Gagal Turunkan Berat Badan Setelah Ubah Pola Makan? Berolahragalah
Sebagian orang mengalami resistansi terhadap diet sehingga, walaupun sudah mengubah pola makan menjadi rendah kalori, sulit menurunkan berat badan. Kombinasi dengan latihan fisik menjadi jalan keluarnya.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Diet rendah kalori selama ini dianggap sebagai jalan terbaik untuk menurunkan obesitas, dan terbukti manjur untuk banyak orang. Namun, ada sebagian orang yang sudah patuh dengan pola diet ini tetap sulit menurunkan berat badan atau dikenal sebagai kelompok diet resistant sehingga perlu cara lain, yaitu latihan fisik.
Ilmuwan menemukan wawasan baru untuk membantu mereka yang tergolong diet resistant ini. Penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal eBioMedicine pada 11 Agustus 2022 ini menunjukkan bahwa perubahan pola diet saja tidak cukup untuk semua orang yang ingin menurunkan berat badan.
Dari sekitar 5.000 catatan pasien, sebanyak 228 file ditinjau untuk mengidentifikasi karakteristik dasar respons penurunan berat badan dari wanita dengan obesitas yang sebelumnya diklasifikasikan dalam kelompok 20 persen teratas atau terbawah berdasarkan tingkat penurunan berat badan setelah 6 minggu pertama menjalani diet hipokalorik.
Sekitar 20 persen kelompok resistansi diet ini diketahui memiliki lebih sedikit serat otot tipe I dan fungsi mitokondria otot rangka yang lebih rendah, yang mengarah pada hipotesis bahwa latihan fisik merupakan pengobatan yang efektif ketika diet saja tidak cukup. Dalam penelitian ini, para peneliti berupaya menilai kemanjuran latihan olahraga pada fungsi mitokondria pada wanita dengan obesitas dengan riwayat penurunan berat badan yang diinduksi diet minimal.
Kelompok 20 persen terbawah, artinya yang tidak mengalami penurunan berat badan setelah diet ketat diidentifikasi sebagai resistansi diet (diet resistant) ini kemudian diminta menjalani intervensi latihan aerobik yang diawasi selama 6 minggu.
”Ini pekerjaan yang menarik dan penting. Temuan ini memiliki implikasi klinis dan mengungkapkan mekanisme molekuler yang akan mendorong penelitian selama bertahun-tahun yang akan datang,” kata Mary-Ellen Harper, seorang profesor bioenergi mitokondria di Faculty of Medicine, University of Ottawa, yang merupakan penulis senior studi tersebut, dalam keterangan tertulis.
Kajian ini menunjukkan, memahami fenotipe obesitas yang berbeda adalah kunci untuk menggali wawasan tentang variasi individu dalam penurunan berat badan. Dan untuk orang yang tergolong ”tahan diet” atau diet resistant, olahraga harus diprioritaskan karena aktivitas fisik ini menurunkan massa lemak dan meningkatkan metabolisme otot rangka.
Dalam kajian ini, sebanyak 20 wanita dengan diet resistant diminta untuk menjalani program latihan yang diawasi ketat yang terdiri dari 18 sesi progresif menggunakan treadmill dan beban yang dilakukan tiga kali per minggu selama enam minggu.
Menggunakan pendekatan bioinformatika dan pembelajaran mesin untuk menganalisis otot rangka, hasilnya menunjukkan bahwa olahraga secara istimewa meningkatkan metabolisme otot rangka dan meningkatkan kapasitas penurunan berat badan untuk individu dengan obesitas yang dianggap resistan terhadap diet.
Ini adalah tipe pasien dengan obesitas yang sulit diobati yang sering dituduh tidak patuh ketika mereka tidak kehilangan berat badan dengan pembatasan diet. ”Untuk orang-orang yang memiliki obesitas dan yang mengalami kesulitan besar menurunkan berat badan, pesan untuk mereka adalah: Anda berada dalam kelompok individu yang sangat penting untuk berolahraga. Dan itu benar-benar akan membantu Anda menurunkan berat badan,” kata Ruth McPherson, pemimpin genetika kardiovaskular yang merupakan profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Ottawa.
Olahraga secara istimewa meningkatkan metabolisme otot rangka dan meningkatkan kapasitas penurunan berat badan untuk individu dengan obesitas yang dianggap resistan terhadap diet.
Para peneliti juga menekankan, mengatasi kelebihan berat badan menjadi sangat penting karena obesitas merupakan faktor risiko dari sejumlah penyakit kronis dan mematikan.
Menurut Robert Dent, pendiri klinik manajemen berat badan Rumah Sakit Ottawa dan ahli endokrin di Universitas Ottawa, temuan ini merupakan wawasan baru dalam upaya menurunkan obesitas. Selama ini, mereka telah berkolaborasi dalam banyak proyek selama bertahun-tahun, membantu membuka misteri energi mitokondria dan prediktor genetik penurunan berat badan.
”Jika Anda melihat sekelompok besar orang yang kelebihan berat badan dan mencoba menurunkan berat badan, mereka tidak terlalu banyak merespons olahraga. Tapi, sekarang kami telah menemukan bahwa orang-orang dalam fenotipe obesitas (ketahanan diet) ini benar-benar melakukannya,” kata Dent.
Dent menambahkan, temuan ini menunjukkan bahwa ketika ada individu dengan obesitas yang tidak menanggapi pembatasan diet, mereka harus dialihkan ke aktivitas fisik.
Studi ini memiliki potensi untuk membantu membentuk kembali ilmu program penurunan berat badan sehingga dapat disesuaikan untuk setiap pasien. Karena penelitian ini membuka berbagai kemungkinan penelitian yang menarik di tingkat molekuler, tim tersebut sudah menyiapkan penelitian dengan ukuran sampel yang lebih besar.