Memiliki kegiatan yang menyenangkan selain bisa menyegarkan diri, ternyata juga bermanfaat dalam menurunkan risiko demensia. Ini investasi kesehatan masa depan yang menyenangkan.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·4 menit baca
Sebutkan beberapa aktivitas santai atau menyenangkan! Dengan mudah kita mencontohkan aneka kegiatan, seperti membaca buku, beryoga, dan berkumpul bersama teman atau sanak saudara. Namun, untuk melakukannya, sering kali tak semudah menyebutkannya.
Studi terbaru ini mungkin membantu Anda memotivasi untuk lebih memberikan waktu bagi diri Anda sendiri untuk sejenak bersantai. Jurnal Neurology yang dikelola American Academy of Neurology pada 10 Agustus 2022 menyebutkan, berkegiatan santai seperti dicontohkan di atas dapat menurunkan risiko demensia.
Para peneliti menggunakan metode studi meta-analisis untuk melihat efek kegiatan berpikir, kegiatan fisik, dan kegiatan sosial dengan risiko demensia. ”Studi sebelumnya menunjukkan bahwa melakukan kegiatan yang santai (leisure activities) dihubungkan dengan sejumlah manfaat kesehatan, seperti risiko kanker rendah, pengurangan fibrilasi atrium, dan persepsi seseorang tentang kesejahteraan mereka sendiri,” kata penulis studi tersebut, Lin Lu, dari Peking University Sixth Hospital di Beijing, China.
Menjadi aktif itu memiliki sejumlah manfaat dan dan ada banyak aktivitas yang mudah dimasukkan ke dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin bermanfaat bagi otak.
Namun, menurut dia, ada sejumlah bukti yang bertentangan tentang peran kegiatan santai dalam pencegahan demensia. Dalam penelitian, Lin Lu dan kawan-kawan menemukan bahwa kegiatan waktu luang, seperti membuat kerajinan tangan, mengikuti olahraga permainan, atau menjadi sukarelawan, terkait dengan penurunan risiko demensia.
Studi meta-analisis ini meninjau 38 penelitian terkait dari seluruh dunia yang meliputi lebih dari 2 juta orang yang tidak memiliki demensia. Para peserta studi diikuti selama tiga tahun. Selama studi ini, sebanyak 74.700 orang di antaranya mengalami demensia.
Dalam studi ini, para peserta memberikan informasi terkait kegiatan santai yang dilakukannya melalui kuesioner maupun tanya-jawab. Kegiatan menyenangkan ini didefinisikan sebagai aktivitas di mana orang-orang terlibat untuk kesenangan atau kesejahteraan dan dibagi menjadi aktivitas mental, fisik, dan sosial.
Setelah menyesuaikan faktor-faktor, antara lain usia, jenis kelamin, dan pendidikan, para peneliti menemukan, berkegiatan santai secara keseluruhan terkait dengan penurunan risiko demensia. Mereka yang terlibat dalam kegiatan waktu luang memiliki risiko 17 persen lebih rendah terkena demensia dibandingkan mereka yang tidak melakukan kegiatan waktu luang.
Aktivitas mental terutama terdiri dari aktivitas intelektual dan termasuk membaca atau menulis untuk kesenangan, menonton televisi, mendengarkan radio, bermain gim atau alat musik, menggunakan komputer, dan membuat kerajinan. Para peneliti menemukan bahwa orang yang berpartisipasi dalam kegiatan ini memiliki risiko 23 persen lebih rendah terkena demensia.
Aktivitas fisik meliputi berjalan, berlari, berenang, bersepeda, menggunakan mesin latihan, berolahraga, yoga, dan menari. Para peneliti menemukan bahwa orang yang berpartisipasi dalam kegiatan ini memiliki risiko demensia 17 persen lebih rendah.
Kegiatan sosial terutama mengacu pada kegiatan yang melibatkan komunikasi dengan orang lain dan termasuk menghadiri kelas kegiatan, bergabung dengan klub sosial, menjadi sukarelawan, mengunjungi kerabat atau teman, atau menghadiri kegiatan keagamaan. Para peneliti menemukan bahwa orang yang berpartisipasi dalam kegiatan ini memiliki risiko demensia 7 persen lebih rendah.
”Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa menjadi aktif itu memiliki sejumlah manfaat dan dan ada banyak aktivitas yang mudah dimasukkan ke dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin bermanfaat bagi otak,” kata Lu, seperti dikutip dari laman internet American Academy of Neurology, 10 Agustus 2022.
Kegiatan itu termasuk mengisi waktu luang yang dapat mengurangi risiko demensia. Ia mengatakan, studi di masa depan harus mencakup jumlah sampel yang lebih besar dan waktu tindak lanjut yang lebih lama untuk mengungkapkan lebih banyak hubungan antara kegiatan waktu luang dan demensia.
Diakui para peneliti, keterbatasan studi ini adalah masyarakat/peserta melaporkan sendiri kegiatan fisik dan mentalnya. Bisa saja terjadi mereka tidak ingat atau lupa tidak melaporkan aktivitas mereka.
Pekerjaan rumah tangga
Dalam studi serupa sebelumnya yang juga diterbitkan di jurnal Neurology, 27 Juli 2022, sejumlah peneliti juga menunjukkan aktivitas fisik dan mental, seperti pekerjaan rumah tangga dapat menurunkan risiko demensia. Studi ini melihat efek dari kegiatan-kegiatan itu, serta aktivitas mental dan penggunaan perangkat elektronik pada orang dengan dan tanpa risiko genetik yang lebih tinggi untuk demensia.
”Studi kami menemukan bahwa olahraga, pekerjaan rumah tangga, dan kunjungan sosial dikaitkan dengan penurunan risiko berbagai jenis demensia,” kata penulis studi Huan Song, dari Universitas Sichuan di Chengdu, China.
Penelitian ini melibatkan 501.376 orang dari database Inggris tanpa demensia dengan usia rata-rata 56 tahun. Peserta mengisi kuesioner di awal penelitian, termasuk salah satunya tentang aktivitas fisik. Mereka ditanya seberapa sering berpartisipasi dalam kegiatan, seperti menaiki tangga, berjalan, dan berpartisipasi dalam olahraga berat. Mereka juga ditanya tentang pekerjaan rumah tangga, aktivitas terkait pekerjaan, dan jenis transportasi yang mereka gunakan, termasuk berjalan kaki atau bersepeda ke tempat kerja.
Peserta mengisi kuesioner tentang aktivitas mental. Mereka ditanya tentang tingkat pendidikan mereka, apakah mereka menghadiri kelas pendidikan orang dewasa, seberapa sering mereka mengunjungi teman dan keluarga, mengunjungi pub atau klub sosial atau kelompok keagamaan, dan seberapa sering mereka menggunakan perangkat elektronik, seperti bermain gim komputer, menonton TV, dan berbicara di telepon.