Merajut Persaudaraan Tunas-tunas Bangsa
Jambore Nasional XI Gerakan Pramuka menjadi ajang merajut persaudaraan dan memberi kecakapan hidup serta pengalaman bagi Pramuka Penggalang se-Indonesia. Pramuka menjadi wahana tepat untuk menyiapkan tunas-tunas bangsa.
Selama sepekan, pada 14-21 Agustus, sebanyak 8.042 Pramuka penggalang melebur dalam beragam aktivitas Jambore Nasional XI Gerakan Pramuka. Perwakilan Pramuka dari berbagai kabupaten/kota itu menjalin persaudaraan, melatih keterampilan dan wawasan, sekaligus menimba pengalaman-pengalaman berharga.
Kebersamaan para remaja berusia 11-15 tahun di Bumi Perkemahan (Buperta) Cibubur, Jakarta Timur, tersebut harus berakhir saat penutupan Jambore Nasional (Jamnas), Sabtu (20/8/2022) sore. Meskipun ada rombongan yang harus pulang terlebih dulu karena mengejar jadwal keberangkatan kapal laut, kemeriahan tetap meliputi suasana penutupan.
Senam Maumere di lapangan utama Buperta menyatukan para peserta untuk menikmati perjumpaan akbar lima tahunan yang kali ini mengambil tema ”Ceria, Berdedikasi dan Berprestasi”. Keseruan bercampur rasa haru memuncak kala peserta melemparkan boni (topi Pramuka putri) dan baret (topi Pramuka putra) ke udara. Para Pramuka Penggalang larut dalam peluk hangat sambil saling mengucapkan salam perpisahan.
”Seru bisa senam Maumere bareng-bareng. Apalagi, aku tahu gerakannya,” ujar Cathrina, peserta Jamnas Pramuka XI dari Kwarda Lampung. Dia berharap, meski Jamnas Pramuka XI telah usai, tali persaudaraan tetap berlanjut dengan saling tukar badge dan buah tangan dari masing-masing daerah.
Perjalanan menuju Jamnas Pramuka XI benar-benar menempa fisik dan mental para peserta dari berbagai daerah. Namun, bukan rasa lelah yang terlihat, hanya rasa bahagia yang terpancar karena mereka bisa mendapatkan pengalaman berharga di usia muda.
Sekelompok peserta putri dari Kwarda Nusa Tenggara Timur (NTT) duduk santai di atas tanah saat berada di zona kegiatan Teknologi, Seni, dan Budaya, Jumat sore. Berada di zona tersebut memberi rasa rileks karena mereka bisa menyaksikan aneka penampilan seni budaya dari peserta Jamnas. Mereka juga bisa mengunjungi tenda berbagai kwarda, salah satunya DKI Jakarta yang semarak karena memberikan suguhan kerak telor yang dimasak langsung di lokasi.
Taliah Salsabila, siswa salah satu MTS di Kabupaten Nagakeo, NTT, sebelumnya berangkat ke Labuan Bajo untuk mengikuti Jambore Daerah (Jamda) NTT pada 2-6 Agustus. Usai menjalani Jamda, Taliah dan peserta yang terpilih ikut Jamnas kemudian naik kapal laut selama empat hari menuju Jakarta.
”Sampai di Cibubur tanggal 9 Agustus langsung mendirikan tenda. Di Jamnas, peserta tidurnya sendiri-sendiri demi protokol kesehatan. Biarpun sudah lama tidur di tenda dan melalui perjalanan panjang, saya tetap senang di alam terbuka. Sekarang tambah banyak kenalan dari berbagai daerah di Indonesia,” kata Taliah.
Baca juga: Jambore Nasional Pramuka Digelar dengan Prokes Ketat
Menurut Taliah, terpilih menjadi peserta Jamnas yang digelar tiap lima tahun sekali juga merupakan hadiah indah dari kegiatan Pramuka yang ditekuninya sejak jenjang Pramuka Siaga. ”Aku jadi bisa mandiri. Tadinya enggak bisa masak, jadi mulai belajar masak. Aku juga jadi tidak penakut saat harus sendiri,” ujarnya.
Kecakapan digital
Aktivitas selama Jamnas tak hanya memperkuat keterampilan kepramukaan yang selama ini diikuti di sekolah. Anggota Pramuka pun mendapatkan bekal untuk memanfaatkan teknologi digital secara produktif saat berkegiatan di Kampung Digital dan Teknologi Awan (Cloud Computing). Di tempat itu disediakan stan untuk membangun kecakapan bermedia digital para Pramuka. Mereka diajak memperkuat literasi digital dengan belajar menggunakan teknologi digital, memahami budaya digital, belajar etika bermedia digital, dan keamanan di dunia digital.
Di stan Super App Pramuka Jabar, peserta diajak membuat konten dengan isi 5W + 1H di gawai mereka. Satu per satu peserta putri sif pagi mendatangi Kak Ismail Edwin dari Pusat Informasi Kwarda Jawa Barat yang menjadi pelatih. Mereka menunjukkan konten berisi kegiatan yang diikuti selama Jamnas yang layak diunggah di Super Apps Pramuka atau media sosial.
”Pelatihan ini menjadi bekal buat adik-adik supaya bisa membuat konten yang lengkap, minimal 5W + 1H. Di Super App Pramuka Jabar ini juga ada ruang interaksi online-nya. Ini jadi percontohan kwarda lain agar bisa mengoptimalkan teknologi digital untuk mengembangkan kegiatan pramuka di daerah,” ujar Ismail.
Keseruan juga terlihat di stan Pandi atau Pengelola Nama Domain Internet Indonesia yang mengajak peserta memakai gadget untuk belajar aksara bahasa daerah secara digital. Sudah ada tiga aksara Nusantara secara digital, yakni Jawa, Sunda, dan Bali, yang bisa mengubah kalimat bahasa Indonesia menjadi tulisan dengan aksara daerah secara digital.
”Aku di sekolah belajar aksara bahasa Jawa, tapi dengan tulisan tangan. Seru juga bisa dengan digital,” ujar salah satu peserta.
Keterampilan digital lain yang dibawa pulang peserta Jamnas kali ini, yakni belajar teknologi awan. Wujudnya mereka harus bisa membuat website sesuai kesepakatan kelompok.
Hikkayana, siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, bersama tiga teman lainnya, merasa puas saat berhasil membuat website berisi informasi tentang Jamnas. Ada kelompok lain yang membuat website tentang kearifan lokal di daerahnya.
”Jamnas ini enggak cuma seru ketemu teman-teman dari daerah lain se-Indonesia, tapi juga senang dapat ilmu banyak. Pulang-pulang bisa dapat ilmu membuat website yang pasti berguna nanti untuk dibagikan ke teman sekolah,” kata Hikkayana yang berpengalaman ikut jambore dari tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional.
Dengan berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, serta wawasan yang diterima selama Jamnas, para peserta Jamnas mendapatkan bekal untuk kehidupan di masa datang. (Budi Waseso)
Kesadaran anggota Pramuka terhadap isu-isu dalam Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) juga diasah dalam kunjungan ke Kampung Global Pembangunan Berkelanjutan. Ada banyak stan dari kementerian/lembaga dan NGO yang siap memberikan wawasan lingkungan, kesehatan, kesetaraan jender, disabilitas, hingga perubahan iklim.
Kelompok kepramukaan juga berkembang untuk menjawab tantangan global. Ada Saka Taruna Bumi yang melatih Pramuka bergerak dalam bidang pertanian. Di bidang kesehatan, peserta diajak untuk menjaga kebugaran tubuh.
Ada juga penjelasan tentang soal kesehatan reproduksi remaja. Bahkan, isu stunting atau tengkes juga dikenalkan kepada para peserta.
Bekal masa depan
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Budi Waseso berpesan agar persaudaraan di kalangan peserta Jamnas terus berlangsung sehingga mereka dapat memupuk jiwa persatuan dan kesatuan yang berlandaskan Pancasila yang tetap memegang teguh Bhinneka Tunggal lka dan Negara Kesatuan Republik Indonesia . ”Agar Indonesia di masa depan dapat menjadi bangsa yang lebih besar, maju, sejahtera, damai, dan bersahabat,” kata Budi.
Budi mengatakan, semua anggota Pramuka dapat bersaudara tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan. Di Jamnas ini ada 66 pramuka dengan berbagai macam kekhususan, seperti tunanetra, tunadaksa, tunarungu, dan tunagrahita. ”Termasuk juga dengan Pramuka penggalang yang berkebutuhan khusus, kita dapat saling membantu dan menjalin persaudaraan yang setara maupun sederajat,” kata Budi.
Dengan berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, serta wawasan yang diterima selama Jamnas, lanjut Budi, para peserta Jamnas mendapatkan bekal untuk kehidupan di masa datang. Pada tahun 2045 nanti saat Indonesia mencapai masa keemasan, peserta Jamnas sekarang ini akan berusia 34-38 tahun.
”Pada saat itu diharapkan adik-adik semua dapat menjadi pemimpin-pemimpin di berbagai bidang. Jadikanlah proses pembelajaran dan pengalaman Jamnas ini untuk menjadi kenang-kenangan dan proses pembelajaran yang sangat berharga untuk masa depan adik-adik semua,” kata Budi.
Baca juga: Presiden Kunjungi Jambore Nasional Pramuka XI
Motivasi yang menyemangati para tunas bangsa tersebut juga datang dari sejumlah tokoh lewat acara Jumpa Tokoh, salah satunya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang juga pernah menjadi peserta Jamnas Pramuka Tahun 1977 di Bumi Perkemahan Sibolangit, Sumatera Utara. Budi mengatakan, para peserta Jamnas adalah tunas-tunas bangsa yang bukan sembarangan karena hasil dari seleksi di tingkat kwartir cabang (kota/kabupaten).
Menkes berharap para peserta dapat mengukir kenangan yang indah yang menjadi catatan sejarah dalam perjalanan hidup. ”Masa depan bangsa ada di tangan kalian. Karena itu, gunakan waktumu untuk terus belajar dan bekerja keras meraih dan mengejar mimpimu hingga setinggi-tingginya. Insya Allah ketika bertemu kembali, di antara kalian sudah menjadi orang penting di negara Indonesia tercinta,” kata dia.
Presiden Joko Widodo selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan pramuka menyambangi peserta Jamnas Pramuka XI. Presiden mengapresiasi berbagai kegiatan yang diberikan kepada peserta yang tak sekadar kegiatan kepramukaan semata, tapi dilengkapi juga dengan pendalaman isu teknologi digital, lingkungan, hingga budaya.