Sains Membuktikan, Berbuat Baik Membahagiakan dan Bisa Menular
Sains membuktikan, melakukan kebaikan bisa meningkatkan kebahagiaan bagi pemberi. Kebaikan juga bisa menulari penerima untuk melakukan tindakan serupa.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Seorang warga memberi uang sumbangan kepada kelompok hadra dari Masjid Al Ikhlas Karame yang berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan sumbangan bagi masjid mereka di Kelurahan Istiqlal, Manado, Sulawesi Utara, pada Idul Fitri 1443 Hijriah, Senin (2/5/2022). Kegiatan yang mereka sebut tawaf itu merupakan tradisi turun-temurun yang mereka laksanakan setiap tahun.
JAKARTA, KOMPAS — Melakukan kebaikan seperti memberikan tumpangan dan memberikan makanan atau minuman kepada orang lain terbukti bisa meningkatkan kebahagiaan bagi pemberi. Kebaikan juga bisa menulari penerima untuk melakukan tindakan serupa.
Temuan bahwa kebaikan bisa menular dilaporkan Amit Kumar dari The University of Texas Austin McCombs School of Business bersama dengan Nicholas Epley dari University of Chicago. Kajian dilaporkan di Journal of Experimental Psychology: General pada Kamis (18/8/2022).
Dalam penelitian ini, para peneliti merekrut 84 peserta di Chicago's Maggie Daley Park. Peserta dapat memilih apakah akan memberikan secangkir cokelat panas kepada orang asing dari kios makanan di taman atau menyimpannya sendiri. Sebanyak 75 orang setuju untuk memberikannya.
Para peneliti kemudian mengirimkan cokelat panas kepada orang asing itu dan memberi tahu mereka bahwa peserta penelitian telah memilih untuk memberi mereka minuman. Penerima melaporkan suasana hati mereka, dan pelaku menunjukkan bagaimana menurut mereka perasaan penerima setelah mendapatkan minuman.
Para pemberi umumnya menganggap sepele tindakan mereka dan tidak berpikir jauh bahwa hal itu akan berdampak positif bagi penerima. Mereka mengharapkan suasana hati penerima rata-rata 2,7 pada skala minus 5 (jauh lebih negatif dari biasanya) hingga 5 (jauh lebih positif dari biasanya), sementara penerima melaporkan rata-rata 3,5.
”Orang kebanyakan mengerti bahwa bersikap baik kepada orang lain membuat mereka merasa baik. Apa yang tidak diketahui sebelumnya adalah seberapa baik itu yang benar-benar dirasakan orang lain (yang mendapat pemberian),” kata Kumar.
Para peneliti kemudian melakukan eksperimen serupa di taman yang sama dengan cupcakes. Mereka merekrut 200 peserta dan membaginya menjadi dua kelompok. Pada kelompok kontrol, 50 peserta menerima kue untuk berpartisipasi. Mereka menilai suasana hati mereka, dan 50 orang lainnya menilai bagaimana perasaan penerima setelah mendapatkan kue tersebut.
Untuk kelompok kedua yang terdiri dari 100 orang, 50 orang diberi tahu bahwa mereka dapat memberikan kue mereka kepada orang asing. Mereka menilai suasana hati mereka sendiri dan suasana hati yang diharapkan dari penerima kue.
Para peneliti menemukan bahwa peserta menilai kebahagiaan penerima kue pada tingkat yang hampir sama apakah mereka mendapatkan cupcake mereka melalui tindakan kebaikan acak atau dari para peneliti. Terlebih lagi, penerima yang menerima kue melalui tindakan kebaikan lebih bahagia daripada penerima kelompok kontrol.
”Peserta tidak sepenuhnya memperhitungkan bahwa tindakan hangat mereka memberikan nilai dari tindakan itu sendiri,” kata Kumar. ”Fakta bahwa Anda bersikap baik kepada orang lain menambah banyak nilai lebih dari apa pun itu,” tambahnya.
Penelitian menunjukkan tindakan kebaikan seperti menyumbangkan uang, menjadi sukarelawan, dan melakukan pendampingan dapat meningkatkan kesehatan emosional pemberi.
Dalam percobaan laboratorium, Kumar dan Epley menambahkan komponen untuk menilai konsekuensi dari kebaikan. Peserta pertama-tama menerima hadiah atau diberi hadiah oleh peserta lain, lalu melakukan permainan. Semua peserta yang menerima item diberitahu untuk membagi 100 dollar AS antara mereka dan penerima studi yang tidak diketahui.
Para peneliti menemukan bahwa penerima yang menerima hadiah lab mereka melalui tindakan kebaikan acak peserta lain lebih murah hati kepada orang asing selama permainan. Mereka membagi 100 dollar AS tersebut lebih merata, memberikan rata-rata 48,02 dollar AS versus 41,20 dollar AS.
Dari eksperimen ini bisa disimpulkan bahwa mereka yang mendapatkan hadiah cenderung menjadi lebih dermawan. ”Ternyata kedermawanan sebenarnya bisa menular,” kata Kumar. ”Penerima tindakan prososial dapat membayarnya. Kebaikan sebenarnya bisa menyebar.”
Warga mengambil paket bahan sayur mayur dan lauk pauk gratis di kawasan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (17/5/2020). Paket sembako gratis dari bantuan swadaya masyarakat tersebut diperuntukan bagi warga yang membutuhkan akibat terkena dampak hilang atau berkurangnya mata pencarian karena penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk pencegahan Covid-19 di DKI Jakarta.
Memberi kebahagiaan
Penelitian menunjukkan, tindakan kebaikan seperti menyumbangkan uang, menjadi sukarelawan, dan melakukan pendampingan dapat meningkatkan kesehatan emosional pemberi. Kajian Sonja Lyubomirsky, profesor psikologi di University of California, Riverside, yang dipublikasikan di Journal of Positive Psychology (2019) menunjukkan, tindakan kebaikan dapat meningkatkan kesejahteraan.
Dalam kajiannya, Lyubomirsky menunjukkan, ketika peserta mengingat memeluk kakek-nenek atau membeli makan siang untuk rekan kerja, kebahagiaan mereka meningkat sebanyak ketika mereka melakukan tindakan tersebut.
Beberapa studi penelitian menghubungkan kebaikan dengan pelepasan neurotransmiter dan hormon yang berkontribusi pada suasana hati dan kebahagiaan. Hormon oksitosin secara khusus bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan karena efek anti-inflamasi, pro-imunitas, dan anti-stresnya.
”Kebaikan, apakah itu dialami melalui tindakan kebaikan yang dilakukan secara acak, meditasi cinta kasih atau cara lain, memiliki dampak besar pada kesejahteraan seseorang,” kata Waguih William IsHak, profesor dan kepala klinis psikiatri di Cedars-Sinai di Los Angeles.
Tak hanya meningkatkan kebahagiaan, para peneliti tengah mempelajari bagaimana altruisme meningkatkan kesehatan fisik dengan cara yang terukur, seperti menurunkan tekanan darah atau memperkuat sistem kekebalan tubuh. Studi awal menunjukkan membelanjakan uang untuk orang lain meningkatkan kesehatan kardiovaskular orang dewasa yang berisiko lebih tua yang didiagnosis dengan tekanan darah tinggi.