Edukasi dan Manajemen Laktasi Tingkatkan ASI Eksklusif
Kekhawatiran ibu soal volume ASI pada dua minggu pertama dapat menjadi penghambat ASI eksklusif. Oleh karena itu, konseling dan manajemen laktasi yang baik dapat meningkatkan ASI eksklusif hingga 50 persen.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberian air susu ibu atau ASI secara eksklusif terutama pada hari-hari pertama kehidupan bayi terbukti bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. Melakukan konseling serta manajemen laktasi juga dapat meningkatkan ASI eksklusif.
Sosialisasi dan edukasi terkait pemberian ASI eksklusif terus dioptimalkan salah satunya melalui Pekan Menyusui Sedunia 2022 pada 1-7 Agustus 2022. Tahun ini, Pekan Menyusui Dunia mengambil tema besar, yakni mengaktifkan dan mengoptimalisasi rantai hangat (warm chain) untuk mendukung program menyusui.
Ketua Satuan Tugas Air Susu Ibu (Satgas ASI) Ikatan Dokter Anak Indonesia Naomi Esthernita Dewanto menyampaikan, rantai hangat merupakan istilah dukungan bagi ibu menyusui dari semua pihak. Mereka yang perlu memberikan dukungan ini mulai dari ayah, anggota keluarga, tenaga kesehatan, komunitas, media, pengusaha, hingga pembuat kebijakan.
Tunggu waktu yang tepat dalam memberikan ASI karena akan deras dengan sendirinya pada hari ketiga dan keempat.
”Sebagai contoh, sektor usaha dapat berperan dengan cara memberikan kesempatan atau ruangan kepada pekerja wanitanya untuk memeras ASI. Media juga memiliki peran yang signifikan dalam mendukung ibu menyusui,” ujarnya dalam seminar media secara daring, Sabtu (6/8/2022).
Naomi menyatakan, fakta menunjukkan bahwa konseling, edukasi, dan dukungan langsung pada persalinan dan manajemen laktasi yang baik dapat meningkatkan ASI eksklusif hingga 50 persen. Di sisi lain, intervensi yang menyediakan konseling antenatal dan postnatal lebih efektif daripada hanya menargetkan pada satu periode saja.
”Kebijakan cuti melahirkan juga ternyata efektif untuk meningkatkan tingkat ASI eksklusif. Selain itu, investasi dari pemerintah dapat membantu peningkatan ASI eksklusif hingga 50 persen,” tuturnya.
Menurut Naomi, kekhawatiran ibu tentang volume ASI pada dua minggu pertama dapat menjadi penghambat menyusui eksklusif selama enam bulan. Adapun faktor lainnya yang kerap menghambat kesuksesan menyusui datang dari faktor bayi dan ibu.
Dari faktor bayi, permasalahan yang muncul di antaranya kelainan anatomi bibir atau mulut bayi, posisi kurang tepat, pemberian empeng sebelum usia enam bulan, dan kesulitan dalam pendekatan. Sementara dari faktor ibu adalah kehamilan pertama, depresi, kurang dukungan keluarga, terlambat memulai menyusui, hingga anatomi payudara seperti puting terbenam.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan manfaat besar dari proses menyusui seperti dapat mencegah 20.000 kematian ibu dan 823.000 kematian bayi setiap tahun. Dari aspek ekonomi, menyusui juga dapat mencegah kehilangan anggaran hingga 302 miliar dollar AS.
ASI dan nutrisi lainnya sangat penting diberikan pada 1.000 hari pertama kehidupan. Sebab, anak yang mendapat nutrisi yang baik dalam 1.000 hari pertama kehidupan sepuluh kali lebih mampu mengatasi penyakit yang mengancam nyawa dan dapat menyelesaikan pendidikan 4,6 tingkat lebih tinggi di sekolah.
Sosialisasi pemberian ASI eksklusif perlu terus digencarkan untuk mencapai 70 persen inisiasi menyusui dini (IMD) pada 2030 sesuai target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sementara angka cakupan IMD dunia saat ini baru mencapai 43 persen. Cakupan pemberian ASI eksklusif di bawah enam bulan juga baru 41 persen dari target 70 persen pada 2030.
Sementara di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan terdapat penurunan angka pemberian ASI eksklusif yang cukup signifikan. Pada 2017, tercatat cakupan pemberian ASI eksklusif mencapai 61,33 persen dan menurun hingga menjadi 37,3 persen pada tahun 2018.
Peran keluarga
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, pemberian ASI eksklusif pada hari-hari pertama kehidupan bayi tidak hanya membutuhkan peran ibu, tetapi juga keluarga besar terutama sosok ayah. Tanpa dukungan mereka, kondisi psikis seorang ibu bisa tertekan sehingga memengaruhi kualitas ASI.
”Dua kali 24 jam pertama setelah bayi itu lahir menjadi momen yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan ASI eksklusif. Sebenarnya, dua hari pertama setelah lahir itu bayi masih bisa tanpa ASI karena membawa lemak cokelat di dalam tubuhnya yang akan diubah menjadi keton dan nutrisi untuk otaknya,” katanya.
Piprim menekankan bahwa kunci pemberian ASI eksklusif adalah kesabaran semua pihak pada hari-hari pertama kehidupan bayi. Oleh karena itu, pada hari pertama atau kedua setelah bayi lahir, keluarga tidak boleh menuntut agar ibu dapat memberikan ASI dalam jumlah banyak meskipun bayi kerap menangis.
”Bila bayi menangis bisa digendong dan ditenangkan. Jadi, tunggu waktu yang tepat dalam memberikan ASI karena akan deras dengan sendirinya pada hari ketiga dan keempat,” ucapnya.