Cakupan ASI Eksklusif di Aceh Masih Rendah, Kampanye dan Edukasi Diperkuat
Selain karena pemahaman yang rendah, pengaruh industri susu formula membuat para orangtua terjebak dalam narasi kampanye industri. Padahal, susu formula tidak mampu menandingi kualitas air susu ibu.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
KOMPAS/ZULKARNAINI
Warga yang tergabung dalam lintas organisasi melakukan kampanye menyusui dalam rangka Hari Menyusui Dunia 2022, di Banda Aceh, Minggu (7/8/2022).
BANDA ACEH, KOMPAS — Cakupan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif untuk bayi usia di bawah enam bulan di Provinsi Aceh hanya 40 persen. Pengetahuan yang rendah, minimnya dukungan keluarga, dan promosi susu formula dianggap menjadi hambatan meningkatkan cakupan itu.
Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Provinsi Aceh Aripin Ahmad, Minggu (7/8/2022), menuturkan, sosialisasi tentang ASI eksklusif harus diperkuat hingga ke desa-desa agar pengetahuan warga meningkat. Dia mengatakan, ada pemahaman yang keliru pada sebagian warga yang menganggap ASI pertama itu tidak sehat atau ASI basi.
”Padahal, tetes ASI atau kolostrum itulah yang paling bagus untuk bayi karena mengandung banyak vitamin. Ini sangat berguna untuk membentuk antibodi bayi,” ujar Aripin, saat ditemui usai kampanye ASI eksklusif memperingati Hari Menyusui Dunia 2022 di Banda Aceh.
Dia menjelaskan, pemberian makanan selain ASI kepada bayi telah menjadi budaya yang diwariskan turun-temurun. Di Aceh, makanan yang sering diberikan untuk bayi di bawah enam bulan adalah pisang awak. Namun, bayi di bawah enam bulan saluran pencernaannya belum sempurna sehingga pemberian makanan selain ASI dapat memicu intususepsi atau usus berlipat.
Pada Minggu, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Provinsi Aceh menggelar kampanye pemberian ASI eksklusif. Kampanye dilakukan di Lapangan Blang Padang Kota Banda Aceh dengan melibatkan lebih dari 300 peserta.
Kampanye dilakukan dengan cara senam pijat oksitosin, pawai, penyuluhan ke desa-desa, dialog media massa, dan membuka layanan konsultasi menyusui secara gratis kepada warga. Kampanye tersebut untuk meningkatkan pengetahuan warga terhadap betapa pentingnya ASI untuk bayi.
Ketua AIMI Aceh dr Niken Asri Utami menuturkan, edukasi harus terus dilakukan agar semua orang paham bahwa ASI adalah sumber gizi terbaik untuk bayi dan ibu. ASI memberikan ketahanan tubuh lebih kuat, kecerdasan otak, hingga pertumbuhan. ”Bayi yang sehat bukan hanya kepentingan keluarga, tapi juga untuk kualitas pembangunan bangsa,” ujarnya.
Namun, tantangan pemberian ASI besar. Selain karena pemahaman yang rendah, pengaruh industri susu formula juga membuat para orangtua terjebak dalam narasi kampanye industri. Padahal, susu formula tidak mampu menandingi kualitas air susu ibu. ”Harapan kami, lebih banyak ibu yang berhasil menyusui bayinya dengan baik dan lebih panjang durasinya,” kata Niken.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Ketua Pergizi Pangan Aceh Iskandar Mirza (kiri), Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Provinsi Aceh Aripin Ahmad (tengah), dan Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia Provinsi Aceh Junaidi (kanan) saat melakukan kampanye menyusui dalam rangka Hari Menyusui Dunia 2022, di Banda Aceh, Minggu (7/8/2022).
Niken pun mendorong para pihak untuk terlibat dalam kampanye menyusui. Pemerintah diharapkan membuat regulasi dan dunia kerja didorong memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk memberi ASI eksklusif bagi bayinya.
Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia Provinsi Aceh Junaidi menyatakan, rendahnya pemberian ASI kepada bayi mempengaruhi tumbuh kembang anak. Salah faktor pemicu stunting atau tengkes adalah anak-anak tidak mendapatkan ASI dengan baik.
Junaidi mengatakan, sebuah keluarga harus mempersiapkan diri sejak sebelum kelahiran anak untuk memberikan ASI eksklusif. Seorang ayah harus mendukung istrinya dengan memberikan motivasi, membantu pekerjaan rumah, hingga menyediakan makanan bergizi bagi istrinya.
Menurut dia, kini banyak perempuan berperan ganda, yakni sebagai ibu dan pencari nafkah, sehingga membuat waktu untuk menyusui terbatas. Namun, jika komitmen telah disepakati sejak awal, suami-istri akan saling mendukung. ”Menyusui bukan hanya tanggung jawab ibu, tapi semua anggota keluarga,” ujar Junaidi.
Ketua Pergizi Pangan Aceh Iskandar Mirza mengatakan, dalam agama Islam, seorang ibu diperintah menyusui anaknya hingga usia dua tahun. Di sisi lain, pemberian ASI eksklusif membuat pengeluaran keluarga lebih hemat. ”Memberi susu formula selama enam bulan butuh biaya besar, sedangkan dengan ASI eksklusif jauh lebih hemat,” ujarnya.