Penghargaan bagi Pejuang Kemanusiaan dan Kebinekaan
Penghargaan dua tahunan Maarif Award diberikan kepada orang biasa yang telah melakukan kerja kemanusiaan dan berdampak ke masyarakat. Publik dapat mengajukan nama orang yang dinilai layak menerima anugerah ini.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penghargaan dua tahunan Maarif Award diselenggarakan untuk kesembilan kali pada 2022. Penghargaan dari Maarif Institute ini membidik orang biasa yang giat melakukan pekerjaan kemanusiaan, menunjukkan keteladanan bagi masyarakat, serta berpegang pada nilai kebinekaan.
Anggota Dewan Pembina Maarif Institute sekaligus anggota dewan juri, Clara Joewono, mengatakan, calon penerima penghargaan adalah pihak yang mencerminkan pemikiran Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif, mantan Ketua Pemimpin Pusat (PP) Muhammadiyah sekaligus pendiri Maarif Institute. Pemikiran yang dimaksud adalah tentang kemanusiaan, keindonesiaan, dan kebinekaan.
”Yang dicari adalah orang biasa yang memiliki aspirasi dan melakukan kegiatan berdasarkan tiga aspek tadi. Kami lebih (fokus mencari calon penerima anugerah) ke daerah, orang yang belum pernah mendapat penghargaan,” ucap Clara di Jakarta, Rabu (3/8/2022).
Daftar nama calon penerima Maarif Award diperoleh dari penelusuran tim internal. Masyarakat juga dapat mengajukan nama orang-orang yang dianggap layak menerima anugerah. Adapun penerima anugerah bisa berupa individu, komunitas, maupun lembaga.
Para calon penerima anugerah adalah pihak yang melakukan pekerjaan kemanusiaan atau kegiatan yang berdampak positif ke masyarakat setidaknya selama lima tahun. Pekerjaannya juga mesti berkelanjutan. Pekerjaan yang dimaksud bisa mencakup berbagai bidang, seperti pendidikan, lingkungan hidup, pemberdayaan ekonomi, peningkatan kualitas hidup masyarakat, hingga rekonsiliasi konflik.
Yang dicari adalah orang biasa yang memiliki aspirasi dan melakukan kegiatan berdasarkan tiga aspek tadi. Kami lebih (fokus mencari calon penerima anugerah) ke daerah, orang yang belum pernah mendapat penghargaan.
”Penerima Maarif Award harus orang-orang yang tidak hanya memiliki komitmen pada kebinekaan, tapi juga mampu mendorong kemandirian warga untuk peningkatan hidup serta pemuliaan harkat dan martabat manusia,” ujar Clara.
Salah satu penerima anugerah pada 2012 adalah Romo Carolus, rohaniwan di Cilacap, Jawa Tengah. Desa tempat dia bermukim tidak memiliki akses jalan sehingga ia menginisiasi ide pembuatan jalan. Ide ini lantas diwujudkan oleh masyarakat secara swadaya. Hal itu, menurut Clara, tidak lepas dari peran Carolus untuk menggandeng warga dari berbagai latar belakang.
Sejak diselenggarakan pertama kali pada 2007, Maarif Award telah diberikan kepada 14 individu dan dua institusi. Para penerima anugerah berasal dari sejumlah daerah, antara lain Poso (Sulawesi Tengah), Salatiga (Jawa Tengah), Lombok Barat (NTB), Padang (Sumatera Barat), dan Ambon (Maluku).
Penerima Maarif Award pada 2012, Ahmad Bahruddin, mengatakan, dirinya memiliki tanggung jawab moral untuk melanjutkan pekerjaannya ke masyarakat di Salatiga. Ia adalah pendiri paguyuban petani yang mendampingi dan memberi pengetahuan untuk meningkatkan hasil panen. Ahmad yang juga anggota dewan juri Maarif Award 2022 ini berharap agar penerima anugerah tahun ini dapat menjadi teladan serta berkontribusi positif ke masyarakat.
Adapun Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengusulkan pendamping difabel dipertimbangkan sebagai calon penerima anugerah. Hal ini dinilai sejalan dengan sosok Buya Syafii Maarif yang juga memiliki perhatian terhadap difabel.
Direktur Pemberitaan Media Indonesia Gaudensius Suhardi yang juga anggota dewan juri menambahkan, peran para calon penerima anugerah akan diverifikasi di lapangan. Hal ini dilakukan tim investigasi dari Maarif Institute.
Adapun pendaftaran Maarif Award dimulai 3 Agustus 2022 hingga 15 September 2022. Malam penganugerahan direncanakan pada 8 November 2022.