Seperempat Anak yang Dirawat karena Covid-19 Alami Komplikasi hingga Empat Bulan
Meningkatnya kembali kasus Covid-19 membuat anak-anak semakin rentan tertular. Sekalipun gejala yang dialami biasanya lebih ringan, tetapi riset menemukan tingginya anak yang mengalami komplikasi pascainfeksi.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seperempat anak-anak dan remaja yang dirawat di rumah sakit karena infeksi Covid-19 memiliki masalah kesehatan dua hingga empat bulan kemudian dengan gejala yang sering dialami berupa kelelahan atau keletihan, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot, dan demam. Selain itu, sebanyak 8 persen anak-anak yang terinfeksi Covid-19 mengalami komplikasi neurologis akut.
Studi yang dipimpin Adrienne Randolph dari Rumah Sakit Anak Colorado dan Aline Maddux dari Fakultas Kedokteran Universitas Colorado, Amerika Serikat, yang diterbitkan di jurnal Pediatrics pada Jumat (12/8/2022) menyoroti tentang tingginya dampak Covid-19 yang berkepanjangan pada anak.
Mereka yang diteliti adalah pasien di bawah usia 21 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 atau mengalami sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C). Masa studi berlangsung dari Mei 2020 hingga Mei 2021 sebelum vaksin tersedia. Dari 358 pasien, para peneliti menerima 279 tanggapan survei atau 78 persen.
Dari anak-anak dan remaja ini, sekitar 40 persen dirawat di rumah sakit karena Covid-19 akut dan sekitar 60 persen dengan MIS-C, yaitu sindrom radang akut pada berbagai sistem organ pasca-Covid-19. Sebanyak 50 persen persen dan 86 persen, masing-masing, dirawat di unit perawatan intensif.
Pada tindak lanjut dua hingga empat bulan, 27 persen pasien dengan Covid-19 akut dan 30 persen dari mereka yang mengalami MIS-C memiliki gejala persisten, gangguan aktivitas, atau keduanya.
”Hampir tiga perempat kembali ke baseline yang meyakinkan,” kata Randolph dalam keterangan tertulis. ”Tapi sayangnya, satu dari empat tidak. Meskipun ini jauh lebih baik daripada banyak laporan pada orang dewasa yang dirawat di rumah sakit, itu masih sangat mengkhawatirkan. Risiko penyakit parah dan komplikasi yang berkepanjangan lebih tinggi daripada risiko komplikasi dari vaksin, yang sangat langka,” tuturnya.
Laporan kajian ini menyebutkan, gejala menetap paling umum yang dialami anak-anak dan remaja ini adalah kelelahan atau keletihan sebesar 11,3 persen pasien dengan Covid-19 dan 20 persen pasien dengan MIS-C. Sesak napas masing-masing 9,2 persen dan 2,5 persen, batuk 9,2 dan 2,5 persen, sakit kepala 8,4 dan 7,5 persen, nyeri otot dan tubuh 5 persen dan 3,1 persen, serta demam 2,5 persen dan 0,6 persen.
Gangguan aktivitas agak lebih umum terjadi setelah MIS-C, yaitu memengaruhi 21,3 persen daripada setelah Covid-19 akut sebanyak 14,3 persen. Sebanyak 6,7 persen kelompok Covid-19 dan 14,4 persen kelompok MIS-C tidak bisa berjalan atau berolahraga sebanyak sebelumnya.
Sebanyak 6,7 persen dan 7,5 persen pasien masing-masing tidur lebih banyak dari biasanya. Selain itu, sebanyak 4,2 persen dan 3,8 persen masing-masing mengalami kesulitan menyelesaikan tugas sekolah atau merasa terganggu dan tidak dapat fokus.
Faktor yang meningkatkan risiko pemulihan berkepanjangan atau gangguan aktivitas ini adalah keterlibatan sistem organ pada pasien dengan Covid-19 akut dan kondisi pernapasan yang mendasarinya, biasanya asma dan obesitas.
Randolph mencatat bahwa penelitian ini terbatas pada anak-anak dan remaja yang perlu dirawat di rumah sakit dan dilakukan pada awal pandemi. Sebagian besar anak dan remaja ini dirawat sebelum gelombang Delta.
”Kami sedang dalam proses menganalisis data yang lebih baru yang mencakup periode Delta dan bagian dari periode Omicron, termasuk efek pada kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan,” kata Randolph.
”Saya pikir mungkin akan ada perbedaan. Penting untuk memahami bagaimana semua varian yang berbeda memengaruhi anak-anak dan untuk melacak seberapa efektif vaksinasi dalam mencegah komplikasi jangka panjang,” tambahnya.
Investigasi ini juga melihat komplikasi neurologis dari Covid-19 akut dan MIS-C menggunakan pengujian neurokognitif terperinci. ”Sekarang vaksin tersedia, saya sangat menyarankan anak-anak dan remaja untuk divaksinasi,” katanya.
Menurut Randolph, pasien dapat terinfeksi kembali bahkan jika mereka telah menderita Covid-19. Meski demikian, vaksinasi dapat mencegah MIS-C dan Covid-19 yang parah.
Kajian terpisah oleh dokter di Rumah Sakit Anak Monroe Carell Jr di Universitas Vanderbilt menemukan, ada sekitar 8 persen anak-anak yang dirawat dengan Covid-19 memiliki komplikasi neurologis akut. Penelitian terhadap lebih dari 15.000 anak yang dirawat di 52 rumah sakit anak selama periode dua tahun ini juga diterbitkan di jurnal Pediatrics.
”Kami menetapkan bahwa komplikasi neurologis relatif umum, terjadi pada sekitar 8 persen anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19," kata James Antoon, asisten profesor Pediatrics di Monroe Carell, yang memimpin studi.
Komplikasi neurologis ini didefinisikan sebagai ensefalopati, ensefalitis, meningitis aseptik, kejang demam, kejang non-demam, abses otak dan meningitis bakteri, sindrom Reye, dan infark serebral. Hal ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko masuk ICU, penerimaan kembali, kematian di rumah sakit, dan peningkatan biaya rumah sakit dibandingkan dengan rawat inap tanpa komplikasi neurologis.
Dengan temuan ini, menurut Antoon, cara terbaik untuk mencegah komplikasi ini adalah dengan menurunkan kemungkinan terkena Covid-19 melalui vaksinasi, memakai masker di tempat ramai di dalam ruangan, dan tinggal di rumah saat sakit.