Longsor, Bencana Geologi Paling Mematikan pada 2022
Tanah longsor telah menewaskan 35 orang dalam enam bulan pertama di tahun 2022 menjadi sumber bencana geologi paling banyak menelan korban jiwa.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
KOMPAS/RENY SRI AYU ARMAN
Pengendara sepeda motor berjalan di sisi tebing yang longsor di jalur Mabusa-Se'pon, Di Seko, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Senin (4/7/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Tanah longsor menewaskan 35 orang dalam enam bulan pertama di tahun 2022 dan menjadi sumber bencana geologi paling banyak menelan korban jiwa. Pada periode yang sama, gempa bumi menewaskan 27 orang dan 479 orang luka-luka.
Data bencana terkait geologi ini disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Hendra Gunawan dalam keterangan pers, Kamis (4/8/2022). ”Selama bulan Januari-Juni (2022), gerakan tanah sebanyak 318 kejadian dengan 35 korban jiwa, 459 orang mengungsi, dan 903 kerusakan bangunan,” ujarnya.
Menurut Hendra, kejadian gerakan tanah atau longsor ini terutama terjadi di Jawa Barat yang sebanyak 100 kejadian, disusul Jawa Timur 60 kejadian. Badan Geologi, kata dia, selalu memberikan rekomendasi ke semua daerah. Rekomendasi itu salah satunya melalui peta prakiraan gerakan tanah di seluruh Indonesia kepada gubernur yang dikeluarkan setiap bulan.
Ada tiga zona kegempaan yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu di selatan Banten-Selat Sunda, selatan Jawa Timur-Bali, dan sekitar zona subduksi Siberut, Kepulauan Mentawai.
Hendra mengatakan, rekomendasi ini meliputi daerah mana saja yang berpotensi mengalami gerakan tanah ke depan. ”Seperti di awal Agustus ini kami sudah kirim ke para gubernur. Selain peta prakiraan, kita juga memberi rekomendasi. Jika ada kejadian, kami turunkan tim dan bantuan teknis untuk menentukan apakah layak atau tidak ditinggali,” tuturnya.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Hendra Gunawan memaparkan tren bencana geologi di Indonesia dalam semester I-2022.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), longsor kerap menjadi bencana paling mematikan di Indonesia. Pada 2014, BNPB mencatat 354 orang meninggal karena longsor. Setahun kemudian, longsor menewaskan 174 jiwa dan tahun 2016 longsor terjadi 599 kali sehingga menewaskan 186 jiwa. Pada tahun 2017 sebanyak 156 orang tewas akibat longsor dan 221 lainnya meninggal dalam berbagai bencana lain.
Bencana gempa
Dalam periode yang yang sama, terjadi 10 gempa bumi dan tsunami merusak, yaitu terjadi di Tobelo, Pandeglang, Kepulauan Talaud, Pasaman Barat, Sukabumi, Seram Barat, Kendari, Halmahera Utara, Maluku Barat Daya, dan Mamuju. ”Total 27 orang meninggal dan 479 luka-luka. Lebih dari 4.717 bangunan rusak ringan hingga berat,” ujarnya.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Tenda-tenda posko pengungsian Timbo Abu Ateh, Jorong Timbo Abu, Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, Pasaman Barat, Sumatera Barat, Sabtu (12/3/2022).
Hendra menambahkan, gempa di Pasaman Barat, selain menyebabkan banyak korban jiwa, yaitu 17 orang, gempa berkekuatan M 6,1 ini juga memicu retakan tanah, likuefaksi, dan gerakan tanah.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, jumlah kejadian gempa bumi di Indonesia dalam enam bulan pertama 2022 yang terdeteksi mencapai 5.149. ”Jumlah kejadian gempa bumi di yang berkekuatan di atas M 5 mencapai 87 kali,” ujarnya.
Selama 2022 tidak terjadi gempa besar di Indonesia dengan kekuatan di atas M 7. ”Gempa kuat terakhir di wilayah kita terjadi di Laut Flores pada 14 Desember 2021, yaitu berkekuatan M 7,4 yang memicu tsunami kecil,” ujarnya.
Ketiadaan gempa besar ini, menurut Daryono, harus mendorong kesiapsiagaan. Ada tiga zona kegempaan yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu di selatan Banten-Selat Sunda, selatan Jawa Timur-Bali, dan sekitar zona subduksi Siberut, Kepulauan Mentawai.
Pada 1 April 2022, di selatan Banten terjadi gempa berkekuatan M 5,1 yang dirasakan hingga Jakarta. Namun, menurut Daryono, zona kegempaan ini masih memiliki akumulasi tegangan yang berpotensi gempa besar di kemudian hari. ”Kondisi serupa terjadi di selatan Jawa Timur-Bali,” ujarnya.
Sementara di zona subduksi Siberut, tambah Daryono, memiliki kekosongan gempa besar. ”Segmen di Siberut belum lepas, padahal sekitarnya sudah lepas semua. Potensi gempanya bisa besar,” ujarnya.
Erupsi gunung api
Terkait risiko bencana vulkanik, selama enam bulan terakhir ini ada sembilan gunung api yang erupsi, yaitu Gunung Dempo, Anak Krakatau, Merapi, Semeru, Ili Lewotolok, Soputan, Karangetang, Ibu, dan Dukono. Dari gunung ini, ada yang karakter erupsinya disertai awan panas, yaitu Semeru dan Merapi. Adapun guguran lava di Karangetang, Merapi, dan Soputan.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Luncuran lava pijar dari Gunung Merapi dari Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (11/3/2022) dini hari. Sehari sebelumnya terjadi 13 kali awan panas guguran, 343 kali guguran lava pijar, dan dua kali gempa vulkanik dangkal. Gunung Merapi masih berstatus siaga.
”Saat ini terdapat 5 gunung api dengan tingkat aktivitas level III atau Siaga, yaitu Anak Krakatau, Merapi, Semeru, Ili Lewotolok dan Awu; 15 gunung api di level II atau Waspada; dan 48 gunung api di level I atau Normal. Dan sebagai tambahan, pada tanggal 28 Juli 2022, tingkat aktivitas Raung yang berada di Provinsi Jawa Timur naik dari level I (Normal) menjadi level II (Waspada),” katanya.
Sekretaris Badan Geologi Ediar Usman mengatakan, untuk memitigasi kebencanaan geologi, Badan Geologi telah melakukan pemantauan visual dan instrumental terhadap letusan gunung api dan gerakan tanah. Sementara untuk potensi gempa bumi dan tsunami, Badan Geologi bekerja sama dengan BMKG dalam melakukan analisis geologi dan penanggulangannya.
”Semua data yang berkaitan dengan evaluasi geologi dan pemantauan terhadap potensi letusan gunung api dan gerakan tanah disampaikan langsung kepada pemda dan pihak terkait lainnya di daerah. Selanjutnya data tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat setempat,” tuturnya.