya gen-gen yang terkait penyakit degeneratif juga tidak berubah pada tikus puasa,” katanya.